1

583 56 2
                                    

"BUNNN"

"BUNDAAA" teriak seorang gadis memasuki sebuah rumah minimalis

"Selamat siang" kata seorang wanita paruh baya

"Hehehe, selamat siang, bunda" kata gadis itu lalu menyalimi tangan sang bunda

"Selamat siang juga" jawab sang bunda

"Kenapa teriak-teriak sayang?" tanya sang bunda 

"Bunn, aku lolos ke olimpiade Biologi internasional" kata gadis itu dengan perasaan yang sangat gembira

"Wahh selamatt, anak bunda emang paling cantik dan pintat" kata sang bunda lalu mencium pipi anak semata wayangnya itu

"Tapi Lily sedih bun" kata gadis bernama Lily itu dengan raut wajah sedih

"Loh, kenapa?" tanya sang bunda bernama Yaya

"Lusa, Lily bakal ikut pelatihan di Jakarta selama 45 hari, artinya Lily harus jauhh dari bunda" jawab Lily dengan perasaan sedih lalu memeluk bundanya

"Kalau Lily mau, Lily ikut aja bunda gak larang kok" kata bunda Yaya sambil mengelus-elus rambut Lily

"Tapi nanti bunda sendiri, Lily gak mau bunda sendiri" kata Lily yang masih memeluk bundanya

"Lily, kalau Lily mau ikut, ikut aja, bunda gak papa kok, kan ada bi Isah yang temani bunda juga" kata bunda Yaya melepaskan pelukan dan menatap Lily dengan lembut

"Tapi bun" 

"Syutt, sekarang bunda serahin semua pilihannya ke Lily, Lily kan udah besar, udah bisa nentuin pilihan yang terbaik buat Lily" kata bunda Yaya

"Lily mau ikut, tapi bunda gak papa kan cuma sama bi Isah aja?" tanya Lily setelah membuat keputusan

"Gak papa sayang" kata bunda Yaya tersenyum menatap Lily, putrinya yang sudah bisa membuat pilihannya sendiri

"Kalau gitu sekarang Lily mandi dulu trus makan ya, bunda udah buatin makan siang yang enak" kata Bunda Yaya

"Siapp bun" kata Lily lalu menuju kamarnya

------

"Bundaa hikss" tangis Lily saat berada di bandara untuk berangkat

"Lily jangan nangis, nanti bunda juga nangis" kata bunda Yaya tidak tega melihat putrinya menangis

"Lily bakal kangen banget sama bundaaa" kata Lily memeluk bundanya

"Bunda juga bakal kangen banget sama Lily" kata sang bunda membalas pelukan putrinya

"Lily, ayo nak kita harus udah check-in" kata miss Meti, guru pembimbing Lily yang ikut bersamanya

"Bundaa" kata Lily melepas pelukan mereka

"Hati-hati ya sayang, jangan telat makan, jangan begadang, jangan lupa hubungi bunda ya" kata bunda Yaya lalu mencium dahi dan pipi Lily

"Lily bakal telfon bunda setiap detik" kata Lily dengan bersemangat

"Haha, ada-ada aja kamu Ly" tawa bunda Yaya melihat kelakuan Lily

"Lily gak bercanda bund" kesal Lily sambil mengerucutkan bibirnya

"Yaudah, kamu check-in sana, kasihan tuh miss Meti udah nunggu lama" kata bunda Yaya

"Dadahh bun" kata Lily sambil melambaikan tangannya dengan sedih dan berjalan menuju tempat check-in

Bunda Yaya pun terus meperhatikan sang putri hingga masuk ke ruang tunggu, tak bisa dipungkiri, ia pun sangat sedih harus berpisah dengan putrinya selama kurang lebih satu bulan.

Rasanya bunda Yaya ingin menangis namun ia harus kuat dihadapan sang putri, putri yang sudah ia rawat sendirian dari kecil, putri kecilnya yang menjadi alasannya bertahan hidup saat semua orang bahkan keluarganya sendiri tidak menerima dirinya.

----------

Flashback bunda Yaya

"JAWAB KAMU HAMIL ANAK SIAPA!" marah seorang pria paruh baya 

"Gak tahu pah" tangis seorang gadis yang tengah berlutut di bawah kaki dua orang paruh baya

"PLAK"

"SAYA TIDAK PERNAH MENGAJARKAN KAMU MENJADI PELACUR YAYA" tampar pria paruh baya tersebut

"Aku gak tahu siapa pah hiks" tangis gadis bernama Yaya tersebut

"Lebih baik kamu angkat kaki dari rumah saya, saya tidak mempunyai anak yang tidak tahu malu seperti kamu" kata wanita paruh baya

"Maa pleasee" tangis Yaya sambil mencium kedua kaki orang tuanya

"Pergi kamu!" kata kedua orang tua Yaya lalu meninggalkan Yaya sendirian

"Tuhan, begitu banyak pencobaan yang Engkau berikan" ucap Yaya sambil menangis tersedu-sedu

Yaya bukan perempuan murahan seperti yang kalian pikirkan, dia hanya dijebak oleh salah satu temannya 

Yaya tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga mendapatkan cobaan yang begitu berat

Beberapa saat kemudian Yaya tinggal di sebuah kosan kecil di temat kumuh, dia tidak ada pilihan lain, orang tuanya tidak memberikan uang sepersen pun, ia bisa menyewa kosan ini dari hasil tabungan uang jajannya

Tidak sampai di situ penderitaan Yaya pun berlanjut karena para tetangga-tetangganya yang terus menghina dan mencemoohnya

Namun Yaya tidak pernah menyerah memperjuangkan hidupnya dan bayi kecilnya, hingga saat ini Yaya sudah memiliki usahanya sendiri dan bayi kecilnya pun sudah besar

Bayinya, putrinya, semangat hidupnya, terangnya, anugrah Tuhan dan cahaya hidupnya.

----------

Haloo guyss 

Aku kembali dengan cerita baru

Jujur begitu banyak ide yang masuk di kepala ku, tapi ide ini yang paling menarik buat aku

Dan nulis part ini sedikit membuat aku sedih dan teharu, karena perjuangan bunda Yaya terhadap Lily

Dan untuk kita semua, kita harus menghormati orang tua kita yaa

Banyak banget pengorbanan yang orang tua kita lakukan buat kita

Sekiann

Semoga kita semua sehat selalu

Dan stay safe semuanyaaa

45 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang