Kian memijat kepalanya, pusing yang tadinya hanya ia rasakan sedikit sekarang berubah menjadi kedutan yang sedikit membuatnya mengerang.
Kian masih sibuk memeriksa ponselnya, sudah 30 menit Jundi tidak memberi kabar sama sekali setelah ia mengatakan untuk mereschedule jadwal menontonnya. Telpon dan pesan yang Kian kirim juga tidak di balas atau di angkat.
Klik...
Kian menoleh ke arah pintu apartement nya yang menambilkan sosok Jundi yang membawa beberapa tas plastik putih.
“Aku pikir kamu marah..” senyum terukir di wajah Kian, wajah yang sudah pucat makin terlihat pucat membuat Jundi terlihat sangat khawatir.
“Aku bukan anak smp lagi asal kamu tau..” Jundi menaruh plastik yang dia bawa di atas meja dan duduk di samping Kian.
Jundi menaruh telapak tangannya di kening Kian.
“Ini udah bukan demam..” tangan Jundi turun ke pipi Kian lalu mencubitnya pelan. “Ini panas banget loh kening kamu.. sekarang apa yang mas rasa?”
“Pusing.. tadi sih gak terlalu sekarang cenut cenut kepalaku..” memandang sayu ke arah Jundi, Kian tetap memberikan senyum nya supaya kekasihnya tidak terlalu Khawatir.
”kamu ngerasain dingin gak?” Kian hanya menggeleng sambil Jundi membantu memapahnya menuju kamar. “Yaudah ayok istirahat di kamar..”
Kian berbaring di tempat tidur dan mengenakan selimut. Jundi berencana membuatkan sup untuk Kian makan sebelum meminum obat. Tetapi sebelum beranjak dari kamar tangannya di genggam oleh Kian.
“Makasih ya Jun..” ibu jari Kian mengusap punggung tangan Jundi. Senyum hangat masih terukir di wajahnya yang sayu.
“Iya masku..” sekarang keringat dingin mulai menguar dari kening Kian. “Aku buatin sup dulu ya buat kamu makan udah itu langsung minum obat biar besok udah enakan..”
Jundi pun meninggalkan Kian dan berkutat di dapur untuk memasak sup ayam. Terima kasih kepada Wendi yang kemarin mengajaknya ke supermarket sepulang kantor, jadi dia sekalian berbelanja.
Selesai memasak, ia menuangkan sup kedalam mangkok dan menaruhnya di atas baki yang sudah ia siapkan bersama nasi putih di piring kecil, segelas air putih, Segelas teh manis hangat dan juga obat penurun panas dan penghilang sakit kepala di cup kecil. Jundi membawa baki tersebut menuju kamar Kian.
Melihat Kian yang terlelap ia manaruh baki tersebut di nakas sebelah tempat tidur danan membangunkan Kian.
“Mas, bangun dulu yuk.. makan sup sama minum obat..” sambil mengusap lengan pelan lengan kian.
“Euhmm..” mata sayunya kembali terbuka. Jundi membantu mendudukan Kian.
Ia pun memberikan Kian teh hangat. Di minumnya beberapa teguk. Lalu mengembalikannya ke baki yang ada di nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Kian dan Jundi (KunWoo) Kunwoo
Short Storygatau tentang Kian dan Jundi aja