X

5.4K 507 31
                                        

Di jam pelajaran keempat, Ayaka sekarang berada di laboratorium bersama kelas sebelah—kelasnya si cowo gudang. Kata sensei, karena jadwal mereka gantian ia memutuskan untuk menggabung dua kelas untuk menghemat waktu karena ia ada keperluan keluar sekolah nanti. Apalagi, kedua kelas itu dijadwalkan untuk ujian percampuran ramuan nenek sihir hari ini—setidaknya menurut Noa.

Padahal sebenarnya itu cuma praktikum reaksi berdasarkan konsentrasi.

Yang membuat Ayaka heran sekaligus kesal, kenapa kelompoknya malah dicampur dengan kelas sebelah?

Buktinya sekarang, Ayaka duduk di sebelah si cowo gudang itu. Tapi kalau dipikir-pikir, rasanya nggak enak juga jika terus-menerus memanggilnya dengan sebutan itu. Ayaka ingin tahu namanya, tapi merasa nggak enak duluan karena dulu sempat bersikap dingin padanya.

Dikelompok yang sama, ada juga Yuka yang tampak senang duduk di samping Hamada. Meski begitu, dia tetap berusaha menjaga image cool-nya.

"Woy, kita mulai aja gimana?" ucap Hamada membuka obrolan di meja yang hening.

"Dari tadi kek," balas Yuka dengan nada sok cuek.

Yuka mulai membaca langkah-langkah praktikum yang sudah dibagikan sensei sebelumnya. Sementara itu, Ayaka dan si cowo gudang diam mendengarkan sambil mencermati instruksi. Mereka kemudian terlibat diskusi singkat.

"Gue ngapain, da?" tanya cowo gudang, berniat membantu.

"Lo? Bentar, gue liat list-nya lagi," ucap Yuka sambil memeriksa kertas instruksi.

"Ambil HCl gimana?" usul Yuka. Cowo gudang hanya mengangguk setuju.

"Kalo aku ngapain?" tanya Ayaka, tidak ingin hanya diam.

"Lo ikut gue ambil HCl di depan," potong cowo gudang sebelum Yuka sempat menjawab.

"Iya, lo bantu ambil HCl. Biar gue sama Yuka ambil erlenmeyer sama gelas ukur," timpal Hamada.

"Oke..."

Yuka dan Hamada melangkah ke belakang, mengambil alat di lemari. Sedangkan Ayaka hanya mengikuti cowo gudang menuju meja depan tempat bahan kimia disiapkan. Ia tidak banyak bicara, membiarkan cowo gudang membawanya.

Sesampainya di meja, Yuka dan Hamada sudah kembali dan mulai menyusun alat.

"Oh? Udah ambil, taruh sini dulu," ujar Yuka, menunjuk sisi meja kosong.

Hamada menepuk kedua tangannya, semangat. "Oke siap semua, kita mulai dari step satu."

Ia menunjuk cowo gudang. "Timbang HCl-nya 10 ml terus taruh di wadah, ya."

Tanpa banyak bicara, cowo gudang langsung menimbangnya. Setelah selesai, ia memberikan cairan itu ke Ayaka.

"Masukin pelan-pelan," ucapnya tenang.

"Oke," jawab Ayaka, mulai menuangkan cairan ke dalam erlenmeyer.

Sementara itu, Hamada memberi instruksi ke Yuka. "Kita isi baking soda ke balon, dua sendok."

"Oke."

Tiba-tiba—

Ting!!

Suara notifikasi dari ponsel Ayaka memecah fokusnya. Refleks, ia menoleh cepat. Hatinya berharap kuat bahwa itu dari Noa, yang seharian ini belum menghubunginya sama sekali.

Namun karena terlalu terburu-buru menoleh ke arah ponsel, tangannya yang sedang menuang HCl malah tergelincir sedikit dan cairan keras itu memercik ke kulitnya.

"Akh!!"

Pekik Ayaka membuat semua orang di sekitarnya tersentak. Cairan itu terasa panas dan perih, menusuk kulitnya dengan tajam. Ia meletakkan HCl yang masih tersisa di tangan ke meja, sedikit membanting, lalu memegangi lengannya yang terasa terbakar.

NOA'S OBSESSION [1] REVISI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang