Eren pernah mengeluh. "Hidup gue itu nggak seberuntung dia. Dia tinggal mikir, minta, jadi. Lah gue? Harus berjuang dari nol bos!" Membandingkan nasibnya dengan nasib cowok kelas dua belas yang bernama Niel. Niel cowok ganteng yang terkenal karena anak dari seorang pemilik sekolah.
Meskipun terlampau percaya diri. Eren juga masih manusia, terkadang suka mengeluhkan nasibnya dengan nasib orang yang lebih baik darinya.
"Dia makan nasi, gue juga makan nasi...."
Temannya yang sudah lelah menyahuti. "Tapi beda lauknya!"
"Nah, lo pinter juga ya!"
"Ya, iyalah. Yang bego 'kan cuman lo doang!" Begitu menusuk tapi itu benar adanya. "Lo kalau ngomong suka bener,"
"Gue 'kan cewek," Eren berpikir sebentar, dia merasa heran. "Terus kenapa gue ngerasa salah mulu?"
"Emang lo cewek?"
"Sialan!"
***
"Cita-cita kamu apa?"
"Saya gak punya cita-cita." Niel menatap tembok kelas dengan tatapan kosong.
"Kenapa?"
"Gak ada satu pun tujuan yang penting. Saya berjalan di jalan yang sudah ditentukan seseorang. Mereka bahkan bukan Tuhan, tapi berani mengatur jalan orang lain sembarangan."
***
Ehmm, see you. little notice, this is my first story that I dare to publish right 🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
No More Dream
Teen FictionEren memiliki mimpi yang tinggi. Bahkan mungkin tingginya menara dubai akan kalah dengan mimpinya. Seseorang yang sangat gigih dalam mencapai sesuatu yang dia inginkan, tidak mudah menyerah. Meskipun serba kekurangan, tidak ia jadikan alasan dalam m...