Chapter 2 : Hai Malang!

9 1 0
                                    

Malang. Lebih dingin dari biasanya. Kata orang karena musim maba, Malang jadi sedikit memamerkan temperatur khasnya, sejuk dan super dingin, seolah menyambut orang-orang baru yang akan mengenyam pendidikan di kota ini. Levi yang tahun ini ikut tes ujian sekali lagi, berhasil lolos dan masuk ke kampus yang sama dengan Renjun. Salah satu kampus terfavorit di kota itu yang berada di samping salah satu mall yang banyak dikunjungi arek Ngalam.

Levi diterima di jurusan Teknik Elektro, dia memang sengaja tidak mau masuk ke jurusan yang sama dengan Renjun, disamping jurusan Teknik Elektro adalah jurusan idamannya dari dulu, dia juga tidak mau terlihat selalu mengekori kekasihnya. Akan tetapi fakultas mereka tidak jauh malah tergolong sangat dekat. Renjun kuliah di jurusan Hukum, dimana fakultasnya memang berhadapan langsung dengan fakultas Teknik. Setelah kejadian di rumah Levi, Renjun memang lebih memilih mengalah dan mendukung keputusan Levi untuk pindah kuliah.

Beberapa hari sebelum ospek, Levi yang diantar Johnny telah sampai di depan kos barunya. Dia beruntung punya pacar seperti Renjun yang sudah menyiapkan semua kebutuhannya termasuk mencarikan dia tempat tinggal. Sebenarnya dia bisa saja tinggal bersama kakaknya yang kini sudah berumah tangga, akan tetapi rumahnya yang terlalu jauh dari kampus tidak memungkinkan Levi untuk berangkat kuliah dari sana mengingat dia sendiri tidak membawa kendaraan apapun disana.

"Renjun kesini gak?" Tanya Johnny sambil mengeluarkan barang-barang Levi dari mobil. "Tumben Vi barangmu dikit, cuma bawa baju tok?" Levi yang sibuk mengutak atik handphonenya hanya mengangguk membalas pertanyaan Johnny. "Koyok mbak-mbak sing diusir soko omah nang sinetron azab indosiar, cuma nggowo tas tok isine klambi hahaha (Kayak mbak mbak yang diusir dari rumah di sinetron azab indosiar, cuma bawa tas doang isinya baju)"

"Iyo, kon sing dadi suami tukang selingkuh terus kenek azab dikutuk dadi micin e indomi"

Johnny tertawa keras mendengar ucapan Levi yang selalu tidak mau mengalah itu. Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Papa dan mama Levi turun dari sana diikuti kakak Levi, Agusta Ismail yang biasa dipanggil Taeil, atau mas Iil sang pengantin baru yang baru saja menikah 2 bulan lalu. Sesaat setelah turun dari mobil dan menyapa Johhny dan Levi, Mas Iil segera menurunkan barang-barang Levi lainnya yang diangkut di dalam mobil mas Iil.

"Buset tak tarik omonganku Vi" Bisik Johnny, "Tibak e barangmu akeh, lhoalah lha lapo se kon nggowo(bawa) kompor, dikos gak ada dapur opo, lho nggowo kulkas cilik, ember, hahaha nggowo jemuran, mobilmu koyok kantong Doraemon isine macem-macem hahaha lho lho lho ono ban serep pisan" Johnny sibuk mengomentari barang-barang yang dikeluarkan mas Iil dari dalam mobil satu persatu.

"Iki ban serep buat ganti ban, bukan buat Levi" Kata mas Iil setelah mendengar ocehan Johhny.

"Owalah mas tak pikir buat bandulan(ayunan) Levi ndek kamar hahaha"

Levi ingin menjitak kepala Johnny tapi dia mengurungkan niatnya karena sadar diri bahwa dengan lompat pun dia tidak bisa menggapai kepala Johnny yang tinggi itu.

" Endi pacarmu sing irunge koyok penggaris segitiga?" Tanya papa Levi mendekat. "Iki ditaro mana barang e?"

"Sik ono urusan Pa, nantik sore baru kesini. Ini aku wes hubungi arek kos an katanya mau dibukain lawang(pintu)" Renjun memang sudah menitipkan Levi kepada salah satu penghuni kos yang merupakan teman sejurusannya.

Tak lama pintu rumah kos dua lantai itu dibuka dari dalam. Muncul seorang perempuan yang sebaya dengan Levi sambil tergopoh membukakan pagar yang digembok. "Levi ya? Maaf lama ya tadi aku masih mandi" Jelas perempuan itu yang kelihatan dari logatnya bukan berasal dari Jawa.

"Nggak apa-apa kok, Nancy ya?" Levi menyodorkan tangannya untuk mengajaknya bersalaman dan disambut oleh Nancy. "Iya, ayo masuk, mana yang bisa aku bantu bawain?"

"Nggak usah, cewek nggak boleh bawa berat-berat" Ucap Johnny sambil memamerkan senyumannya. Nancy hanya tersenyum mendengar jawaban itu.

"Guombal, iki aku mbok kon nggowo kulkas, kon cuma nggowo blender karo hanger jemuran" Protes Levi, dan sekali lagi Johnny tertawa. "Oiya ini nggak apa-apa cowok masuk kos?" Tanya Levi kepada Nancy yang sedang sibuk melihat Johnny yang sedang menambah barang bawaannya sebelum kena protes bertubi-tubi dari Levi.

"Nancy?" Panggil Levi sekali lagi. Nancy langsung tersadar dari dunianya, "Oh.. iya, kenapa?"

"Ini.. Cowok nggak apa-apa masuk kos?" Ulang Levi.

"Nggak apa-apa kok, aku udah bilang sama penjaga kos kalo hari ini ada yang baru masuk, penghuni kos yang lain juga udah pada tau"

Akhirnya mereka semua masuk ke dalam kos sambil membawa barang yang bejibun jumlahnya. Kamar Levi berada di lantai atas tepat berhadapan dengan kamar Nancy. Rumah kos itu masih tergolong baru dan kebetulan masih ada kamar yang belum ditempati.

" Dapurnya ada di bawah, tepat di bawah tangga belakang, tapi kalo mau nyuci disini nggak ada mesin cuci, jadi kamu bisa cuci manual sekaligus jemur di lantai 3, tapi biasanya sih anak sini lebih suka laundry, aku tau tempat laundry yang cepet dan murah, kalo kamu mau aku bisa anterin. Oh iya mungkin nanti malem penjaga kos dateng, kamu bisa hubungin dia nanti, dia lagi kuliah sekarang" Terang Nancy.

"Penghuni kosnya masih kuliah?"

"Iya, namanya mas Kuncoro kamu bisa panggil dia mas Kun, dia satu tingkat diatasku. Sebenernya dia anak pemilik kos, tapi rumah pemilik kos dan tempat kerjanya ada di Probolinggo, jadi yang jagain kosan ya mas Kun"

Levi hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Nancy. "Yaudah aku tinggal dulu ya Vi, aku harus siap-siap ke kampus, kalo ada apa-apa telfon aja" Sambung Nancy. Setelah berpamitan dengan Johnny dan keluarga Levi dia pun berbalik menuju kamarnya.

Sekitar 2 jam mereka bebenah kamar Levi. Johnny, mas Taeil, papa dan mama Levi akhirnya beranjak untuk pulang setelah sebelumnya diusir-usir oleh Levi.

"Beneran nggak perlu dibantuin lagi tah?" Tanya mama khawatir.

" Bener ma, wes mau selesai. Udah mau sore juga ben gak kemaleman kalian nyampe rumah e. Johnny juga besok pagi ada kelas toh John?"

Mereka pun mengalah dan pamit pulang. Sebenarnya Levi juga agak berat hati melepas kepergian orang-orang kesayangannya itu. Seumur-umur dia belum pernah tinggal terpisah dengan keluarganya. Namun selain dia ingin punya pengalaman baru sebagai anak rantau sekaligus ingin menjadi anak yang mandiri , dia juga ingin keluar dari zona nyamannya di rumah. Proses pendewasaan katanya.

" Aku mulih(pulang) ya Vi, ojo kangen " Kata Johnny setelah mereka sampai di depan pagar kos.

"John" Panggil Levi saat Johnny hendak menuju ke mobil. Dia mengeluarkan hpnya dari dalam saku dan menyodorkannya ke depan muka Johnny "Ngguyuo cepet"

"Lapo aku mbok suruh ketawa? Hahaha" Kata Johnny bingung meskipun akhirnya dia tertawa juga.

"Sip. Wes tak rekam. Biar nek kangen sama ketawamu aku iso dengerin ndek hape"

Johnny tersenyum, tangannya mengusap pucuk kepala Levi perlahan. "Kalo kangen kan iso telfon se"

"Yo mben sopo sing ngerti, iso ae kamu gak gelem ngangkat telfonku maneh (Ya suatu saat siapa yang tahu, bisa aja kamu nggak mau angkat telfonku lagi)"

"Mosok ono koyok ngono (mana ada kayak gitu), sampe kapan pun aku tetep ada buat kamu"

"Ciyeee... Peluk lah peluk, ben koyok nang tipi-tipi" Papa Levi menyeletuk secara tiba-tiba. Mama Levi hanya bisa tertawa mendengar perkataan suaminya itu.

"Boleh tah?" Tanya Johnny kepada Levi. Levi mengangguk dan merentangkan tangannya menunggu pelukan perpisahan dari sahabatnya itu. Tidak menunggu lama, Johnny pun mendekatkan tubuh Levi ke dalam pelukannya, agak lama, sepertinya mereka sangat tidak rela untuk berpisah meskipun hanya berbeda kota saja.

"Tetep jadi sahabatku ya?" Pinta Levi, yang masih dalam pelukan Johnny.

"Selalu"

Sore itu, pelukan yang lama dan hangat itu, mungkin mereka tidak pernah mengira bahwa itu adalah pelukan terakhir bagi satu sama lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang