-FOTT 01-

23 2 0
                                    

Banyak ragam keinginan yang selalu menjadi tujuan setiap manusia. Banyak juga rintangan yang berliku saat ingin mendapatkannya. Beberapa dari mereka bahkan terjatuh di atas tingginya sebuah harapan. Namun apa yang mereka lakukan selanjutnya tetap kembali pada keputusan di tangan mereka. Pergi, atau kembali dan mencoba mengulang untuk apa yang ingin di raihnya.

Cita-cita.

Suatu hal yang kadang di anggap sepele dalam kehidupan namun sulit untuk di wujudkan. Segala hal itu pasti penuh dengan pengorbanan.

Begitupun dengan dua anak kembar yang kini tengah bermain bersama di sebuah taman belakang rumah yang luas dengan hamparan rumput serta bunga indah menghiasi nya.

Seorang anak laki-laki yang tengah serius menggambar dengan krayon menoleh kala mendengar suara manis itu bertanya padanya. 0

"Kakak lagi buat apa?" Tanya gadis cantik dengan dua ikat rambut stroberi yang mengikat rambut coklat nya serta lolipop yang masih setia berada dalam mulut kecil itu.

"Langit malam."

"Aku mau liat."

Sang kakak pun memperlihatkan gambarnya pada kembarannya tersebut.

"Ini siapa?"

"Ini kakak sama adek." Tunjuk nya kemudian pada dua anak yang ia gambar seraya berpegangan tangan menatap langit luas penuh dengan bintang.

"Kenapa harus malam kak? bintangnya banyak lagi, kan kalau di hitung capek. Kenapa kakak gak pilih matahari yang jelas-jelas hanya ada satu, atau bulan deh, kan di malam hari juga ya sama kayak bintang."

Anak lelaki itu terkekeh kemudian mengusap kepalanya dengan gemas. "Maka dari itu, lebih sulit apa yang kita harapkan lebih sulit juga cara yang harus kita lakukan."

"Adek gak ngerti."

"Coba kamu hitung bintang yang ada di langit pas malam hari."

"Itu kan banyak, pasti susah. Terus apa hubungannya dengan sulit yang kakak bilang tadi?"

Ia menghela nafas dengan sabar  kemudian menatap adiknya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Emm... suatu hari nanti kamu juga akan ngerti. Sekarang kita masuk yuk, udah sore nih. Mom sama dad bentar lagi pasti pulang."

"Yeayyy!!!"

Keduanya berlarian memasuki mansion luas yang telah lama di tinggali keluarga kecil ini. Ya, sepasang suami istri dengan sepasang anak kembar tampan dan cantik yang menggemaskan.

Marco King Zax, kakak kembar dari Meisha Laqueena Zax dengan perbedaan waktu 10 menit. Mereka adalah anak kembar yang di lahirkan dari pasangan suami istri bernama Ariezka Zara Satria dan Xenan Gio Maxmillan. Marco selalu menjadi pribadi yang dingin namun lembut terhadap adiknya. Ia pun sangat menyayangi Meisha. Beda halnya dengan Meisha yang nakal namun tak menghilangkan keimutan serta membuat orang lain gemas akan tingkahnya.

Mommy dari mereka atau sering di panggil Zara adalah seorang pembunuh bayaran yang telah mendunia, ia pun seorang dokter bedah yang di akui oleh dunia. Tak hanya itu, kecerdasan, ketangkasan, juga beberapa macam keahlian yang ia miliki membuat dirinya di takuti. Beda hal nya dengan Xenan sang daddy yang telah menguasai perusahaan mendunia.

Kehidupan yang mewah yang membuat semua orang ingin memilikinya. Namun, kisah kelam di balik itu semua selalu menjadi momok menakutkan dalam kehidupan kedua anaknya.

Zara selalu melatih mereka dengan berbagai macam latihan fisik yang mampu membuat diri mereka kuat di kemudian hari. Tak hanya itu, hidup yang terkekang juga sesuatu yang mereka dapatkan.

Tak dapat berpergian bebas. Tak dapat bersekolah dengan nyaman. Tak dapat mempunyai teman. Hal itu membuat keduanya merasa jera juga frustasi yang tak terelakkan.

