03 'HUJAN'

159 26 4
                                    

Lagi dan lagi..... Changbin kunjungi jembatan batu tempat favoritnya. Rasanya ia amat merindukan tempat itu. Padahal baru tiga hari yang lalu ia mengunjunginya. Suasananya benar-benar bisa lenyapkan segala masalah yang bersarang di kepalanya. Tapi, sebenarnya alasan ia mengunjungi jembatan itu bukan suasananya,Melainkan pria manis yang selalu hadir dalam ingatannya belakangan ini.

Namun,nihil..
Sudah berjam-jam lamanya ia menunggu, Minho tak kunjung menampakkan diri. Ia menghela nafas berat,merasa bodoh karena masih berada di sana padahal hari sudah mulai gelap. Senja bahkan telah meninggalkan peraduannya. Biasanya, Minho selalu datang saat menjelang senja dan akan pulang saat bulan benar-benar menggantikan posisi mentari di langit. Terlalu sering bertemu Minho, membuatnya hapal akan jadwal pria manis itu.

Awalnya Changbin sempat bertanya-tanya,apa sebenarnya yang dilakukan oleh Minho di jembatan setiap hari. Sungguh apakah dia tak punya kegiatan lain? Sekarang ia tahu,karena sudah merasakan sendiri kenyamanan saat berada di sana.      

Jika diingat kembali, Minho pernah berkata bahwa Senja adalah teman terbaiknya. Apa selama ini Minho tak pernah merasa memiliki teman? Padahal Minho cukup menarik untuk di jadikan sebagai teman. Changbin akui ia menyukai sifat polos Minho, yang selalu berhasil membuat ia kembali tersenyum. Tak mau munafik, Minho manis. Bahkan sangat manis dimatanya.

Tiga hari tak jumpai wajah manis itu, membuat Changbin sedikit gelisah. Ah ralat. Changbin sangatlah gelisah sekarang. Sudahkah Minho makan? Apa ia mengenakan pakaian hangat di cuaca yang sangat dingin ini? Sedang apa dia sekarang? Otak Changbin terisi dengan segala kemungkinan buruk tentang keadaan Minho.

Oh.... Rupanya ia mulai terjatuh dalam pesona pria manis dengan tatapan mata kosong yang sialnya sangat indah dipandang.
Rekor baru untuknya,yang bisa terpana pada pesona Minho hanya dalam hitungan menit. Changbin tidak tahu,jika mengagumi seseorang akan begini rasanya. Ya, mengagumi dalam arti yg lain.

Changbin rindu senyum manisnya,hidung runcing yang memerah menahan dingin,rindu tawa halusnya,rindu ocehannya,rindu  manik indah dengan tatapan kosongnya. Changbin sangat merindukan Minho...mulai bucin si bapak 😏

"Ck.. ngapain malah mikirin dia Mulu sih?? Apa banget coba..?"ia berdecak malas sambil tarik surainya kasar.

Itu namanya elo udah mulai suka sama dia Bambang... goblok banget,gitu aja kok ngga tau🙄..//plak.

"Anjir itu suara sapa? kok serem sih cuk?"Changbin bergidik ngeri, mengusap tengkuknya berapa kali.

Rintik-rintik hujan mulai turun basahi tubuh Changbin. Ia sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari sana. masih sibuk bergelut dengan pikirannya. bukan mikirin suara tadi atau utang kayak yg baca loh ya...g.     si doi lagi mikirin sapa hayo...?aq lah

"Gw terlalu kasar ya??"gumamnya tanpa sadar.

Flashback on...

Siang hari yang begitu sial bagi Changbin. Hujan deras mengguyur kota Seoul. Udara dingin pun tak dapat dielakkan. Waktu yang tepat untuk selami alam mimpi itu harus ia tunda karena perubahan jadwal syuting. Changbin tentu tak bisa membantah. Sebagai artis rookie ia harus berusaha agar cepat terkenal. Semua itu keinginannya sejak awal,jadi ia harus menerima konsekuensinya.

Akhirnya, setelah menyelesaikan sebagian penggarapan MV  yang tentu amat melelahkan, ia bisa beristirahat sejenak. Meminta izin kepada sang manager untuk berjalan-jalan melepas lelah, ia mengendarai mobilnya membelah jalanan Seoul. Sialnya,hujan lagi-lagi turun dengan lebat.

Harusnya dia sedang berada di jembatan batu, menikmati semilir angin yang menenangkan hati.  Harusnya dia menikmati keindahan manik Minho....Ah.. Changbin jadi merindukannya.. Seketika ia mengingat sesuatu.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang