4 Bulan kemudian
Alana menghampiriku dengan tergesa-gesa, rambutnya yang panjang ia biarkan terurai dengan indah. Ia melebarkan kedua tangannya antusias menyambutku untuk beralih kepelukannya. Alana adalah orang pertama yang kukenal di kampus ini, wanita ceria yang tak pernah menghiraukan rasa sakitnya untuk membantu orang lain. Mengapa ada wanita sebaik ini?
"Rhe, are u okay?" Tanyanya sembari menepuk pundakku pelan. "pasti sakit ya? 5 tahun bukan waktu yang sebentar. Pelan-pelan aja ya rhe" perkataannya membuatku terdiam, kini sudah tak ada lagi tangisan.
"it's okay al. Udah 4 bulan juga, dunia gue kan bukan all about Raka" aku tersenyum, tapi jujur ini masih sakit. Ternyata lebih sulit dari yang aku bayangkan untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru tanpa Raka.
'Rheanya Raka' Julukan ini kini sudah benar-benar hilang. Tak ada Raka, hanya aku yang tersisa.
-------------------------------------
"lo sekarang mau kemana?" Tanya Alana ketika kelas terakhir sudah berakhir
"Kerja dong" semenjak 3 bulan yang lalu aku berusaha untuk menyibukkan diri sendiri, salah satunya dengan bekerja partime di salah satu kedai dekat kampus. "Gue pergi dulu ya al, kalo lo bosen ke kedai ulani aja. Ada gue disitu" Lanjutku dan pergi meninggalkan Alana yang pasti bingung dengan jawaban yang aku berikan. Banyak hal yang aku tidak ceritakan pada Alana salah satunya perihal aku yang sekarang bekerja.
Kira-kira 10 menit waktu yang kuhabiskan dari kampus untuk menuju ke kedai tempatku bekerja. Banyak pertemuan yang terjadi di kedai ini, aku bertemu macam-macam karakter manusia yang baik dan kurang baik. Ada yang berpasangan, segerombolan pria, perkumpulan wanita bahkan pertemuan antara pria dan wanita terjadi di kedai ini. Ternyata benar kata Raka, tidak semua manusia itu menakutkan. Tidak ada salahnya untuk bertemu banyak manusia untuk sekedar bertegur sapa, saling tertawa dan melupakan kesedihan yang terjadi.
Kusimpan tas yang kubawa dibawah meja kasir dan segera memakai atribut yang harus dipakai untuk melayani pelanggan yang datang. Aku melihat Ka Gian yang baru datang tersenyum sembari melambaikan tangannya padaku. Giandra Adnan Mahendra merupakan pemilik dari kedai ini, pria yang usianya masih muda dengan wajah yang tampan dan memiliki usaha yang bisa dibilang sukses.
"Rhe daritadi?" Tanyanya dan meneguk segelas air putih yang sudah kuambilkan
"engga ka, baru dateng juga" Jawabku. Kemudian aku beralih membereskan meja yang nanti akan dipakai oleh pelanggan dan meninggalkan Ka Gian yang sedang duduk di depan bartender.
"Rhee" panggilnya ketika aku sedang membersihkan meja
"Iya ka?"
"engga, manggil aja" Jawabannya membuatku terkekeh dan kembali membereskan meja didepanku.
"Rheaaa" Panggilnya lagi
"Iya ka?"
"emmmmmmm, gini" Ucapnya ragu "Engga deh gajadi" lanjutnya.
"Ada apa ka? gapapa ngomong aja" jawabku meyakinkan.
"Gini, kamu hari minggu ada acara?" ucapnya "saya mau ajak kamu beli furniture, buat rumah saya tapi kalo ada acara sih jangan" kemudian ka Gian melemparkan senyumannya padaku.
"Gaada acara sih. Boleh ka"
"Serius? aneh banget gaada acara hari minggu"
"kan sekarang ada. Nganter ka Gian, iyakan?" Pria itu tertawa setelah mendengar jawabanku.
"iiiii--ya juga si" ucapnya sembari tertawa "Nanti saya kabari, jangan lupa share lokasi rumah kamu nanti saya jemput. Okay?" Dia mengedipkan sebelah matanya dan beranjak dari kursi yang ia duduki kemudian meleos masuk keruangannya.
Sekarang aku sudah terbiasa dengan kedipan mata yang selalu ia berikan, tetapi memang sangat membingungkan ketika pertama kali aku mendapatkannya. Bagaimana bisa seorang pemilik kedai melakukan hal itu, pasti akan banyak orang yang menganggapnya aneh ketika pertama kali. Tapi Ka Gian memang seperti itu, lelaki yang begitu ramah pada semua orang. Bahkan ketika berhadapan dengan pelanggan yang komplain dengan emosi yang meluap-luap dia bisa menghadapinya dengan begitu tenang dan akan kembali bersikap seolah tak ada yang terjadi seperkian detik kemudian.
Waktu berlalu dengan cepat, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan sebentar lagi aku pulang, Walaupun sebenarnya kedai tutup lebih dari jam 10 malam karena ramai pengunjung yang datang ketika malam. Tetapi Ka Gian mengijinkan ku bekerja hanya sampai jam 10 malam. 'Telalu bahaya untuk wanita pulang terlalu malam' katanya ketika aku menanyakan alasannya.
"Rheaaa" Suaranya begitu berat dan serak, suara yang tidak asing di telingaku. Aku mencari sumber suara yang memanggil namaku "Rheaa disiniii" aku melihat lelaki berambut gondrong dan berkumis tipis, memakai kaos polos warna hitam, Sedang melambai-lambaikan tangannya sembari berjalan menghampiriku.
"KA CAKRAA!!" panggilku antusias. Jauh sebelum aku mengenal Caraka aku terlebih dahulu mengenal Kakaknya yaitu Cakra Daniswara. Sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan lelaki satu ini karena satu dan lain hal. "Raka bilang ada kerjaan ya di Surabaya, udah lama banget kita gaketemu ka"
"Sebenernya udah lama pulang sih. Ohiya, Kamu kok bisa ada disini?"
"Kerja ka"
"Oh gituu, yauda lanjut aja dulu rhe. Nanti kalo udah beres kita lanjut ngobrol, aku duduk disana ya" Aku membalas perkataanya dengan anggukan kepala dan dua jempol yang ku acungkan.
'Akhirnya' Batinku. Segera ku rapikan barang-barang yang kubawa dan memasukkannya ke dalam tas. Lega sekali rasanya telah melewati hari ini dengan baik, kulangkahkan kakiku keluar dengan antusias untuk menemui Ka Cakra.
'DEGGH'
Pria yang sudah lama tak pernah kulihat 4 bulan terakhir ini kini kulihat kembali. Raka, Itu Caraka. Padahal kita berdua satu kampus dan jarak rumahku dan dia tidak jauh, tetapi tak pernah sekalipun aku berpapasan dengannya. Kenapa harus disini?Aku melihatnya kembali setelah tragedi hebat yang telah terjadi pada kita berdua 4 bulan yang lalu. Dia sedang berbicara dengan Ka Gian dan Ka Cakra sembari tertawa begitu lepas.
'RINDU' Shiiiitttt.
"Bego banget rhea, dia nyakitin lo dan lo bilang rindu? So crazy" celotehku pelan memaki diri sendiri.
————————————
Gimana udah kebayang belum karakter Giandra kaya gimana?
Kritik dan saran sangat diterima yaaa. Jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak
With Love
Widya😚
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA
Teen FictionJauh darimu merupakan salah satu kejadian yang tak pernah kusangka. Namun, untuk apa bersama jika memberi luka, seperti berjalan diatas serpihan kaca bukan? Aku tidak tau hal ini sudah benar-benar berakhir atau masih ada celah yang tersisa, namun ya...