Empat orang pria terlihat mendatangi sebuah cafe yang masih sepi pelanggan.
"Yan, kamu aja yang pesen sana ".
Salah satu pria disana menunjuk ke arah seorang pria yang memakai masker hitam menutupi sebagian wajahnya. Sedangkan topi yang bertengger dikepala nya juga turut serta menutupi wajahnya dengan sempurna. Hanya tersisa matanya yang keabuan nan cemerlang.
"Ogah".
"Ihh ngapain coba pake masker udah gitu pake topi lagi".
"Dre.."
Pria yang dipanggil Rayyan itu memberikan peringatan singkat saat Andre temannya bersikap usil dengan mencoba melepaskan topi hitamnya.
"Kalo aku punya tampang kayak kamu pasti ku pameri kesana kemari tau"
Kali ini si Usil Brata ikut ikutan berkomentar.
"Kalian mah gak paham aja gimana si Rayyan. Dia kan cinta mati sama si Lana. Apa pun yang Lana minta pasti diturutin kan".
" Yang bener Nan ?".
"Astagaa,,... Aku nih denger sendiri Lana sama Rayyan berantem semalam di telpon. Gara gara.....".
"Udah lah gak usah dibahas ".
Rayyan segera memotong percakapan yang dilontarkan Nando tentang pertengkarannya semalam .
Namun Andre memberi kode agar melanjutkan pergosipan mereka.
".... Lana gak mau ketemu kalo Rayyan gak pake masker sama topi tiap ketemu dia. Aneh kan tu cewek ".
"Haahh..?".
Rayyan segera menuju ke arah pemesanan minuman untuk mengabaikan topik percakapan teman temannya.
Walaupun dalam hatinya ia merasa kecewa dengan kekasihnya. Tidak hanya sekali mereka bertengkar soal ini. Lana sering menolak untuk menghabiskan waktu bersamanya apalagi ditempat umum. Ia lelah untuk berpura pura menerima keadaan aneh ini. Ia sering merasa jika Lana malu dengan dirinya, namun setiap kali ia menanyakan hal itu Lana selalu menghindar dengan banyak alasan. Lima tahun mereka bersama, tidak banyak kenangan yang bisa mereka abadikan selama ini. Bahkan media sosial pun Lana tidak ingin membuat status hubungan dengannya. Karena itu banyak teman wanita dilingkungan pertemanan mereka yang salah paham dengan status dirinya.
"Maaf kak, demi keamanan kami ingin mengkonfirmasi wajahnya sebentar . Boleh lepaskan topi dan maskernya sebentar ?" .
Permintaan mba Cashier nya membuat kening Rayyan berkerut untuk beberapa saat.
"...hanya sebentar , minggu lalu ada seseorang yang melakukan tindak kriminal disini. Jadi kami diwajibkan untuk memeriksa wajah para pelanggan untuk memastikan pembuat onar itu tidak muncul lagi disini".
Akhirnya dengan perlahan Rayyan melepas masker lalu diikuti topi hitamnya. Mba Cashier malah terpana sesaat sebelum Rayyan berdehem tidak nyaman dengan tatapan takjub .
Bagaimana tidak takjub, ia baru hari ini melihat Pria yang memiliki wajah secantik ini. Mata oval nan lembut membingkai sempurna disana dilengkapi pupil hitam keabuan yang menakjubkan untuk dipandang. Kulit nya pun bersinar alami tanpa polesan bedak ataupun kosmetik . Jangan ditanya bagaimana irinya ia dengan bibir merona sensual itu...
"..mba...?".
"Ah... Iya kak ".
Mba Cashier tersebut menjadi gelagapan tak karuan karena kepergok bengong dihadapan makhluk berfisik maha sempurna ini.
"Udah...?".
"Iya...? Oh iya udah kak".
Rayyan segera menyingkir dari hadapan perempuan yang masih saja menatapnya dengan binar binar takjub dimatanya.
"Tuh kan, gimana gak Lana minta kamu pake masker. Lah buka sekali aja udah klepek klepek cewek cewek".
Lagi lagi komentar seperti ini yang ia terima.
"Tapi serius deh Yan, kamu yakin Lana bener cinta ?".
Ketiga temen dihadapannya saling bertatapan saat Bram melempar pertanyaan layaknya bom waktu itu.
"Yakin".
"Gini Yan, aku ngerti sih kalo Lana insecure kamu bakal belok gara gara banyak cewek yang ngantri atau saingan sama dia. Cuma yang aku gak ngerti kenapa harus disembunyiin selama ini ?".
Rayyan terdiam tak menjawab, temen temannya pun terdiam dengan suasana yang tiba tiba tidak nyaman.
"Udah ah, daripada bahas ceweknya mending kita bahas kegiatan kita abis ini mau ngapain ?".
Kali ini Andre dengan bijak menengahi . Akhirnya mereka tidak lagi membahas topik sensitif itu dan merubah haluan kearah lain. Namun pikiran Rayyan tetap bercokol saja persoalan itu.
"Pokoknya aku gak mau tau ya Yan, kalo diluar kita gak usah deket deket kalo kamu gak pake masker sama topi".
"Kok kamu gitu sih ?".
"Iya kalo gak mau ya udah kita ketemu aja kayak biasa dirumah atau bisa komunikasi lewat hp . Kan bisa vcall kayak biasa".
"Lan, tapi ini sudah lima tahun kita sama sama. Kenapa sih berat banget buat kamu ngakuin hubungan kita di publik ?".
"Bukannya gak mau ngaku Yan, tapi ya mau gimana kalo aku belum siap".
"Belum siap Lan ? Ini sudah lima tahun. Lima tahun aku nunggu kamu, bersabar sama ketidaksiapan kamu. Sampai kapan aku harus nunggu kamu . Atau kamu ada yang lain , maka nya kamu gak mau ngakuin hubungan kita ? Gitu ?".
"Ah udah ah, bahas itu terus tiap ketemu. Bisa gak sih kita tu kalo ketemu akur kayak pasangan lain ?".
"Ya kayak gimana kalo kamu perlakukan aku kayak gini".
" Kayak gini gimana ?".
"Lan, aku hanya minta diakuin aja. Hanya itu. Aku capek harus sembunyi terus. Didepan teman teman kamu, apa kamu gak marah kalo si Reina nemplok nemplok terus sama aku tiap ketemu ?".
"Iya itu tergantung kamu nya kan. Kalo kamu gak ngerespon ya bukan masalah".
Rayyan terlihat sangat frustrasi dengan akhir dari pertengkaran mereka. Bagaimana pun ia benar benar lelah diposisi ini. Ia selalu merasa Arlana menyembunyikan sesuatu darinya. Bayangkan lima tahun pacaran, tidak satupun dari teman teman bahkan keluarganya yang tau tentang hubungan istimewa mereka. Dulu ia masih bisa mengerti jika arlana meminta waktu, tapi sekarang ini sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin ia disembunyikan seperti sebuah kesalahan. Sungguh ia tidak mengerti
"Oke kalo kamu tetep minta backstreet sekarang, tapi paling tidak kasih aku kepastian kapan kamu mau go public hubungan kita ?".
"Kok kamu maksa sih sekarang ?".
"Lan, kamu gak ngerti perasaan aku gimana ".
"Haahhh.. ya udah kalo kamu gak bisa nunggu lagi mending kita udahan aja ".
Rayyan membeku seketika, apa kah permintaanya untuk diakui keterlaluan hingga gadis dicintainya sejak lama ini memintanya pergi begitu saja. Semudah itukah baginya merelakan waktu kebersamaan ini terlewati..? .
Keduanya terdiam beberapa saat dengan tetap saling memandang. Rayyan masih tidak percaya dengan pendengarannya barusan.
Sedangkan Arlana juga terlihat lelah dengan segala perdebatan mereka.
"Lebih baik kita mikir dulu deh hubungan kita mau gimana kedepannya ".
"Maksud kamu apa ?".
"Ya .. aku...".
"Kamu pengen putus hanya karena aku minta diakuin ?".
"Bukan gitu Rayyan".Hahhh ingatan menyakitkan itu kembali menyerang memorinya. Benar benar membuatnya marah .
Kini mereka menuju kesebuah pub terkenal dikota Samarinda.
Suara dentuman musik malah semakin membuat kepala nya berdengung. Seharusnya ia tidak menyetujui usul teman temannya untuk menghabiskan waktu disini.Namun mata nya menangkap pergerakan yang benar benar membuat kepalanya mendidih.
Disebuah meja tidak jauh dari tempatnya berdiri, Arlana terlihat asik berpesta dengan beberapa teman teman lainnya. Seorang pria terlihat dengan berani merangkul pinggang ramping milik Arlana yang terbalut dress ketat.
Arlana tidak pernah ingin sedekat itu dengannya namun kenapa pria itu bisa dengan bebas melakukannya di tempat umum begini.
"Sabar bro ".
Bisikan Andre terdengar ditelingaku, rupanya nya teman temanku juga melihat pemandangan panas dihadapanku.
Arlana tersentak terkejut saat melihat keberadaanku yang masih menatapnya dengan tajam dan penuh amarah.
"Kalian bicara aja diluar ya, jangan buat keributan disini".
Bram mendekati Arlana yang masih membeku ditempatnya, membisikan sesuatu padanya lalu mengangguk pada Rayyan yang masih mengawasi.
Andre membimbing Rayyan untuk lebih dulu meninggalkan kebisingan pub. Andre meninggalkan mereka berdua diparkiran. Rayyan memilih untuk menunggu didekat mobil yang mereka tumpangi tadi.
Ketukan sepatu hak tinggi Arlana terdengar lirih membuatnya makin marah. Ia masih memunggungi Arlana walaupun ia tau gadis itu sudah berada dibelakangnya sejak tadi.
"Jadi ini alasan kenapa kamu gak mau ngakuin aku dihadapan teman teman mu ? "
"Yan, mending kita dinginin...".
"Aku gak perlu itu".
"Yan..".
Arlana bergidik ketakutan melihat ekspresi diwajah Rayyan, wajah yang. Selalu terlihat cantik dan lembut dihadapannya kini berganti dengan ekspresi menakutkan disana.
"Siapa dia ?".
"Siapa yang kamu maksud ?".
"Hahahahhaa.. kamu masih pura pura tidak tau ?".
"Yan, kamu salah paham".
"Aku salah paham ?".
Arlana mengangguk .
"Oke sekarang jelaskan sama aku kenapa kamu nolak untuk ngakuin aku ?".
"Yan, udah kita gak perlu bahas ini lagi ".
"JAWAB ARLANA ".
"Yan ..."
"JAWAB... KASIH TAU AKU ALASAN KENAPA KAMU ABAIKAN KEBERADAAN AKU SELAMA LIMA TAHUN".
"Karena kamu buat aku minder Yan. PUAS ?".
"Apa ?".
"Iya, karena aku minder sama wajah yang kamu punya. Karena aku gak secantik yang orang lain harapkan untuk jadi pasangan kamu. Karena itu aku gak bisa ngakuin kamu. Karena aku gak pede ".
Rayyan melongo tidak percaya.
Arlana memeluk dirinya dengan gelisah.
"Makanya aku minta kita putus aja ".
Cicitan lemah itu benar benar mengoyak pertahanan terakhir yang dimiliki Rayyan.
Wajahnya berubah menjadi dingin seketika.
"Jadi selama ini kamu gak bisa terima aku apa adanya karena wajah ini ?".
Arlana mengangkat wajahnya terkejut saat mendengar pernyataan dingin itu.
Rayyan terlihat memainkan sebuah cincin putih bermata dari saku celananya. Menimang sebentar benda berkilau itu ditangannya.
Arlana bergidik ngeri saat tatapannya bersirobok dengan mata abu abu kehitaman yang membuatnya jatuh cinta pada Rayyan. Namun kini ia merasakan ketakutan akan tatapan penuh kemarahan nan dingin itu.
"Oke, karena wajah ini yang sangat kamu benci".
Mata Arlana membulat ngeri saat Rayyan dengan tenang menekan permata cincin tersebut pipi kanannya. Cairan merah kental segera meleleh disana , tak ada jerit kesakitan bahkan ekspresinya tetap dingin seperti bukan kulitnya yang terluka. Tetesan darah mulai mengotori kemeja biru lautnya. Arlana menjerit dalam tangis sedangkan teman temannya segera mengerubungi keduanya . Rayyan melempar cincin yang berlumuran darah itu ke kaki Arlana yang menangis ketakutan.
"Selamat, kamu udah berhasil mendapatkan apa yang kamu mau".
Arlana menatap tak mengerti pada Rayyan yang menunduk melihati cincin yang tergeletak diujung sepatu hak tinggi milik Arlana.
"Kita putus"Kata kata terakhir sebelum ia berbalik meninggalkan Arlana yang membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Si Pria Cantik
RomanceArlana Bagaimana jika kamu punya pacar yang lebih cantik dari mu ? nah itu yang terjadi padaku, kecantikannya membuatku minder. kepercayaan diriku jatuh bangun saat aku bersamanya. Lalu kenapa tali takdir harus mempermainkan hati yang semakin mendam...