Hingga, lima belas tahun lamanya. Mereka di kurung dalam sangkar emas yang membuat keduanya ingin sekali terbebas.

Suara pintu terbuka dengan perlahan tak membuat seseorang yang kini tengah tertidur dengan nyaman dalam kasurnya itu terbangun. Ia menatap sendu ke arah gadis manis yang berstatus adik kembarnya.

"Dek, maaf, kakak harus ninggalin kamu disini." Jeda beberapa saat kemudian ia pun membuka tas dan menyimpan sebuah surat serta kalung hitam di atasnya.

"Kakak pamit. Apapun yang terjadi nanti, kakak akan selalu ada untuk kamu."

Marco mengelus surai adiknya kemudian mengecup keningnya dengan lembut. "Maaf karena kakak harus tinggalin kamu."

"I love you sweetie. I love you so much." Setelahnya, ia pun pergi meninggalkan Meisha yang tengah menahan tangisnya.

Ia masih terjaga. Ia bahkan tak tidur sama sekali. Hatinya resah, hatinya gelisah. Ia merasa separuh jiwanya akan pergi dan ternyata hal itu terbukti.

Kembarannya, Marco, lebih memilih keluar dari sangkar emas ini dan pergi untuk menghindari semua yang berlaku di dalamnya.

Tangannya yang ramping dan putih mulus itu pun terulur keluar dari selimutnya mengambil surat yang di tinggalkan oleh Marco.

Dear Chacha

Sorry, kakak ambil keputusan yang sangat egois karena tinggalin Chacha sendiri disini. Tapi ini tetap akan jadi pilihan yang kakak pilih untuk mewujudkan semua keinginan dan cita-cita kakak, cita-cita kita berdua.

Nanti, kalau kakak berhasil keluar dari sini dan mendapatkan tempat persembunyian yang aman. Kakak akan kasih tau Chacha, dalam kondisi apapun, kamu harus Terima okey?

I love you my twin.

Dari Coco

Meisha menatap langit-langit kamarnya dengan sendu. "Jadi, Coco udah pergi dari sini."

"Jadi, Chacha di tinggal sendirian."

Air mata mulai turun membasahi kedua pipinya. Sebuah isak tangis mulai terdengar menjadi rintihan pilu yang membuat siapapun akan ikut bersedih kala mendengarnya.

Ia sangat yakin. Kehidupan selanjutnya akan membuat dirinya jauh lebih berbeda dari sekarang. Ya. Ia yakin akan hal itu.

Sementara itu, seorang anak lelaki berusia lima belas tahun kini telah berhasil keluar dari mansion dan berusaha keras untuk berhasil dalam pelariannya.

Ia telah menggunakan beberapa macam ilusi pada kamera CCTV yang akan membuat semua orang terkecoh akan keberadaannya.

Meisha dan Marco merupakan anak yang jenius. Dengan segala kemahiran juga keterampilan yang mereka dapat dari latihan keras yang selalu mereka Terima sedari kecil. Membuat mereka mampu memberontak dan melakukan beberapa trik untuk mengelabui keluarganya terutama kedua orang tuanya.

Marco menghentikan sebuah taksi dan pergi menuju stasiun kereta api bawah tanah. Beberapa kali, ia menatap ke kanan dan ke kiri mencoba melihat situasi di sekitarnya.

Kereta yang akan ia tumpangi pun datang. Ia bergegas masuk tanpa melihat sekeliling nya lagi. "Hahhhh.... " Hembusan nafas lega yang ia lakukan bukan hanya karena telah memasuki kereta api saja. Namun, ia merasa bebas karena bisa keluar dari mansion dan pergi sejauh ini.

"Kakak pasti akan berhasil buat bebaskan kamu suatu saat nanti dek."

Kereta mulai berjalan meninggalkan stasiun. Ya, dia, Marco mulai pergi meninggalkan tempat itu. Tempat dengan segala hal yang bertolak belakang dengan semua keinginannya.

"Aku bebas."

"Akhirnya aku bebas."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Freedom Of The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang