Ikenai de Sherlock x William

557 78 0
                                    

Waktu yang terus berjalan.

Cuaca yang terus berubah.

Suasana yang tidak pernah sama setiap harinya.

Usia yang terus berkurang setiap tahunnya.

Tidak ada satupun yang bisa berubah kecuali melakukan sesuatu terhadapnya.

"Mari kita bertahan untuk tetap hidup, kau dan aku."

Satu kalimat yang telah menyelamatkanku. Niatku untuk mati seorang diri seketika berhenti, dan aku masih bisa bernapas sampai detik ini.

Satu langkah yang membuat perubahan.

Satu langkah yang membuat hatiku bergetar.

Satu langkah yang... menyelamatkanku.

Tetapi, perasaan bimbang ini masih belum bisa hilang.

Sejak awal, aku sudah siap untuk mati.

Dan mengakhiri pertemuanku dengannya. Kupikir itu adalah hari terakhirku memandangnya, menyebut namanya, mendengar suaranya.

Namun ternyata tidak. Seolah tersirat "memilih mati takkan semudah itu".

Apa pemikiranku yang terlalu sempit? Atau... terlalu naif?

Apa seharusnya saat itu aku... membunuhnya...?

Tidak.

Sekalipun saat itu aku benar-benar tenggelam di sungai Thames, kupikir kami berdua akan mati bersama.

Namun ternyata tidak.

Takdir memilih kami tetap bertahan hidup. Hingga detik ini.

Aku masih bisa memandangnya. Aku masih bisa mendengar suaranya. Aku masih bisa menyebut namanya.

Sherlock Holmes.

Holmes-san.

Sherly.

Ya, jiwa dan ragaku dapat menerimanya. Bahwa ini adalah kesempatan keduaku untuk bertahan hidup. Demi melakukan apa yang pernah dikatakannya.

"Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa diperbaiki!"

"Mari menghadapi dunia yang semakin kejam ini bersama-sama!"

"Pilihlah jalan tersulit untukmu melewatinya, bukan dengan jalan pintas dengan memilih mati!"

Kata-kata itu terus terulang dibenakku setiap kali mengingat kejadian na'as yg hampir merenggut nyawaku.

Tetapi... perasaan bimbang dalam hatiku ini, terus menggangguku.

Kenapa aku hidup?

Kenapa pendosa sepertiku masih hidup?

Tanganku yang berlumuran darah ini, takkan pernah bisa dibersihkan.

Pantaskah seseorang sepertiku bertahan hidup?

Bagaimana dengan orang-orang yang aku tinggalkan?

Bagaimana dengan orang-orang yang menantikan kematianku?

Aku sudah dibenci mereka semua. Aku takkan termaafkan lagi.

Terulang, dan terus terulang. Perasaan bimbang yang terus menyeruak hatiku, perasaan sakit dan fakta yang tak bisa terelakkan bahwa aku masih bisa bertahan hidup saat dunia menginginkan kematianku.

Aku tidak tahan.

Aku tidak bisa menahannya sendiri.

Aku hanya berpura-pura kuat.

Don't leave meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang