8. Masalah Lama

1K 81 3
                                    

Clara mengikat rambutnya menjadi satu dengan model ponytail yang manis. Setelah itu, Clara beranjak untuk mengenakan pelembab bibir. Hari ini, memanglah jadwal hari libur Clara. Semua pelanggan tetapnya tahu betul, jadwal ini. Jadi, Clara tidak perlu khawatir ada pelanggan yang datang nantinya. Clara sudah memiliki janji dengan Anita, karena itulah ia akan bersenang-senang dengan sahabatnya itu dan melupakan berbagai hal yang mengganggu dirinya. Terutama masalah mengenai Melvin yang benar-benar membuat kepalanya pening bukan main.

Namun, saat Clara akan mengambil tasnya, Clara mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Sebenarnya Clara bisa mengabaikannya, karena ia tidak tahu siapa yang menghubunginya itu. Akan tetapi, Clara berpikir kemungkinan jika itu adalah calon pelanggan toko bunganya. Bisa dibilang, nomor telepon pribadi Clara memang tersebar di kalangan pelanggan tetap. Ada beberapa dari mereka yang merekomendasikan toko Clara pada pelanggan baru, dan sebagian besar dari mereka hanya tahu nomor pribadi Clara alih-alih nomor telepon toko.

Jadi, Clara pun menerima telepon itu sembari ke luar dari rumahnya. "Halo?" sapa Clara sembari mengunci pintu rumahnya dengan benar.

"Halo, Adik. Apakah sekarang hidupmu sudah nyaman?" sahut suara di ujung sambungan telepon. Membuat gerakan tangan Clara terhenti. Tidak berhenti di sana, Clara bahkan menahan napasnya. Seakan-akan itu adalah hal yang sangat tidak terduga.

Clara kenal betul suara yang baru saja ia dengarn tersebut. Itu adalah suara kakaknya, William. Kakak yang sudah lama tidak ia temui, karena kakaknya itu memang meninggalkannya begitu saja ketika orang tua mereka meninggal. Tidak ada kenangan baik mengenai William dalam benak Clara. Hal yang Clara ingat mengenai kakaknya adalah, pria bajingan yang hanya senang membuat masalah dan merampas uang yang sudah Clara kumpulkan dengan susah payah. Bagi Clara, William sama sekali tidak pantas untuk dipanggil sebagai seorang kakak.

"Maaf, Anda sepertinya salah menghubungi seseorang. Saya tidak mengenal Anda, jadi saya tutup teleponnya," ucap Clara lalu tanpa memberikan kesempatan segera menutup sambungan telepon. Lalu Clara juga memblokir nomor yang baru saja menghubunginya tersebut. Ia lebih dari yakin, kika itu adalah William. Ia tidak perlu mengonfirmasinya lagi, jadi ia hanya perlu memblokirnya agar tidak lagi mengganggu kehidupannya yang sudah nyaman ini.

Clara mengernyitkan keningnya dan ekspresinya benar-benar terlihat sangat buruk. Jelas Clara tidak mungkin senang dengan fakta bahwa kakaknya yang pembuat onar itu sudah kembali mencari dirinya. Clara memiliki firasat buruk, bahwa William akan kembali mengacau, dan kepalanya pun terasa begitu pening. "Kenapa ia harus kembali lagi? Terlebih di situasi seperti ini?" tanya Clara jengkel.

Clara pun beranjak pergi saat sudah memastikan jika rumahnya ditinggalkan dalam keadaan aman. Ia melangkah beberapa saat dan menghentikan taxi untuk menuju tempat di mana dirinya akan bertemu dengan Anita. Sepanjang perjalanan, Clara terus meyakinkan dirinya sendiri, jika ia tidak mungkin bertemu dengan kakaknya lagi. William tidak akan bisa menemukan dirinya, terlebih rumahnya. Clara yakin, Willian tidak akan mengacaukan kehidupannya lagi.

Clara berusaha untuk memperbaiki ekspresinya dan membayar jasa taxi sebelum ke luar untuk menemui Anita yang rupanya sudah menunggunya di restoran yang memang cukup terkenal. Clara dan Anita sama-sama menyukai restoran ini. Karena selain tempatnya indah, dan makanannya yang sesuai dengan selera mereka, tempat ini juga tidak terlalu tinggi mematok harga setiap menu. Jadi, tidak mengherankan jika restoran ini menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi keduanya untuk menghabiskan waktu.

Clara duduk di meja yang sama dengan Anita, dan keduanya pun tidak membuang waktu untuk memesan makan-makanan yang akan memanjakan lidah mereka. Saat menunggu pesanan, keduanya berbincang mengenai banyak hal. Keduanya memang selalu berhubungan, baik berkirim pesan atau telepon, mereka juga cukup sering bertemu. Namun, mereka sama sekali tidak pernah kehabisan topik untuk dibahas. Mungkin karena inilah, mereka menganggap jika mereka ada dalam frekuensi yang sama dan membuat mereka bisa berteman dalam waktu yang lama.

Mimpi Panas I : Clara & MelvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang