"Papa! Udah jam 6 nih! Katanya hari ini ada rapat?!"
ASEAN segera bangun dari tempat tidurnya mendengar kata-kata 'rapat'. Dia mempersiapkan diri, yang tentunya dibantu oleh anak-anak(pungut)nya: Indonesia yang memilihkan baju untuk rapat hari ini; Malaysia, Philippines dan Brunei yang mempersiapkan bekal makan siang; Singapore yang menyiapkan tas ASEAN; Thailand sebagai yang memasak; Vietnam menyuapi ASEAN sambil ASEAN memakai bajunya; Laos, Cambodia dan Myanmar yang menyiapkan mobil ASEAN.
Rasanya kayak punya sepuluh babu.
Begitu semuanya sudah siap, ASEAN mengucapkan sampai jumpa dan berangkat[baca: ngebut] ke kantor. Sementara para anggota ASEAN, yang tentunya sudah siap sejak pagi, berangkat ke kampus mereka.
Saat lampu merah, dia mengambil kesempatan tersebut untuk buru-buru memakan sarapan dan meminum segelas kopi. Begitu lampu hijau, dia kembali mengebut sampai dia tiba di kantornya.
———————————
Entah harus senang atau kesal, ternyata rapat hari ini dibatalkan.
ASEAN pun merenung di kantin kantor. Haruskah dia meluapkan emosinya dengan pulang ke rumah dan tidak masuk ke kantor selama satu minggu, atau harus meluapkan kebahagiaannya dengan meminum segelas kopi dengan tenang di kantin.
"Selamat pagi- loh, kok mukanya cemberut gitu? Ada apa? Sini cerita!", EU yang baru datang duduk di samping ASEAN.
"Keburu-buru ke kantor karena ada rapat penting, dibatalin. Harus senang apa kesal nih?", ASEAN menghela napas berat.
"Hahahaha, kasian amat tunanganku ini! Syukurin aja batal rapat, toh jadi nggak kena hukum kayak kemarin! Mau apa biar mood-nya naik? Kopi? Pelukan? Ciuman? Atau-"
"Shh, aku tidak mengizinkanmu untuk membicarakan hal-hal seperti itu di sini, belum kapok di skors ya?", UN duduk di hadapan mereka bersama suaminya, sambil membawa sebuah nampan berisi empat gelas kopi dan biskuit.
"Ampun pak, saya kapok kena skors," EU tanpa basa-basi langsung menyambar biskuit tersebut.
"Kayak nggak makan berhari-hari aja, pelan-pelan makannya!", tegur NATO.
UN membagikan kopinya, lalu mereka membahas tentang rencana untuk libur Natal minggu depan. Soviet dan Reich yang baru datang ikut berkumpul bersama mereka berempat [ceritanya mereka ini kolega]. UN memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua di rumah bersama NATO. Soviet dan Reich juga memiliki rencana yang sama; tapi ASEAN berpikir bahwa Russia, Germany dan East Germany akan mengganggu waktu mereka berdua, dan memberi ide untuk melakukan 'family bonding' setelah sekian tahun tidak menghabiskan waktu bersama layaknya keluarga.
"Ngomong-ngomong, pernikahan kalian jadinya menjelang atau sesudah libur Natal?", tanya Reich.
"Kita masih ngumpulin uang buat budget nikahan, kalau uangnya udah kekumpul lumayan banyak baru kita tentuin tanggalnya. Inipun kita nyoba sehemat mungkin, anak-anak sampai hematin uang jajan, bahkan kerja part-time buat budget nikah kita..", ASEAN tertawa kecil mengingat anak-anaknya.
EU juga menceritakan hal yang sama, terutama Germany yang bekerja semakin keras. 'Kau itu sudah seperti ayahku yang kedua, setidaknya biar aku membalas kebaikanmu selama ini', begitu katanya.
"Anak itu.. dia sampai sakit begitu," Soviet menghela napas.
"Ah, bagaimana kabarnya? Sudah mendingan? Sampaikan salamku padanya ya, jangan lupa beritahu dia untuk jangan bekerja terlalu keras," kata UN.
"Aku yakin dibilangi berapa kalipun dia akan tetap bekerja terlalu keras," balas NATO.
"Jangan khawatir, dengan sedikit 'hukuman' dia akan mengurangi kebiasaannya," kata Reich yang dibalas dengan tawa seram Soviet.
Ting!
"Ah, sayang sekali, sepertinya keseruan kita harus diakhiri di sini, kita mendapat beberapa dokumen yang harus diurus. Seperti biasa, akan kukirim melalui email kalian, cetak dan kumpulkan dalam satu map transparan. Jangan lupa memberi nama pada map kalian! Ah, kali ini kumpulkan di ruangan Soviet, kau tidak masalah dengan hal itu kan?", UN menoleh ke arah Soviet.
"Silahkan saja, kalian bisa letakkan di sebelah printer," Soviet berdiri dan membereskan sampah mereka, dibantu oleh Reich.
"Mohon bantuannya, mbak Komunis."
"Ahem."
"Ciee ada yang cemburuu~"
"Segera kembali ke ruangan kalian!"
"Baik pak."
———————————
"ASEAN, kau tidak keberatan aku mengerjakannya di ruanganmu kan? Aku agak kesepian nih.."
"Padahal kau bisa menelponku lewat handphone bukannya lewat telepon untuk menerima panggilan resmi.."
"Habisnya kutelpon lewat handphone kau tidak mengangkatnya! Haah, kalau begitu aku ke ruanganmu ya! Dah!"
"Kau belum menerima izinku-"
Telepon ditutup.
ASEAN menghela napas, lalu mulai membereskan mejanya sampai ada ruang yang cukup untuk EU dan laptopnya, dan mengambil kursi cadangan dari pojok ruangan.
Tok, tok.
"Silakan masuk."
EU masuk membawa laptop dan tasnya. Tunggu, tas? Untuk apa dia membawa tas? Jangan bilang dia akan seharian berada di ruangan ASEAN.
"Tas, dibawa, buat?," tanya ASEAN.
"Ada deh~ intinya aku mau seharian di sini, nggak masalah kan?", EU memberi ASEAN tatapan yang, sulit dijelaskan.
"..baiklah, kurasa aku juga perlu teman melihat dokumen sebanyak ini, aku bisa gila.."
———————————
"Akhirnya selesai, bagaimana denganmu?", tanya ASEAN.
"Cuma perlu nge print aja sih, tapi sambil menunggu..", EU tidak menyelesaikan kalimatnya.
ASEAN menunggu jawaban EU sambil memasukkan dokumen yang sudah di print ke dalam map. Sampai dia selesai memasukkan dokumen-dokumen tersebut ke dalam map, EU tak kunjung menyelesaikan kalimatnya.
"Ada apa? Kok jeda kalimatnya lama-"
———————————
"Halo?"
"Indo, tolong bukain pintu depan dong, papamu ketiduran nih."
"Heleh, paling om apa-apain dulu kan makanya ketiduran?"
"Buruan buka pintunya! Dingin di luar tau!"
"Yain deh, om rencana nginep di sini dulu atau langsung pulang setelah naruh papa di kamar?", padahal Indonesia sudah tau jawabannya apa.
"Nginep dulu, dia juga udah ngijinin kok."
"Oke sip."
———————————
Dan, begitulah. Nggak setiap hari kayak gitu sih, tapi kurang lebih kehidupan sehari-harinya ngantor ya kayak gitu. Kira-kira kenapa kalimat ASEAN tiba-tiba terpotong? Jawabannya adalah cari tau sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Countryhumans Time!
RandomBook ini menceritakan tentang keseharian para Countryhumans secara tidak keseluruhan.