Chapter 1

230 10 0
                                        

Cerita ini dibuat berdasarkan realitas, alias mengikuti perkembangan zaman. Cerita ini juga mengandung kata-kata kasar, yang mungkin bisa membuat pembaca tidak nyaman.

Be a mature reader.

Kantin Universitas Garuda siang itu dipenuhi suara obrolan mahasiswa yang bercampur dengan dentingan sendok dan garpu. Di salah satu meja panjang di sudut ruangan, sekelompok mahasiswa duduk santai, menikmati makan siang mereka sambil bercanda.

Di tengah mereka, Aldrian Devandra duduk dengan ekspresi santai, satu tangannya memegang sendok, sementara yang lain menopang dagunya. Meski ia tampak tenang, pikirannya masih berputar pada sesuatu yang mengganggunya sejak seminggu terakhir—perjodohan dengan seorang gadis bernama Reina Arabella.

Namun, topik itu tidak pernah ia ungkapkan kepada teman-temannya.

Anjrit, ini ML makin ngeselin aja!” Bagas mengeluh sambil menatap layar ponselnya. “Gue udah main tiga match, tiga-tiganya ketemu bocil feeder. Sumpah, rank gue turun lagi!”

Thalia yang duduk di seberangnya hanya mendengus sambil menyeruput jusnya. “Terus kenapa? Itu udah biasa, Gas. Lu aja yang nggak pernah bisa move on dari game itu.”

Bagas mendelik. “Lu nggak ngerti penderitaan gue, Thal.”

Shakila, yang duduk di sebelah Gibran, meletakkan garpunya dengan sedikit kasar. “Udah, jangan ngomongin game mulu. Gue lagi makan.”

“Eh, ngomong-ngomong soal makan…” Gibran menatap pacarnya sambil menyeringai. “Lo nggak takut gendut, Ay? Dari tadi nggak berhenti ngunyah.”

Shakila langsung menatapnya tajam. “Lo mau gue gampar pake sendok?”

Gibran tertawa keras. “Kalem, sayang. Bercanda doang.”

Rizal, yang duduk di sebelah Aldrian, ikut tertawa sebelum menoleh ke arah pemuda itu. “Lo diem aja, bro. Tumben banget nggak ikut ngomong.”

Aldrian mengangkat bahu. “Nggak ada yang menarik buat dibahas.”

Ilona yang sedari tadi sibuk scrolling ponselnya tiba-tiba angkat bicara. “Eh, lo lagi rame di Tiktok, tuh.”

Semua langsung menoleh ke arahnya.

“Gue?” Aldrian mengernyit.

Ilona mengangguk sambil menyodorkan ponselnya ke tengah meja. “Tuh, ada akun yang nge-post video lo di lorong kampus kemarin. View-nya udah ratusan ribu!”

Bagas langsung merebut ponsel Ilona. “Anjay! Caption-nya ‘Most Wanted di Kampus, tapi Mukanya Datar 24/7’. Woy, Aldrian, lo terkenal banget!”

Aldrian hanya mendengus, sama sekali tidak terkejut. Bukan pertama kalinya seseorang mengunggah fotonya tanpa izin. “Biasa aja.”

Thalia menyilangkan tangan. “Tapi ini menarik. Cewek-cewek di kampus makin tergila-gila sama lo. Lo sendiri kapan sih mau pacaran?”

Aldrian tertawa kecil, tanpa humor. Kalau saja mereka tahu situasi sebenarnya.

“Ngapain pacaran?” Ia menjawab santai, mengambil minumannya.

Tangled HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang