1Hg

20 4 0
                                    

~ Aku tulis ulang, mungkin bisa dibaca ulang, khusus chapter 1Hg.
~ Makasih votenya.

"Gimana hari ini?"
~Aira

#omongkosong1

Melambai-lambaikan tangan dengan semangat, bermaksud memberi isyarat untuk mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melambai-lambaikan tangan dengan semangat, bermaksud memberi isyarat untuk mendekat. Kepada remaja laki-laki, yang berjarak cukup jauh di sana.

“Raksa, cepetan kesini!” Seru Aira.
Berjalan lambat, raksa dengan santainya duduk merapat. Menyisakan sejengkal jarak diantara mereka berdua. Padahal bangku cukup panjang, untuk diduduki sekitar lima orang dewasa.

“Gimana hari ini?” tanya Aira ceria, ia bahkan memulai percakapan. Aira sungguh orang yang ramah, mungkin.

“Hari ini,” ucap Raksa menatap Aira, “tidak ada yang spesial”

Taman komplek perumahan yang mereka datangi hari ini, cukup sepi. Pakaian yang berwarna senada, entah disengaja atau tidak. Aira yang terlihat bersandar di bahu Raksa, dan Raksa yang sesekali mengusap-usap lembut kepala Aira.  Dilihat dari belakang, mereka sudah seperti remaja labil yang sedang kasmaran, tampak serasi dan mesra.

“Aku," mata Aira sayu, "mau cerita."

-Jadi ingat masa lalu, batin Raksa.

***

Masa lalu, masa dimana peristiwa pertemuan pertamanya dengan Aira.
Sekitar empat atau lima tahun yang lalu, ada seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun.

Kala itu, ia berada dijenjang pendidikan SD. Ia menjadi korban bullying di sekolahnya. Seperti yang diketahui, bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan. Bullying dilakukan dengan sengaja, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.

Ia termasuk siswa yang pintar, entah itu dibidang akademik mauipun non-akademik. Murid-murid lain pun menjadi iri, apalagi melihat ia yang menurut mereka sangat sombong dan angkuh.

Sebenernya ini kesalahpahaman, dulu ada teman sekelasnya yang ingin menyapanya. Tentu ia sangat senang, ia ingin seperti anak seusianya yang memiliki banyak teman. Tapi ia tidak mengerti, bagaimana cara membalas sapaan seseorang.

Ketika ia mendapatkan nilai bagus, teman-teman sekelasnya akan mengelilingi mejanya, dan memberikan pujian. Tapi ia hanya diam, tidak tahu harus merespon apa.

Ketika ia diajak bermain, ia juga tidak pernah mau ikut. Bukannya tidak mau, ia lagi-lagi tidak tahu harus merespon apa.

Didukung dengan ekspresi datarnya, auranya pun dingin dan suram. Bahkan ketika ia memperoleh nilai yang bagus, ia tidak mengeluarkan ekspresi yang berarti.

Awalnya ia hanya sekedar dikucilkan, seperti tidak ada yang mau berbicara atau bermain bersamanya. Dan seiring berjalannya waktu, ia mulai mendapatkan kekerasan secara fisik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi ~ omong kosongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang