Chapter Six

145 21 10
                                    

Berupa anggukan pelan, sebagai perantara balasan. [Name] tidak bisa tenang setelah mengatakan hal tersebut. Sogo menghela napas lelah, seraya tangan mengerjakan tugasnya untuk mengemasi peralatan makan yang telah selesai dipergunakan.

"Pertama, kita bukan tidak saling kenal."

Balasan yang didapatkan pertama adalah sesuatu itu. Bukan bermaksud penjelasan, melainkan menjadikan kalimat tersebut bagaikan teka-teki tanpa jawaban yang jelas.

Menghabiskan waktu sedikit lebih lama, [Name] masih digantung perkataan itu. Hanya senyuman tipis yang bisa dilihat olehnya, dari sosok lelaki yang telah menjadi suami dihadapan dia.

Diakui oleh diri, dia tak mampu menahan diri. Sungguh, senyuman lelaki yang ditujukan kepadanya adalah suatu keajaiban. Terlebih yang melempar senyum terhadapnya merupakan sang suami. Walau pada awal tak dikenali oleh diri.

"Maksud kita bukan tidak saling kenal?" [Name] memasang raut bingung, kendati diakhir melempar sebuah pertanyaan yang tak dipahami.

Sogo mengambil posisi duduk lagi, setelah mengemasi peralatan makan tersebut. Bertatapan dengan [Name] yang mengeluarkan raut demikian, menghela napas lelah.

"Maksudnya kita pernah berkenalan," ucapnya.

Tampak terlihat ekspresi aneh yang dibuat, dia bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sogo sendiri.

"[Name]-chan ingat kejadian sebelumnya 'kan? Disanalah kita berkenalan, benar?" Sogo memastikan bila tak ada yang dilewatkan oleh [Name], sewaktu memproses apa yang didengarkan.

Merasa ada yang terlupakan, sekarang telah diingatkan. [Name] langsung tertegun dikala mendengar hal tersebut. "Eh? Ah itu, aku melupakan hal itu ... maaf," lirih [Name] merasa bersalah.

"Tidak apa-apa, lalu untuk yang kedua aku tak mau membuat dirimu terlibat rumor dihari itu, yah - walau aku sudah tahu apa sebabnya."

[Name] membiarkan Sogo menjelaskan secara detail apa saja yang ditanyakan oleh dirinya. "Kemudian, masalah umur. Bagaimana dengan [Name]-chan sendiri? Apakah tidak masalah dengan selisih umur dalam pernikahan?"

Begitu mulus tanpa hambatan, membuat [Name] sedikit mengecilkan pupil mata akibat kaget akan pertanyaan yang diajukan, kepada dirinya itu.

Wajahnya sedikit merona, dia tersipu malu. Namun bagaimana pun juga jika ada yang bertanya harus ada jawaban agar tak terhenti begitu saja. "Aa, kalau itu tidak apa-apa kupikir, karena aku sudah menerima segala cobaan yang telah dihadapi hingga sekarang."

Pipi [Name] menghangat, sembari mengenang memori awal pernikahan mereka. Walau dengan keterpaksaan ataupun sedikit kesedihan, inilah awal dari asrama pernikahan mereka.

Tidak musti lenggeng, agar bisa mencapai hubungan harmonis. Ia perlu mengetahui pekerjaan suami, walau diri masih menginjak usia dini. Terbilang beruntung juga tidak. Perbedaan usia tak terlalu menjadi penghalang romantisnya pernikahan muda mereka.

Selagi bisa saling menerima sudah pasti, tumbuhlah bumbu-bumbu cinta. Hanya perlu waktu untuk bisa diterima dalam dekapan cinta, senyuman keduanya memberikan kesan hangat pada malam yang awalnya terasa canggung.

"Baiklah, aku tak sadar sudah hampir larut. Besok [Name]-chan libur sekolah-nya 'kan?"

"Eh? Iya benar, ada apa?"

"Kalau begitu, besok aku akan merawat dirimu. Aku tidak akan membiarkan [Name]-chan mengemasi rumah kita," balas Sogo, menyampaikan maksud dari pertanyaannya itu.

[Name] menahan malu akibat jawabannya baru saja ia dengarkan, dan mulai bertanya lagi, "Tunggu, kalau begitu masalah pekerjaan Sogo-san bagaimana?"

Menggelengkan kepala pelan, lalu ia menjawab setelahnya, "Aku akan meminta izin pada Direktur juga Manager untuk merawat Istriku yang sedang sakit."

Penjelasan tersebut membuat wajah [Name] yang memerah tertahan, akhirnya terlihat. Dia terkadang tidak tahan dengan perlakuan manis seperti ini, tapi inilah awal penantiannya untuk bisa memantapkan diri.

"Tapi 'kan!? Ini hanya kena goresan pisau dan aku baik-baik saja kok!"

"Justru itu, [Name]-chan akan kesulitan nanti."

Sekarang Sogo mulai mendekati [Name], mulai menyetarakan tinggi [Name] yang masih terduduk disana. Lalu mengecup dahi milik [Name] sedikit lama, hingga tangan akhirnya memulai beraksi mengelus surai dia.

"Sogo-san!"

End

End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OLDER! Osaka Sogo. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang