Chapter 1

4 0 0
                                    

"Vi!" panggil salah satu anggota osis pada rekannya yang sedang sibuk memerhatikan mading sekolah, karena ada pengumuman baru.

"Iya?" jawab "mereka" berdua spontan.

Ya. Mereka adalah Viansa Agnesia dan Avian Afriado. Karena sebutan panggilan mereka yang hampir sama lantas mereka berdua merespons sumber suara itu secara bersamaan.

Ternyata mereka berdiri bersampingan di paling belakang gerombalan anak-anak lain.

Kini keduanya berdiri berhadapan.Terjadi kontak mata terhadap keduanya selama beberapa detik.

"Woi!" seseorang menepuk punggung Avian.

Dia Aga. Rekan organisasinya sekaligus teman sekelasnya.

"Kemana aja lu, di tunggu noh sama anak-anak lain di Aula" seru Aga dengan ekspresi menyuruh temannya itu untuk segera pergi ke aula.

Avian yang menanggapi itu dengan anggukan langsung bergegas menuju aula bersama Aga terburu-buru,  meninggalkan cewek itu.

ꪜiansa sempat melamun, entah apa yang ia pikirkan saat itu.

"ꪜi!"
Kali ini benar-benar orang yang memanggil namanya, Rara.

"Lo bilang mau ke kantin, tapi malah disini"

"Eh ada apaan sih ni rame banget?" Sambung Rara berniat menerobos kerumunan itu.

"Ck, Ra, gausah. Gue udah liat tadi" Jelas ꪜiansa yang disetujukan oleh Rara.

Rara tahu maksut temannya itu, ia akan diberitahu apa yang ꪜiansa lihat di mading nanti.

☽︎☽︎☽︎

"Maaf semuanya gu--" ucap Avian terpotong kala melihat Pak Ahmad kepala sekolah SMA Merah Putih di ruangan serba guna itu sudah berdiri menghadap anak-anak osis.

"Maaf pak, saya terlambat" sambungnya dan langsung menghampiri Pak Ahmad diikuti rekannya, Aga.

"Avian! Kenapa kamu kamu tidak minta izin saya dulu jika mau membuat acara?" tanya Pak Ahmad tegas. Jika dilukiskan kini wajahnya tampak marah dengan kedua alis yang menyatu.

"Maaf pak, saya tidak tahu mengenai acara ini" jawab Avian kebingungan.

Ia memang tidak tahu mengenai acara pensi (pentas seni) yang akan di majukan jadwalnya satu minggu lebih cepat. Seharusnya acara ini dilangsungkan satu bulan lagi dengan rencana yang lebih siap dan matang.

Karena satu minggu lagi sekolah ini akan melangsungkan Ujian Akhir Semester 1. Tentunya jadwal ini akan bentrok dengan pentas seni.

"Terus kenapa selembar poster di pajang di mading dengan tanggal yang dimajukan? Saya belum memberi izin kalian!"

Pak Ahmad sangat marah. Pasalnya ia mendapat teguran dari orangtua murid sejak tadi pagi. Orangtua murid tersebut tidak ingin anak-anaknya terganggu konsentrasinya untuk melakukan UAS 1. Ini sangat mengganggu bagi murid yang sudah kelas 12.

"Saya tidak mau tahu, acara pentas seni akan tetap dilangsungkan satu bulan lagi. Bukan minggu depan!" tegas Pak Ahmad sambil menggelengkan kepalanya.

Belum sempat Avian menjawab, kepala sekolah itu sudah keluar aula terlebih dulu.

☽︎☽︎☽︎

"Serius? Gila sih"
Rara terkejut kala mendengar penjelasan ꪜiansa.

"Iya. Denger-denger sih, Ketosnya ngga tahu soal ini? Belum izin kepala sekolah pula" sambung Nanda memasuki obrolan ketiganya.

"Lo tau dari mana? Kok gue ketinggalan banget ?!"  tanya Rara yang bingung. Kenapa kedua temannya itu sudah tahu sedangkan ia belum?

Saat Rara menyusul untuk mencari ꪜiansa dan meninggalkan Nanda dikantin sendirian para murid sudah banyak yang membicarakan 'hal' ini, belum lagi ketos sekolah itu dipanggil oleh kepala sekolah. Maka dari itu Nanda tahu.

☽︎☽︎☽︎

"Arghhhh"

Avian sedang mengontrol nafasnya saat ini. Setelah ia marah-marah pada para anggotanya. Ceroboh sekali.

Kini ruangan sepi. Hanya ada mereka berdua sejak Indra membubarkannya sedari tadi.

Sekarang nama baiknya tercoreng 'lagi' padahal ia belum membersihkan namanya pada kejadian beberapa bulan lalu.Tapi berbagai masalah terus menerus datang. Kejadian ini sudah berulang kali, tapi Avian masih belum menemukan pelakunya. Ia butuh si pelaku untuk membersihkan namanya.

☽︎☽︎☽︎

Sudah 15 menit cewek itu berdiri di depan gerbang sambil memainkan handphonenya. Sesekali ia melihat ke kanan-kiri barang kali ada angkot yang lewat.

Sekolah sudah sepi. Sedangkan cewek itu baru pulang dari kegiatan tambahan.

Sebenarnya didalam masih ada anak-anak yang mengikuti kegiatan estrakurikuler atau rapat organisasi lainnya.

Hanya saja Rara dan Nanda tidak memiliki jadwal eskul yang sama dengan ꪜiansa. 

Tak berapa lama muncul cowok bertubuh tinggi dengan rahang yang tegas serta alis yang tebal. Rambutnya tidak begitu tipis tapi juga tidak begitu tebal dan sedikit basah. Ia memakai almamater warna abu tua.

Avian Afriado.

Avian baru menyelesaikan rapatnya bersama anak osis sepulang sekolah. Ia menuju parkiran dan langsung menuju motor hitam pekat diikuti Aga dan Indra dibelakang.

"Cewe" sapa Indra cengar-cengir pada Viansa saat menuju keluar gerbang.

"Mau bareng ga?" Lanjut Indra yang usil lagi. Padahal ia tidak benar-benar ingin mengajak ꪜiansa pulang bersama.

Avian dan Aga hanya menggelengkan kepala melihat tingkah temannya itu.

ꪜiansa yang risih akan hal itu seolah acuh masih sibuk tengok ke kanan-kiri sambil menggenggam ponselnya.

Yap! Ada angkot lewat. ꪜiansa bergegas melambaikan tangan menyimbolkan supaya angkot terswbut bwrhenti.

Tanpa disadari Avian langsung melajukan motornya karna mwnurutnya jalanan sudah sepi dan bisa disebrangi sekarang.

Ngikk!!!

"Akhhh"

Tanpa sengaja stang motor hitam pekat milik Avian itu mengenai pergelangan tangan ꪜiansa yang sedang melambaikan tangan.

"Eh sori ga sengaja"

Avian berhwnti meninggalkan motornya lalu menghampiri ꪜiansa.

"Makanya kalo jalan liat-liat dong!"

ketus ꪜiansa langsung masuk kedalam angkot yang sudah berhenti didepannya sambil mengelus pergelangan tangannya yang sedikit merah namun tidak terluka.

Avian tidak peduli. Jelas-jelas ia sudah minta maaf.


☻︎❤︎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝒉𝒆𝒍𝒍𝒐 𝒈𝒐𝒐𝒅𝒃𝒚𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang