Epilogue

1.6K 157 6
                                    

Namjoon memarkirkan mobilnya di garasi sederhana yang baru ia buat bersama Seokjin beberapa bulan lalu. Ia baru saja pergi belanja kebutuhan bulanan dan membeli beberapa bahan makanan titipan Seokjin. Orang tua Namjoon akan berkunjung ke kediaman mereka siang nanti.

Seokjin tentu saja akan menjamu mereka dan menunjukkan kemampuan memasak yang dimilikinya selama ini. Sebetulnya Seokjin sudah bisa kembali ke Blood Moon Ville berkat bantuan hukum yang diatur oleh Namjoon. Tapi Seokjin masih ingin tinggal di rumah bergaya rustic itu paling tidak sampai bunga canola miliknya kembali panen pada musim panas tahun ini.

Namjoon berhasil mendaftarkan thesis miliknya ke pusat penelitian wilayah dan mereka memberi tanggapan positif. Namjoon dan Seokjin sesekali akan diminta untuk ikut dalam rapat perencanaan proyek peyuburan tanah di 'ladang neraka' Northern Ville.

"Hallo, Mom... Tolong ingatkan Dad untuk memeriksa email yang sudah kukirimkan sejak kemarin, okay?" Namjoon menjepit ponselnya di antara telinga dan pundaknya ketika mengangkut belanjaan ke dalam rumah.

"... Tidak perlu membeli makanan. Seokjin akan memasak untuk kalian." Ia mencium puncak kepala Seokjin begitu tiba di dapur dan meletakkan belanjaan ke meja makan yang masih lenggang. "Seafoods? Hanya belikan king crab untuk Seokjin, Mom. Ya, ya.. Thank you, love you too.."

Setelah lulus, Namjoon langsung membantu perusahaan Ayahnya dan bekerja secara online. Ia hanya akan datang ke kantor ketika ada rapat penting yang membahas kerja sama dengan perusahaan asing. Sisanya ditangani oleh suami dari kakak perempuannya, Kim Jiwon dan Ayah Namjoon yang masih sehat memimpin perusahaan.

"Dad benar-benar lupa kalau aku memintanya menggantikan rapat besok lusa," gerutu Namjoon memancing gelak tawa Seokjin pagi itu.

Lusa adalah panen bunga canola dan Namjoon tidak ingin melewatkannya. Ia dan Seokjin sudah melalui dua kali musim panas dan masa panen bersama. Rasanya seperti melepas putrinya pergi ke asrama, membiarkan si cantik yang ia rawat memberikan berbagai manfaat dan kebaikan di tempat lain.

Keluarga Namjoon juga menerima Seokjin dengan baik. Tak jarang mereka masih mengucapkan terima kasih kepada Seokjin karena telah menyelamatkan hidup putra bungsu kesayangan mereka. Jiwon juga menyayangi Seokjin melebihi adik kandungnya sendiri.

Seperti kedatangan mereka siang ini yang langsung membuat suasana rumah Seokjin lebih riuh dibandingkan biasanya. "Maaf, ya, putri kecilku ikut Ayahnya perjalanan bisnis ke Jepang. Aku akan mengirim foto ladang canola milikmu untuk membuatnya menyesal," canda Jiwon seraya memeluk Seokjin gembira.

"Kulitmu semakin cerah saja, Baby?" Jiwon menatap lekat-lekat ke wajah Seokjin yang tersipu. "Wah, sepertinya polusi udara di Blood Moon Ville membuatku semakin kusam!"

Seokjin menimpalinya dengan gelengan dan gelak tawa ringan. Mereka duduk bersama di meja makan untuk menikmati masakan Seokjin. Dan seperti biasanya Ibu Namjoon selalu memujinya, meminta Seokjin agar sesekali datang ke rumah saat ia dan Namjoon nanti sudah kembali ke Blood Moon Ville.

"Jiwon itu mengikuti les memasak. Kokinya didatangkan langsung ke rumah tapi dia justru menghabiskan waktu belajar hanya untuk melamun dan menonton gurunya memasak seorang diri," pinta Ayah Namjoon seraya menambah olahan iga rusa pedas ke atas piringnya lagi.

"Huh, itu karena aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan olehnya, Dad! Kokiku berbicara dengan bahasa asing," jelas Jiwon sambil memasang tampang melankolis pada Seokjin. Namjoon hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kelakuan kakak perempuannya yang sedikit absurd. Untung saja Seokjin betah berteman dengannya.

"Tentu saja aku akan sering datang berkunjung, Mom," sahut Seokjin setelahnya. Ia menarik piring berisi king crab lebih dekat dan akan menyantapnya karena Ibu Namjoon membelikan itu khusus untuknya. "Jika kau tidak keberatan. Kita bisa belajar memasak bersama." Tidak lupa ia membalas aduan Jiwon dan ajakannya untuk memasak bersama tentu saja langsung mendapatkan pekikan bahagia.

Tetapi Seokjin merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Apakah bahagia  berlebih akan membuat tubuh menjadi mudah lelah? Ia bahkan belum menyelesaikan panen bunga canola, Seokjin tidak ingin jatuh sakit. "Kau baik-baik saja?" Namjoon menyadari perubahan ekspresi Seokjin dan bulir keringat yang terbit di pelipisnya.

"Ah, tidak. Sepertinya aku lapar dan tidak sabar untuk menyantap king—" Seokjin tidak sanggup meneruskan kalimatnya ketika aroma seafood di piringnya begitu menyengat dan mengaduk-aduk isi perutnya.

Seokjin berlari ke kamar mandi dan memuntahkan cairan bening ke wastafel. "Hey, kau sakit?" Namjoon datang untuk memijat lembut tengkuk Seokjin dan mengusap punggungnya dengan sayang. "Kau terlihat pucat dan belum makan apapun sejak pagi, Honey.."

Seokjin menyandarkan punggungnya pada dada Namjoon usai dirinya mencuci mulut. Kepalanya pening dan tubuhnya juga melemas setelah memuntahkan isi perutnya. "Namjoon, lebih baik kau bawa Seokjin ke kamar supaya aku bisa memeriksanya." Jiwon merupakan dokter umum di salah satu rumah sakit swasta dan memilki klinik sendiri di pusat kota.

Orang tua Namjoon menunggu dengan cemas di ambang pintu ketika Jiwon memeriksa dan memberikan beberapa pertanyaan kepada Seokjin yang berbaring lemas di atas ranjangnya.

"Selamat ya, Baby. Kurasa kau sedang hamil," pinta Jiwon sebelum menatap ke arah Namjoon dan orang tuanya secara bergantian. "Lebih baik segera kembali ke kota dan memeriksakan kondisi Seokjin."

Seokjin meremas selimut di atas tubuhnya. Masih terlalu terkejut mendengar ucapan dari Jiwon, Seokjin tidak pernah menyangka bahwa tubuhnya bisa mengandung. 'Hey, jangan khawatir, Honey... Aku akan selalu berada di sampingmu. Kita akan menjaganya bersama.'

Seokjin menimpalinya dengan anggukan dan senyum kecilnya. Sejujurnya ia takut apabila tubuh vampire lelaki tidak bisa menjaga janin selama proses perkembangannya. Kaum vampire tidak sama dengan omega male yang memang ditakdirkan memiliki kemampuan mengandung.

Namun melihat secercah kebahagiaan yang terbit dari wajah kedua orang tua Namjoon membuatnya lebih berani untuk berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Sebetulnya mereka tidak menuntut keturunan karena sadar betul bahwa Namjoon dan kekasihnya merupakan bagian dari kaum vampire, maka jalan untuk memiki keturunan kandung agaknya terlalu mustahil. Dan ketika keajaiban datang secara tiba-tiba, tentu saja mereka amat sangat bahagia mendengarnya.

"Kita akan kembali ke kota setelah panen bunga canola, okay?" Namjoon tidak malu sedikit pun ketika mencium pucuk hidung kekasihnya yang mengkerut di bawah selimut. "Dan aku berencana menikahi Seokjin secepat mungkin, Dad, Mom.."

"Tentu saja kalian menikah sebelum perut Seokjin membesar!" sahut Ibu Namjoon antusias. Ia langsung meraih ponselnya untuk mengatur jadwal konsultasi Seokjin dengan dokter kandungan yang dulu menangani kehamilan Jiwon.

"Apa ada ilmu medis yang bisa menjelaskan kasus semacam ini, Jiwon?" tanya Ayah Namjoon mewakili isi hati Seokjin.

"Selain karena Namjoon bermain tanpa pengaman..." Namjoon mendesis kesal mendengar basa-basi kakaknya. "Kurasa di kehidupan sebelumnya, Seokjin adalah seorang omega."

The End of Epilogue

Spring Bliss [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang