II

744 149 5
                                    

Kelas Junkyu baru saja berduka. Kehilangan 4 orang siswa sekaligus tentu saja membawa kesedihan yang cukup besar.

Benar perkiraan Junkyu. Yang kemarin dilihatnya memang benar. Anak-anak yang membicarakannya dari jauh mendapat ganjaran dari yang di atas.

Kronologisnya cukup aneh. Mereka kecelakaan. Yang aneh adalah mereka yang dengan sukarela berjalan menyebrangi zebra cross padahal lampu tanda jalan sedang merah. Tentu saja karena sosok yang berdiri di belakang mereka kemarin itu merasuki keempat anak itu dan memaksa mereka menemui ajal dengan cepat.

Junkyu hanya memasang wajah datar saat seisi kelasnya diselimuti kabut gelap. Bukannya tidak peduli, tapi apa yang bisa dilakukan Junkyu?

Siang itu mereka sekelas pergi ke rumah duka, memberikan penghormatan terakhir mereka. Tak terkecuali Junkyu yang juga ada disana. Ia meletakkan bunga di pelataran, membungkuk kecil, meberikan penghormatan terakhirnya.

Sesekali matanya melirik ke arah kanan pelataran, tampak tak tenang.

"Sepertinya dia masih tetap berkeliaran.", bisik seseorang tepat di telinga Junkyu.

Sedikit tersentak, Junkyu menoleh ke sampingnya hanya untuk mendapati wajah Haruto yang sangat dekat dengannya. Matanya membola sempurna, membuat orang-orang di sekitar memerhatikannya.

Merasa kini menjadi pusat perhatian, Junkyu segera berjalan keluar dari ruangan itu. Tentu saja Haruto mengikutinya.

Cukup jauh melangkah hingga ke koridor kosong, Junkyu memicingkan matanya menatap Haruto.

"Ya! Kenapa kau bisa ada disini?", tanya Junkyu.

Jujur ia sendiri tidak menyangka Haruto bisa keluar dari wilayah sekolah. Seharusnya arwah penasaran sepertinya tidak bisa keluar dari wilayah dimana ia menghembuskan napas terakhirnya.

Haruto mengedikkan bahu.

"Entahlah. Tadi aku hanya melihat kelasmu berjalan berbarengan. Karena penasaran aku mengikutimu.", cengir Haruto.

Junkyu mengernyit heran.

"Seharusnya kau tidak bisa keluar dari wilayah sekolah.", ucap Junkyu.

"Itu juga yang kupikirkan. Karena selama ini aku berusaha untuk keluar tapi tidak bisa. Tapi hari ini aku bisa.", Haruto terkekeh, memperlihatkan barisan giginya. Tampaknya senang.

"Tidak, harusnya tidak bisa. Arwah penasaran itu terikat dengan tempatnya menghembuskan napas terakhirnya. Atau setidaknya orang yang membuatnya menjadi arwah penasaran. Katamu yang merundungmu sudah datang dan minta maaf kan? Kenapa kau masih disini? Harusnya kau juga sudah pergi ke alam sana.", terang Junkyu.

Haruto menatap Junkyu dengan tatapan polos. Kakinya melangkah ke bangku yang ada di dekat mereka. Ia naik dan berjongkok pada bangku itu.

"Seharusnya kan? Aku juga tidak tahu kenapa masih disini.", ucap Haruto menatap Junkyu seperti seorang anak kecil.

Junkyu mau tak mau juga berpikir. Baru kali ini ada arwah penasaran yang tak langsung pergi setelah masalahnya selesai. Pemuda Kim itu kini mendekatkan wajahnya wajah pucat Haruto. Sangat dekat hingga nyaris saja hidung mereka bersentuhan.

"Y-ya...", Haruto tampak salah tingkah dengan kedekatan yang tiba-tiba ini. Padahal biasanya ia yang jahil pada Junkyu.

"Jangan bilang... kau berbohong tentang alasanmu meninggal?", ucap Junkyu dengan bibir sedikit manyun.

Haruto menatap manik bulat Junkyu, lalu melirik ke bawah pada bibir merah Junkyu. Ia meneguk ludah kasar merasa kagum pada sosok cantik di hadapannya ini.

[✔] Freak [Haruto x Junkyu] Harukyu AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang