Ahmad Malik Sagatha

13 0 0
                                    

"Widih gila yang abis libur satu Minggu!" kata cowok berlesung pipi.

"Enak banget lo Mal abis libur satu Minggu puas di rumah rebahan!" cibir salah satu temannya.

"Pala lo rebahan! Di skors satu Minggu di rumah bete anjrit!" jawab Malik, cowok yang mempunyai kumis tipis.

"Malik mana pernah diem si anaknya! Sehari Malik jadi diem mustahil!" jawab salah seorang temannya.

Malik terkekeh, kemudian ia merangkul salah satu temannya yang bernama Joy. "Ayo lah kantin dulu!"

Ahmad Malik Sagatha, sebut saja dia Malik. Siswa kelas 11 yang paling di kenal dengan kenakalan nya, semua warga sekolah bahkan guru pun mengenal dirinya. Bagaimana tidak di kenal? ia selalu membuat rusuh di sekolah maupun di luar sekolah, bahkan guru-guru pun sudah bosan dengan tingkah laku Malik yang sangat susah di atur, dan satu lagi ia juga di kenal sebagai playboy di sekolahnya yaitu Smk Tirta Mandiri. Iya dia bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan, dengan jurusan yang di ambil Multimedia. Sebenernya banyak sekali Sma yang bagus disini, tetapi Malik lebih memilih masuk Smk karena ada jurusan yang Malik sukai dari dulu. Sekolah ini pun tidak kalah bagus nya dari Sma lain, maka tak heran Smk Tirta Mandiri mempunyai banyak jurusan juga banyak peminatnya. Bahkan sekolah ini tidak hanya Smk saja tapi Smp pun ada, fasilitas nya juga sangat memadai untuk siswa siswi membuat sekolah ini mendapatkan akreditasi A.

Ke-enam cowok itu sekarang sedang berada di kantin belakang, ya sekolah ini mempunyai dua kantin. Satu kantin depan, satu lagi kantin belakang. Kantin belakang biasanya lebih banyak di huni oleh para cowok dan anak kelas 12, maka tak heran kalau para cewek jarang ke kantin belakang. Kantin depan pun juga lebih banyak para cewek ketimbang cowok, tapi untuk cowok-cowok yang tidak pernah terlibat masalah pasti berkumpul nya di kantin depan.

Malik, Joy, Ale, Rama, Wili, dan Zafran sedang nongkrong di jalan masuk kantin belakang. Biasanya kalau sudah berkumpul seperti ini mereka tidak akan ikut mata pelajaran pertama.

"Bang Ale lo gak masuk kelas?" tanya Zafran pada kakak kelasnya itu.

Ale menoleh seraya merapikan rambutnya. "Malas banget gue mapel pertama mtk, pusing anjir."

"Lo udah kelas dua belas juga bang!" peringati Zafran.

"Lo kira yang kelas dua belas gua doang! Tuh Rama juga!" jawab Ale.

"Tau lo bang! Mau ujian juga." cibir Wili yang sedang nongkrong di sampingnya.

Rama yang sedang bermain game online pun menoleh. "Belajar hanya untuk orang-orang lemah!"

Malik terkekeh. "Sialan!"

Ali Al-fatah nama aslinya, tapi di panggil dengan sebutan Ale siswa kelas 12 yang suka bergabung dengan Malik dan kedua temannya. Ia adalah salah satu siswa kelas 12 yang sangat di segani oleh siswa-siswi di Smk Tirta Mandiri, karena ia adalah pentolan Tirta Mandiri. Siapa yang tidak mengenal Ale? Cowok berlesung pipi yang mempunyai wajah manis. Tapi sayangnya sifat jutek Ale itu membuat ia sangat sulit bergaul, hanya Rama lah teman satu-satunya Ale yang sangat dekat dengan dirinya dari masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

"Mal? Bagi cewek dong! Satu aja gak apa-apa deh." ucap Rama seraya cengengesan.

Malik menoleh, ia meminum teh jus nya hingga tandas. "Buat apa bang? Ntar cabang cewek-cewek gue ilang!"

"Buat Ale, kasihan ni temen lo gak punya cewek dari masih Smp!" canda Rama.

Ale melirik sinis, kemudian ia menoyor kepala Rama. "Anjing lo!"

Joy terkekeh. "Seriusan?"

Rama mengangguk cepat. "Ale mah di jalur doang sangar! Sama cewek yang di suka mah ciut anjirt!"

Malik tertawa. "Emang iya bang?"

"Enggak anjing!" jawab Ale mulai malas.

Wili tertawa terbahak-bahak. "Katanya jagoan, tapi kok jomblo!"

Malik ikut tertawa dengan celotehan Wili. "Diajak jalur lo Wil!"

"Lo gak inget dulu Le? Lo minta gue buat mintain nomer nya Riksa!" ungkap Rama sambil menahan tertawa.

"Ya itu kan dulu anjing!" kesal Ale.

"Trus sekarang sama Jeje gimana bang?" tanya Zafran.

Malik menoleh. "Jeje anak kelas sepuluh?"

Zafran mengangguk. "Iya Mal, lagi pdkt ceritanya mah."

"Gue ada wa nya ni bang, lo mau gak?" tanya Malik.

"Enggak anjing!" jawab Ale dengan nada ketus.

"Udah anjir lo! Diajak jalur sama bang Ale mampus." tambah Joy seraya terkekeh.

Ketika ke-enam cowok itu sedang berkumpul tiba-tiba saja ada seorang gadis yang muncul dari depan, gadis itu sadar kalau di depannya banyak cowok-cowok yang sedang nongkrong. Ia akhirnya memutar balik dan berjalan cepat karena malu, apalagi ia berjalan seorang diri. Malik dan teman-temannya melihat gadis itu, Malik mengejar gadis itu.

"Tunggu!" kata Malik.

Gadis itu berhenti, kemudian Malik berdiri di depannya seraya melihat wajah gadis itu. "Lo mau ke kantin kan?"

Gadis itu menggeleng cepat. "Enggak kak."

Malik terkekeh sebentar. "Biasanya cewek yang mau ke kantin belakang sendiri pas jam pelajaran kaya gini tuh mau beli pulpen atau gak beli tipe-x kan? Soalnya koperasi lagi gak buka, terus juga di kantin depan gak ada yang jual alat tulis."

Perkataan Malik barusan semuanya benar, dan memang begitu faktanya. Membuat gadis di depannya terdiam kaku, ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia membutuhkan pulpen dan di satu sisi lagi ia malu melewati cowok-cowok yang sedang berkumpul di kantin.

Malik menarik pergelangan tangan gadis itu. "Udah ayo gak usah malu! Itu temen-temen gue semua kok."

Malik dan gadis itu sampai di kantin belakang, teman-teman Malik pun terkejut yang melihatnya. "Udah lo beli aja yang lo butuhin, gue jagain biar lo gak di ganggu sama temen-temen gue!" kata Malik.

Gadis itu akhirnya membeli beberapa alat tulis yang ia butuhkan. Sorot mata teman-teman Malik pun sontak melihat kearah gadis itu, bagaimana tidak? Gadis itu cantik, kulit nya putih bersih, wajahnya pun sangat menarik dan tinggi badan serta tubuhnya sangat ideal.

"Kaya nya lo bakal nambah cabang ya Mal!" ujar Joy.

"Sisain satu lah yang kaya gini ya Tuhan." tambah Zafran dengan wajah yang memelas.

Wili mengelus pundak Zafran."Sabar ya, cobaan buat jomblo kaya lo!"

Gadis itu sudah selesai membeli beberapa alat tulis, Malik pun bertanya. "Udah selesai?"

Gadis itu hanya mengangguk tanpa melihat wajah Malik dari tadi. Malik memegang pergelangan tangan gadis itu hingga keluar dari kantin belakang, ia kemudian melepaskan tangan gadis itu ketika di koridor sekolah.

"Makasih ya kak." kata gadis itu yang masih merundukkan kepalanya.

Malik memegang dagu gadis itu seraya mendongakkan kepalanya membuat mata Malik dan gadis itu saling bertatapan beberapa detik. "Kalau ngomong sama orang tuh tatap matanya."

———————
CERITA BARU AKU HEHEH

VOTE DAN KOMEN YAAAAA

MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang