Chapter 1: Mukadimah

6 1 0
                                    

Tuttt.. Tutttt..

Dering handphone Levi berbunyi, Levi sudah bisa menebak dari siapa telepon itu berasal. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya, Johnny.

"Leviiiiii" Teriak Johhny dari seberang telepon.

Levi yang mendengar teriakan sahabatnya itu langsung menjauhkan hp dari telinganya, " Gak usah beraaaak berok koyok nang alas ae"

Johnny terbahak mendengar omelan Levi, suara tawa Johnny adalah hal favorit bagi Levi, tapi tidak untuk kali ini, dia terlalu sebal mendengarnya, "ono opo (ada apa)?" sambung Levi kemudian.

"Video call ya" Jawab Johnny dan langsung mengubah sambungan menjadi sambungan video call. Levi menjawabnya dengan malas.

"Hmm... aku jek tas tangi turu pak" kata Levi lagi.

"Ayo ngomong sambil jalan, tak tunggu 10 menit, aku pengen makan ndek delta" Tut. Sambungan terputus.

"Sumpah arek iki gak popo tah, ngejak video call cuma ngomong ngono tok " gerutu Levi yang bingung dengan kelakuan random Johnny.

Levi dan Johnny, sama-sama berasal dari Surabaya dan sama-sama kuliah di salah satu universitas ternama disana meskipun mereka berdua berbeda jurusan. Levi memilih jurusan manajemen dan Johnny Axelle Zachery, cowok blasteran Amerika-Jawa itu, menetapkan hatinya untuk menjadi seorang dokter gigi. Hampir setiap hari mereka jalan entah itu sekedar ngafe atau menemani salah satu dari mereka mengerjakan tugas di luar. Tidak, mereka tidak pacaran, mereka murni bersahabat karena Levi sendiri sudah memiliki pacar yang sedang berkuliah di Malang, Rendra Junaedi atau biasa dipanggil Renjun. Sebenarnya, Renjun dan Johnny adalah sahabat dekat waktu SMA. Jauh sebelum Renjun berpacaran dengan Levi. Berhubung Renjun akhirnya diterima kuliah di Malang, tempat kelahirannya, dengan terpaksa ia dan Levi menjalani hubungan jarak jauh. Dan akhirnya dia menitipkan Levi kepada Johnny.

Sudah 30 menit lamanya Levi menunggu di depan rumah. Ketika dia sedang asyik bermain ikan cupang kesayangannya, motor Johnny berhenti tepat di depan pintu pagar.

"Misi gojek!"

"Nggak pesen pak! Pulang aja!" Sahut Levi cuek, dia masih sibuk mengadu dua cupang jagoannya itu.

Johnny tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu, "Wah apa kabar nih Felix sama Lucas?" Johnny mendekat ke arah dua ekor cupang yang sedang bertarung mengembangkan ekornya itu. Si pemilik cupang tampak cuek ketika cowok jangkung di sebelahnya mulai ikut bermain dengan ikannya tersebut.

" Kamu marah a?" Tanya Johnny baru sadar kalau cewek disebelahnya dari tadi sudah memajukan mulutnya.

" Menurut ngana? Aku dari tadi wes kedandapan katamu 10 menit nyampe, tiwas aku durung adus durung dandan, deloken raiku mbladus koyok gombal nang pojokane dapur ( Aku dari tadi udah tergesa-gesa gara-gara kamu bilang 10 menit mau nyampe, aku belum mandi, belum dandan lagi, liat mukaku nih udah kucel kayak kain di pojokan dapur)" Omel Levi. Yang diomelin seperti biasa, hanya tertawa mendengar ocehan sahabatnya itu. "Ayo wes berangkat" Johnny mengacak-acak rambut Levi kemudian beranjak dari sana diikuti oleh Levi yang sedang sibuk merapikan rambutnya.

"Lhoalah lalI (Oiya lupa) " Johnny berbalik masuk ke dalam rumah.

" Pah, Mah, Levinya Johnny culik dulu ya!" Ijin Johnny kepada orang tua Levi yang berada di ruang tamu.

" Martabak satu!" Seru papa Levi dari dalam rumah.

" Gak jadi pah, Levinya Johnny balikin aja" Jawab Johnny sembari terkekeh. Mama Levi yang mendengarkan Johnny dan suaminya itu hanya bisa geleng-geleng kepala. "Mantu mamah ini emang ya"

" Heh sembarangan" Sela Levi yang mulutnya langsung ditutup oleh tangan Johnny " Gak sopan karo wong tuo (Nggak sopan sama orang tua)"

Levi dan Johnny duduk berhadapan di salah satu tempat makan yang berada di kawasan Delta. Mereka berdua sedang asyik menikmati makanannya masing-masing.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang