Khawatir

29 5 0
                                    

Ingat janji Mingi Sabtu kemarin? Mengajak Jisu pergi berdua naik motor seperti yang anak itu mau.

Tadinya sih Mingi memang sudah berniat menepatinya, tapi adiknya ini malah masih betah memeluknya.

"Van, bangun. Katanya mau jalan - jalan naik motor." Ucap Mingi sambil memainkan ponselnya, tidak dimainkan sih, ia sedang sibuk berkirim pesan di grup pada teman - temannya yang mengajak main, berkata bahwa ia tidak akan ikut karena ingin menghabiskan Minggu dengan adiknya.

Yang dibangunkan makin mengeratkan pelukannya, ingin sih jalan - jalan, tapi ia mager.

Mingi menggeleng sekilas, suka - suka adiknya saja deh.

"Yaudah, mau makan apa? Pesan aja ya?" Tanyanya lagi,

"Iyaa.." Jawab Jisu malas - malasan,

"Makan apa? Yang baru buka sih ada sate, nasi padang, sama chinese food."

"Nasi padang~"












"Mamih sama papih pulang kapan bang?" tanya Jisu disela kunyahannya,

"Harusnya sih hari ini, coba telfon." Ujar Mingi, Jisu mengangguk paham. Ia akan menelpon mamihnya nanti saja, malas pegang ponsel.

"Abang hari ini sibuk?" tanya Jisu lagi, Mingi menatap adiknya sedikit bingung.

"Kenapa emang?"

"Ngga.. kalo ga sibuk hari ini jangan pegang hp.." Mingi akhirnya paham, memang sih, selama ini ia lebih memperhatikan ponsel daripada adiknya sendiri, Jisu pasti ingin diperhatikan lebih.

"Oke." Jisu mendongak, menatapnya dengan binar kebahagiaan. Mingi tak tahan jadinya, tangannya bergerak mengusak surai yang lebih muda.

"Abisin makanannya, katanya mau pergi."






Pukul 11 pagi, keduanya tiba di taman bermain, iya, Jisu agak bingung juga ingin kemana, apalagi Mingi yang hanya menjajikan pergi berdua tanpa memikirkan tujuan mereka. Berakhir Jisu mengusulkan taman bermain setelah melihat postingan Jeyu sabtu kemarin yang pergi ke tujuan mereka saat ini.

"Mau langsung main atau jajan dulu?" Tanya Mingi, ia paham betul bagaimana adiknya jika pergi ke taman bermain seperti ini.

"Langsung main! jajannya nanti pas udah capeeee~" Oh, sepertinya kali ini berbeda. Tumben sekali ingin langsung main. Tapi Mingi tak mau memikirkan itu.

"Oke, tapi jangan yang ekstrem." Balas Mingi,

"Oke bos!!"

Keduanya memulai kegiatan hari itu dengan menaiki alap - alap, dilanjut ruang kaca, flying fox ㅡkeputusan yang cukup buruk, Jisu di sepanjang trek terus berteriak, menyebut ini dan itu, bahkan memberikan pesan terakhir, ckckckㅡ, dan diakhiri dengan bianglala.

"Seneng?" Jisu menoleh, mulutnya penuh dengan corndog yang baru saja dibeli.

"Hwhw, sweneng baned!" Jawab Jisu, masih dengan pipinya yang menggembung, Mingi ikut tersenyum senang. Ia terus memperhatikan acara makan adiknya, sesekali ikut mengunyah saat Jisu menyuapkannya berbagai makanan.

Ponsel di kantung celananya bergetar untuk beberapa kali, ingin ia ambil tapi ragu.

"Buka aja, siapa tau penting." Celetuk Jisu, anak itu masih santai menyeruput thai tea nya.

Mingi langsung memeriksa ponselnya, Yunho mengiriminya beberapa pesan, inti pembicaraannya sih anak itu ingin meminta tolong untuk mengantarkannya check up ke rumah sakit.

"Kak Ara?" Tanya Jisu, ia tidak mengintip kok, hanya menebak. Abangnya kan hanya memprioritaskan Yunho diantara semua temannya. Mingi mengangguk, menutup ponselnya tanpa menjawab pesan Yunho.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

hermanos Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang