Shera memegangi ujung kemeja Enya ketika mereka melangkah membelah kerumunan manusia di area EXPO. Gadis itu tidak menduga kalau tempatnya akan seramai itu.
"Nya, jangan tinggalin gue ...." rengek Shera ketika genggamannya di kemeja Enya hampir terlepas.
Enya terkekeh, lalu menarik tangan Shera agar langkahnya menyamai langkah miliknya. Mereka mampir ke beberapa stand untuk melihat-lihat dan mengambil foto di sana. Tak hanya stand robotic saja, tetapi ada juga stand makanan di sana. Mereka mencoba beberapa jenis makanan ringan yang dijual.
"Enya, gue kebelet pipis," lirih Shera ketika mereka menunggu pesanan takoyaki milik Enya.
"Toilet ada di ujung sana." Enya menunjuk tempat yang ia maksud dengan dagunya. "Lo bisa sendiri, 'kan?"
Shera mengangguk, lalu menitipkan cup berisikan ayam pop miliknya pada Enya. Ia berjalan cepat menuju gedung yang tak jauh dari tempat EXPO karena rasanya sudah tidak tahan lagi.
Beberapa menit kemudian, Shera sudah menuntaskan hajat kecilnya. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan gedung itu, Shera melihat sosok familier yang tak jauh berada di tempatnya berdiri sekarang.
"Sen, bentar deh!" Gadis ayu di belakang Rasen menginterupsi langkah pemuda itu. Benar, sosok tidak asing itu adalah Rasen.
"Kenapa, Ren?"
"Nundukan dikit," pinta Rena, rekannya di kelompok osjur kali ini. Rasen menuruti ucapan Rena. Gadis itu membenarkan posisi rambut Rasen yang sedikit berantakan.
"Nah, udah," ujar Rena membuat Rasen menegakkan kembali tubuhnya.
"Udah ganteng, Ren?" kelakar Rasen membuat Rena tertawa.
"Buruan, deh. Nanti Hilman ngomel-ngomel kalau kita kelamaan." Rena mengambil replika robot dari pelukan Rasen dan berjalan lebih dulu meninggalkannya.
Seolah tahu ada yang memperhatikannya, Rasen menoleh ke arah toilet perempuan membuat Shera refleks membalikkan badannya. Gadis itu diam beberapa saat sebelum akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat itu segera.
"Shera?"
***
Sebuah kotak bermotif polkadot biru-hitam diambilnya dari rak buku paling atas. Shera mengusap sisi kotak yang sedikit berdebu hingga ia terbatuk beberapa kali. Ia meletakkan kotak itu di atas meja belajar. Kala ia membuka tutupnya, ia tersenyum.
Sebuah foto lama dirinya dan Rasen saat mereka masih SMA berada di bagian paling atas tumpukan barang-barang lamanya. Shera meraih foto itu dan menatapnya cukup lama.
Hari di mana foto itu diambil adalah 17 Agustus 2019. Terlihat dari seragam yang dikenakan Rasen merupakan seragam anggota paskibra, sedangkan Shera mengenakan seragam putih abu-abunya dengan lengkap karena hari itu ada upacara Hari Kemerdekaan Indonesia.
Waktu itu, Shera ingat betul saat Rasen mengajaknya berfoto di lapangan basket, ia bilang, "Sher, posisi pecinya udah benar belum, sih?"
"Coba nundukan sedikit," kata Shera yang langsung dipatuhi oleh pemuda itu. Gadis itu tak melakukan banyak hal, hanya menggeser sedikit posisi peci di kepala Rasen itu.
"Udah."
"Udah ganteng?" kelakar Rasen kala itu dengan posisi masih sedikit merunduk. Shera terkekeh, walaupun akhirnya mengangguk.
Momen itu diingatnya pula ketika ia melihat Rasen dan Rena hari ini. Dialog yang hampir sama. Namun, dengan peran gadis yang berbeda. Rasanya ... benar-benar aneh. Seperti ada sesuatu yang menyentil jeluk hatinya, tetapi Shera enggan untuk memahaminya.
"Sher, lo nggak boleh gini ...." monolog gadis itu pada dirinya sendiri.
Sesegera mungkin, ia mengembalikan foto itu pada tempatnya dan menaruh kembali kotak itu di atas rak buku. Alangkah lebih baik bagi dirinya untuk tidak memikirkan apa yang ia lihat siang tadi.
***
© whitegypsee, zia
[03/11/21]
KAMU SEDANG MEMBACA
KEAJAIBAN
Short Story"𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘫𝘢𝘵𝘶𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶?" ; a song fiction ; foxeron/renron au ; huang renjun x kim saeron ; re-upload from twitter © whitegypsee, zia [03/11/21]