One

27 3 2
                                    

Jimin berjalan dengan langkah yang terbilang sangat santai menyusuri lorong sekolah, sembari melambung-lambungkan sekaleng susu cair di tangannya. Kebetulan ia baru saja selesai mengisi perutnya di kantin karena sebelumnya harus menyaksikan keributan di depan kelasnya. Kejadian itu sangat menarik ngomong-ngomong, maka dari itu Jimin rela menunda makan siangnya padahal sebelum bel istirahat berbunyi perutnya sudah keroncongan. Tapi, gara-gara kejadian spektakuluer –menurutnya itu, dia sampai rela menahan laparnya sampai keributan itu usai.

Kalau boleh jujur, Jimin agak kecewa saat guru bimbingan konseling tiba-tiba datang dan melerai dua orang yang sedang membuat keributan di depan kelasnya itu. Bukan hanya dia sih, beberapa orang yang ikut menyaksikkan juga ikut kecewa saat perkelahian sengit itu dihentikan secara paksa. Sisanya merasa prihatin dengan salah satu dari dua orang itu sudah terkapar di lantai tidak sadarkan diri. Dia pingsan, padahal menurut Jimin itu belum klimaks. Ah! Benar-benar lemah. Mengecewakan.

Jimin kini sudah sampai di persimpangan dan langkah kakinya memilih untuk berbelok ke kiri, membawanya ke sebuah tempat sunyi yang tidak cukup indah dipandang karena kotor tak terawat. Taman belakang sekolahnya. Di drama-drama yang sesekali ia tonton bersama ibu dan adiknya, kebanyakkan taman belakang sekolah meskipun tak sering dipakai tapi masih sedap dipandang. Tapi, kalau taman sekolahnya ini... Ewh!

Daun kering maupun basah bertumpuk tak beraturan, sampah-sampah plastik yang sudah berumur bertahun-tahun masih terlihat jelas di matanya tidak melebur dengan tanah, bahan bangunan seperti papan, semen, kayu, bahkan paku diletakkan sembarangan.

Wah! Kalau bukan karena seseorang yang sedang bersandar di tembok kotor sambil merokok itu, Jimin tidak akan sudi menjejakkan kakinya ke tempat ini. Maaf-maaf saja, Jimin ini pencinta kebersihan nomor 1 di rumahnya, bahkan adik perempuan, iparnya dan ibunya saja kalah. Kebersihan kamarnya bisa membuat kita semua iri.

"Wah! Bisa-bisanya kau merokok di sekolah? Bisa-bisa makin memperburuk reputasimu!" Celetuk Jimin sambil berjalan melewati seseorang yang sudah sadar akan kehadirannya itu dan langsung menatapnya tak bersahabat. Duh! Jimin ingin tertawa melihatnya!

"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya lelaki dengan seragam sekolah yang berantakan itu sambil membuang puntung rokoknya yang bahkan ukurannya belum setengah dan menginjaknya sampai apinya mati.

Jimin sempat takjub memperhatikan tingkah laku lelaki yang berusaha untuk terlihat keren itu lalu kemudian ia terkekeh dan memilih untuk duduk di sebongkah semen yang sudah rusak beberapa meter di hadapan Taehyung. Lelaki itu.

"Lucu sekali pertanyaanmu. Memangnya aku tidak boleh disini?" Tanya Jimin sambil melempar sekaleng susu yang dia bawa sejak tadi itu ke arah Taehyung, membuat lelaki dengan marga Kim itu dengan sigap menangkapnya meskipun enggan menerimanya. Ya, daripada kaleng susu itu mengenai tubuhnya, kan?

Taehyung berdecih sinis. "Tentu saja tidak boleh! Kau seharusnya bisa menghargai privasi orang lain. Aku butuh sendiri. Dan aku lebih dulu berada disini. Aku tidak ingin diganggu." Tegas sekali nada bicaranya. Berharap Park Jimin langsung pergi, atau setidaknya ciut. Namun kenyataannya...

Pemuda Park itu malah tertawa geli sampai membuat mata kecilnya itu hanya tinggal segaris saja. "Privasi apanya! Ini tempat umum tau! Kalau kau mau merana ya jangan disini. Pulang saja, lakukan di kamarmu!"

Nafas Taehyung memburu. Kesal sekali rasanya. Ditambah emosi bekas tadi masih tersisa. Bisa-bisa dia memukul Jimin tanpa ampun saat ini juga karena sedari tadi lelaki itu sepertinya benar-benar sengaja memancing emosinya.

"Kau siapa sih? Kalau kau tidak mau pergi dari sini juga maka aku yang akan pergi!" Sentak Taehyung yang terpaksa mengalah. Dia tidak ingin reputasinya semakin buruk jika dia sekarang menghajar lelaki itu. Selain itu, sejujurnya ia sedang malas berdebat. Dan kebetulan, dia juga tipe orang yang tidak suka berdebat.

Friends (VMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang