04

973 95 21
                                    

"Tidak ada penyesalan yang datang di awal dan semuanya selalu datang di akhir. Apakah saat aku sudah tidak ada mereka baru akan menyesal dan mengetahui semuanya?"

- Min Yoongi -

Malam hari tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam hari tiba.

Yoongi sekarang sudah boleh pulang. Sebenarnya anak itu takut untuk pulang ke rumah, tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak mau merepotkan Jimin terus terusan dan alhasil ia akan menjadi beban bagi keluarga Park.

Yoongi menatap malang pintu mensionnya. Ada rasa takut dihatinya namun tak di tunjukkan dan ada rasa berani namun terlalu pecundang. Yoongi melangkah perlahan memasuki MENSION mewah itu.

Ternyata sepi.

Yoongi menghela nafas lega, jadi ia tidak perlu mendengar bentakan dari ayahnya lagi.

"Kau sudah pulang?" Nada lembut yang sering yoongi dengar berubah menjadi dingin.

Yoongi menoleh ke asal suara. Sang eomma yang sedang memperhatikannya dengan tatapan sinis.

"Eomma?" Yoongi melangkah berniat ingin memeluk Hyesun. Namun, Hyesun segera mendorong yoongi hingga anak itu terjatuh

BRUK!

"Akhh" yoongi meringis kala tangannya yang terkena ujung meja kaca yang lancip dan tajam dan berakhir mengeluarkan banyak darah.

"Ternyata benar kata appa mu Yoon. Kau pembunuh, ternyata putriku kau bunuh Yoon! Kau pembunuh! Dasar anak sialan! AKU MEMBENCIMU MIN YOONGI!" Yoongi terdiam mendengar apa yang eomma nya ucapnya.

Seumur umur yoongi baru mendengar bahwa eommanya membencinya. Yoongi mendongkak menatap Hyesun dengan nanar.

"Apa selama ini kasih sayang eomma padaku hanya sekedar pura pura?" Yoongi bertanya dengan mata yang sudah berkaca kaca.

"Ya. Aku memang berpura pura karena aku penasaran kenapa appa mu sering menuduh mu pembunuh. Dan saat aku tau kau pembunuh. Aku mulai membencimu! Menyesal aku melindungi mu dari pukulan appa mu Yoon! Menyesal aku telah membelamu! Aku menyesal min yoongi!" Yoongi meremas dadanya yang sesak.

Entah kenapa yoongi merasa dadanya sangat sesak. Bahkan ia tidak menghiraukan tangannya yang sudah berlumuran darah akibat ujung meja kaca yang tajam.

Sepertinya yoongi memang pantas di benci. Sebutir liquid bening itu mengalir melalui pipi chubby nya. Yoongi terisak perlahan.

"Terima kasih eomma. Kau telah menuduhku pembunuh, tapi bisakah anggap aku anakmu?" Hyesun menatap tajam yoongi.

"Anakku hanya satu! MIN SEOKJIN! Dia anakku! Dan MIN SEANA dia putriku yang telah KAU BUNUH!" Yoongi terdiam.

Jadi selama ini dia tidak di anggap di keluarganya? Apa apaan ini? Dadanya terasa sangat sesak bahkan hanya sekedar berbicara saja susah.

Yoongi memilih untuk bangkit dan menuju kamarnya. Tanpa disadari sedari tadi seokjin berdiri di ambang pintu dengan tangan yang mengepal kuat.

Seokjin berjalan melewati Hyesun dan memasuki kamarnya. Seokjin melempar jas nya dan membuang dirinya ke kasur.

Seokjin menyaksikan kejadian tadi.

Seokjin melihat itu. Darah. Darah yang keluar begitu banyak dari tangan yoongi.

"Maafkan Hyung yoongi-ah" Seokjin menutup matanya perlahan dan tertidur pulas.

°°°

Jimin terlihat mondar mandir di ruang tamu. Appa dan eomma nya saja sudah jengah melihatnya apa lagi sang dongsaeng park taehyung.

Jimin memikirkan yoongi. Bagaimana keadaannya sekarang?

"ARRRGHHH!" Jimin membanting ponselnya membuat ketiga orang disekitarnya terkejut.

"Hyung! Apa apaan kau ini! Kau kenapa?!" Sang dongsaeng bertanya namun tak ada jawaban.

"Jim? Ada apa dengan dirimu? Kau tak biasanya seperti ini?" Jimin berbalik mendengar pertanyaan dari sang appa.

"Seokjin keterlaluan appa! Dia benar benar Hyung yang buruk! Dia tidak pantas disebut Hyung jika sikapnya saja tidak menunjukkan sebagai seorang Hyung!" Jimin terlihat kesal dan marah.

Perasaan kesal, marah dan cemas, itu campur aduk.
















°°°

Pagi hari tiba.

Yoongi sudah rapi dengan pakaian polos nya dan celana jeans serta topi bewarna hitam.

Seokjin yang sedang makan bersama Sohee dan Jong-suk saja melihat yoongi langsung memasang wajah dingin. Yoongi? Anak itu tetap dengan wajah datarnya, seokjin melirik sekilas tangan yoongi yang membiru.

Mungkin karena kejadian semalam.

Yoongi berhenti sejenak di tengah tengah tangga. Anak itu melirik seokjin, yoongi memasang senyum manis nya pada sang Hyung, namun di abaikan.

Merasa di acuhkan yoongi menghilang dari pandangan mereka.

"Senyuman itu. Aku melihatnya lagi"

°°°

"JIMIN HYUNG!!!" Seseorang berkulit putih pucat itu berteriak disekitar rumah sakit membuat beberapa orang di sekitar bahkan membicarakannya.

Terlihat seorang namja yang berjas kedokteran serta alat Stetoskop yang menggantung di lehernya. Siapa lagi kalau bukan Jimin.

Jimin menggelengkan kepalanya sambil memijat pelipisnya yang pusing melihat kelakuan adik sepupunya ini.

"Astaga Yoon, kau ini berisik lihatlah semua orang membicarakanmu" Yoongi melirik sekitar, kemudian tersenyum lembut pada orang orang sekitar dan membungkuk hormat sebagai tanda permintaan maaf.

Semua yang menyaksikan aksi yoongi meminta maaf dengan beraegyo, membuat mereka merasa mati ditempat.

"Ah lihatlah senyumannya!"

"KYAAAA DIA SANGAT MANIS!"

"UISA-NIM!! SIAPA NAMANYA DIA?!!!!"

"Semoga putraku saat lahir nanti mirip sepertinya!"

"YEOBO! Lihatlah aku ingin punya anak sepertinya!"

Begitulah beberapa perbincangan sekitar yang membuat yoongi tersipu malu. Namun atensi Jimin beralih pada lengan yoongi yang memar dan sudah membiru.

Jimin seketika menatap yoongi yang sedang tersenyum. Ia kembali menatap lengan yoongi. Perlahan ia raih lengan putih itu, yoongi yang sadar langsung menatap Jimin heran. Perlahan diusapnya luka itu oleh Jimin.

"Ada apa dengan lenganmu yoongi-ah?" Yoongi terdiam, kemudian menatap lengannya.

"Hanya tergores" Jimin menggeleng kuat.

"Jika hanya tergores tidak mungkin sampai membiru seperti ini" Jimin menekan lukanya, membuat luka yang awalnya tidak mengeluarkan darah hingga mengalir darah yang deras.

Yoongi? Anak itu hanya memasang wajah polosnya. Tidak ada rasa sakit yang ia tunjukkan dari wajahnya. Bahkan semua yang disana menyaksikannya sangat naas dan mengerikan.

"Hyonjo siapkan ruangan khusus untuk menjahit luka ini"

TBC

00.53 || Min Yoongi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang