3.

192 22 3
                                    

Warning:

There is no heavy plot in here. It's just Yoongi who still holding grudge about his last tournament.

I wish it's written well 🙏🏻

Enjoy.

Ps: if you don't mind, please listen to that song. I SWEAR THIS IS NOT ANGST 😩




* * * * *



Hampir lima belas menit berlalu, tapi Yoongi masih betah sama posisinya. Berdiri lurus di depan ring basket, kalau ngga salah jaraknya sekitar dua meter. Jangan tanya gimana dia bisa mbolang jauh begini, karena Yoongi juga ngga paham apa yang bikin jarinya ngetik alamat Taman Cahaya di aplikasi taksi onlen. Yang jelas, sekarang dia ada di sini. Di lapangan basket yang ada di sudut taman.

Ada beberapa letupan perasaan yang bikin dadanya ngilu, juga kekecewaan yang dulu dia simpan rapat-rapat, tapi sekarang ngedobrak keluar tanpa bisa dicegah.

Yoongi mejamin matanya. Kedua alisnya nyatu, seiring sama dahinya yang berkerut. Telapak tangannya juga mulai basah dan bibirnya bergetar nahan nangis. Dadanya sendiri naik-turun ngga beraturan.

Perlahan, Yoongi buka kedua matanya yang basah. Dia nangis. Lalu suara tawa sumbang dia keluarkan supaya sesak di dadanya melebur sama angin sore di taman. Yoongi tarik nafas dalam-dalam, kemudian tanpa arah yang jelas, dia ngelempar bolanya ke ring. Dan... meleset.

"Arrggghhhhhh!"


Pertama kali sejak insiden dua tahun lalu, Yoongi akhirnya ngeluapin semuanya. Segala perasaan yang berkecamuk di dadanya, juga amarah yang meletup-letup. Yoongi biarin mereka bebas dari penjara di sudut hatinya. Meskipun harga yang harus dibayar adalah ngerasain rasa sakit itu lagi, tapi untuk kali ini Yoongi milih untuk nyerah.

"Shit!"

Baju bagian depannya diremat erat banget sewaktu memori pahit dua tahun lalu akhirnya datang. Yoongi pengen nangis. Dia rasanya udah ngga kuat nyimpen segalanya sendiri. Dia rasanya udah ngga sanggup selalu bersikap ceria di depan orang lain padahal dia nyimpen kebencian untuk dirinya sendiri.


Dia capek.



* * * * *




Hoseok total statis di tempat begitu dia denger Yoongi teriak lumayan kenceng. Apalagi posisinya sekarang udah bersimpuh di lantai lapangan. Hoseok ngerasa sudut hatinya dicubit keras banget liat Yoongi putus asa kayak gitu. Entah masalah pelik apa yang ngerantai Yoongi sampai dia keliatan rapuh banget, Hoseok takut buat cari tau. Dia ragu Yoongi mau berbagi sama dia.

Tapi, begitu lihat bahu Yoongi agak bergetar, Hoseok mutusin buat bawa kakinya mendekat. Jalan pelan-pelan supaya ngga ngeganggu apapun yang lagi berkeliaran di pikiran Yoongi. Sampai akhirnya jarak mereka udah tinggal tiga langkah, Hoseok mutusin buat berhenti.

Debaran di jantungnya makin keras sewaktu Yoongi ngelirik ke arahnya. Kedua mata kucing kesayangan Hoseok merah gara-gara nahan air mata. Di sana juga ada pendar luka yang bikin Hoseok rasanya pengen meluk Yoongi detik itu juga.

"Gue..." buru-buru Yoongi narik kerah kaos ke mukanya sendiri. Tangannya nekan kuat-kuat di bagian mata. Hoseok rasanya pengen narik tangan itu terus biarin wajah sembab Yoongi kesapu angin, tapi lagi-lagi Hoseok cuma diem. Dia ngerhagai apapun yang menurut Yoongi bisa bikin dia nangis dengan leluasa.

"Gue benci sama diri gue sendiri." Suaranya udah mulai serak dan sumbang. Tanda kalau sekarang air matanya udah ngga bisa kebendung lagi. "Gue udah bikin orang-orang yang bergantung sama gue kecewa. Hoseok, I'm so fucking dumb." Yoongi makin kenceng nekan kedua matanya. Dan itu bikin dunia Hoseok rasanya runtuh. Liat Yoongi nangis sesenggukan dan dia ngga bisa bantu sama sekali, malah nyakitin hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SignalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang