Page Of

34 0 0
                                    

Dulu,Aku pernah mikir. kok ada ya orang yang gabisa move on,kok orang yang putus cinta sampe bisa gila, terus Aku pernah denger berita ada orang yang bunuh diri karena patah hati.kenapa sampe segitunya yah? Bukannya cinta itu indah? Yah,itu hanya pikiran remaja yang masih belum mengenal cinta. Bisa-bisanya dulu terlintas pemikiran kaya gitu.

"cinta itu indah namun terasa perih" itu hanya kalimat gambaran saja. Yah, aku juga bingung ingin menuliskannya seperti apa, setau Aku cinta itu rumit. Yang Aku rasakan setelah Aku bertemu dengannya adalah aku lebih sering memikirkan dia dibanding diriku sendiri, tidak ada menit tanpa memikirkan tentangnya. Dia sudah menjajah isi kepala dan juga hati ku.

Mungkin Aku sudah kehilangan akal sehatku, semuanya hanya tentang dirinya.

Saat bersamanya yang kurasa hanya kenyamanan dan aku merasa aman. Aku ingin terus dan terus berada di dekatnya, ketika dia jauh yang Aku rasakan hanya kegelisahan. Perasaan apa ini?

****

Suasana jalan raya terlihat sepi karena memang jam sudah menunjuk pukul 23.24 hampir tengah malam.

"Ran, kenapa diem?"

Suara berat namun lembut nan terdengar syahdu melewati gendang telinga, bersama angin dingin malam memecah keheningan.

"Ran, kamu capek ya? Maaf ya Aku gabawa motor jadi harus jalan kaki"

"Ran.."

Sambil terus menelusuri jalan, pikiranku semakin kacau. Isi kepalaku semakin berisik karena banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang terus saja diajukan oleh perasaan dan disangkal oleh logika. Aku tidak diam, aku sedang berperang dengan diriku sendiri.

"Da, kamu anggep Aku apa?"

"Tuhh kann..Oiya pantes udh jam-jam overthinking"

"Da, aku lagi ga bercanda"

"Kenapa kamu nanya kaya gitu?"

"Tinggal jawab aja susah amat, plis da jangan ngalihin pembicaraan. Kenapa kamu kalo Aku nanya masalah kaya gini selalu menghindar da. Aku gasuka kalo kamu sering sama Naya"

"Ran, Aku udah bilang kan ke kamu kalo Naya cuman temen Aku. Dia udah Aku anggep kaya Kaka Aku sendiri"

"Kenapa WA dia sampe di pin?"

"Ngga, itu dia sendiri yang nge pin ran"

"Maaf ran, Aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu. Aku masih sering bareng Naya padahal Aku udah sama kamu."

Entah pikiranku berkecamuk, aku gatau mau ngomong apalagi. Aku sayang payoda, aku gamau payoda pergi, tapi aku sakit.Dengan jawabannya yang seperti itu Aku jadi semakin bingung, aku gatau lagi harus apa, harus bagaimana.

"Ran, ke rumah Aku dulu yah barangkali udah ada motor. Nanti Aku anterin kamu ke kosan"

"Iya"

Hati dan pikiran ku masih saja berisik, masih menyimpan banyak sekali pertanyaan.

"Da, perasaan kamu sama Aku tuh gimana?"

"Da, kenapa diem?"

"Ran, aku gamau ngebahas dulu"

"Da, tolong jawab biar Aku ngga overthinking lagi"

"Nanti Aku jawab besok ya Ran, ini udah tengah malem kamu istirahat yah"

"Gamau, Aku mau kamu jawab sekarang da"

Aku masih ingin seperti ini, merasakan hangatnya punggungmu yang nyaman. Aku masih ingin memelukmu dari belakang lebih lama lagi.

"Besok aja yaa ran"

"Gamau"

"Besok ya Ran, aku mau pulang"

"Janji ya besok"

"Iyah, aku pulang dulu yah"

***[Diary Rania]***

Kamu pernah ga si nanya ke orang tapi setelah denger jawaban dia kamu malah makin bingung, kalo ujungnya jadi makin bingung mah tadi ngga usah nanya lagi tapi kalo ga nanya ya kepikiran.

Kata temenku segala sesuatu harus di komunikasiin tapi kalo lawan bicaranya gamau gimana? Tetep ga terjalin komunikasi.

Sumpah, ini Aku yang gabisa cara komunikasi kedia atau dia yang emang gamau komunikasi sama Aku.

Aku yang ga paham sama dia atau emang dia yang gabisa aku pahamin?

Sama dia Aku lebih sering menerka-nerka, serba bingung ini aku yang ga paham sama dia apa gimana?

Kaya kalo sama dia Aku yang serba salah

Apa sebenernya Aku yang terlalu overthinking yah?

***

Continued...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Kisah yang MeraguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang