02 | Peskatarian Rogue

1.4K 165 2
                                    

"Kau tidak ikut makan bersamaku?" Seokjin menjerit dalam hati dan langsung menyesali ucapannya. Itu terdengar seperti ia sedang merayu Namjoon. Dan pemuda bersurai hitam arang itu justru tertawa kecil melihat ekspresi Seokjin yang mengkerut aneh. Sedangkan Seokjin yang menyadari bahwa Namjoon tengah menertawakan dirinya hanya bisa menjilat bibir bawahnya gugup.

Apabila Seokjin seorang manusia biasa atau paling tidak jika dia adalah kaum werewolf, mungkin kedua pipinya bisa merona selayaknya kelopak mawar yang perlahan terbuka di musim semi.

Seokjin menyukai padu-padan pink coral yang melekat lembut di atas kulitnya ketika ia menggunakan pelembap bibir. Warna pastel lebih cocok untuk menambah kesan hangat pada kulit pucatnya yang sekilas mirip seperti manekin keluaran terbaru yang masih telanjang membelakangi etalase butik pinggir kota.

"No, thanks." Namjoon menghentikan tawa kecilnya yang sejak tadi membuat kelopak matanya terlipat indah membentuk bulan sabit, menularkan senyum yang terbit di bibir Seokjin tanpa disadari oleh pemuda peskatarian itu sendiri. "Aku tidak makan seafood karena aku sangat menyukai hewan laut seolah mereka adalah temanku."

Seokjin mengerutkan keningnya terganggu dan mendesah lembut. "Kau membuatku seperti raksasa yang akan memakan temanmu hidup-hidup."

Namjoon kembali meledakkan tawa meskipun Seokjin tidak sedang melucu. Ia hanya merasa kalau berbicara santai dengan Seokjin ternyata semenyenangkan ini. "Tidak perlu merasa begitu, okay?"

"Aku akan menghubungi pihak akademik agar kau bisa mengikuti kelasku secara resmi." Seokjin segera menyahut pada Namjoon yang kembali menunduk pada ponselnya dan terlihat seperti hendak melesat pergi dari hadapannya.

Mungkin pemuda alpha itu masih memiliki kelas lagi usai jam makan siang, atau mungkin Namjoon memiliki janji dengan kekasihnya. "Terima kasih makanannya. Kau bisa pergi dulu karena aku masih harus menunggu mahasiswa yang akan melakukan konsultasi perihal thesis mereka."

Namjoon terperangah. Seolah baru saja disadarkan akan betapa sibuknya Seokjin juga perbedaan rutinitas mereka berdua. "Oh, tentu. Aku akan tanding malam ini di jembatan gantung Northern Ville. Kau tahu, barang siapa yang tergelincir maka ia akan langsung terpanggang hangus di ladang neraka yang kita bahas di pertemuan tadi."

Tidak heran kalau mengejar dosen vampire tampan adalah tantangan kecil bagi Namjoon, pasalnya pemuda itu begitu berani mengikuti kompetisi balap liar di wilayah terlarang. Darah muda seorang alpha pada usia Namjoon seolah masih sangat meliar. Haus akan pengakuan bahwa dirinya patut diperhitungkan sebagai lawan terkuat dan didambakan di atas ranjang.

Seokjin menghembuskan hawa dingin yang seolah sanggup membekukan partikel udara di sekeliling mereka. Ia benar-benar tak habis pikir bagaimana bisa Namjoon mempertaruhkan nyawanya hanya untuk permainan konyol macam balap liar?

"K—kau, kuharap kau tidak melupakan deadline essay yang kuberikan tadi." Seokjin mendadak kaku. "Aku tidak akan memberikanmu toleransi jika kau tidak mengumpulkan tugas pertamamu nanti malam, Namjoon!"

"Don't worry about it, Sir! Bahkan aku bisa mengerjakannya dengan mata tertutup." Namjoon mengedikkan bahunya kelewat santai, menyimpan kedua tangannya di saku celana jeans seperti model majalah profesional dan menyodok pipi bagian dalamnya menggunakan lidah dengan kurang ajar. "See you later, Peskatarian Angel!"

Namjoon melangkah tanpa bisa Seokjin cegah. Dirinya kembali dibuat terperangah, kali ini Namjoon memberikannya julukan yang teramat salah. Seokjin sudah kenyang dijuluki peskatarian rogue oleh rekan-rekan di lingkungan kerjanya terdahulu. Tapi baru kali ini ia mendapatkan julukan yang terlampau indah seakan mampu membelai pendengarannya melalui suara rendah milik Namjoon yang sarat akan gairah.

Seokjin telah hidup selama ratusan tahun sebagai vampire yang berpindah-pindah tempat tinggal dan pekerjaan semudah berganti baju. Dijuluki peskatarian rogue oleh rekan-rekannya yang berasal dari kaum werewolf selalu dianggapnya bercanda, sebab Seokjin benci dengan perkelahian terlebih jika harus berurusan dengan hukum. Sadar betul dirinya minoritas dan hidup sebatang kara, melakukan tindakan bodoh hanya akan merepotkannya.

Seokjin tidak peduli apabila dia disamakan dengan kaum buangan, tidak memiliki pack seperti kebanyakan kaum werewolf berasal. Tak jarang kaum vampire juga memandangnya sebelah mata hanya karena Seokjin tidak dikenal sebagai kerabat vampire bangsawan di belahan bumi bagian manapun.

Dan sematan Peskatarian Angel itu entah mengapa mulai memberatkannya, dadanya sesak oleh sesuatu yang tidak ia pahami. Seokjin mulai gelisah, seharusnya ia menghentikan langkah Namjoon dan menyeretnya ke perpustakaan. Menjejali pemuda itu dengan setumpuk bahan ajar dan berakhir dengan menghadiahinya quicky-semi public sex. Tidak masalah, Seokjin bisa ambil resiko asal Namjoon tetap aman di sampingnya.

Seokjin menuruti langkahnya yang lebih bijak, mengejar Namjoon yang diharapkan masih berkutat di sekitar kampus. Di luar kelas, lorong tampak sepi, beberapa mahasiswa yang mengenalnya hendak menyapa namun urung begitu menyadari kemarahan dan ketakutan tengah menelan pertahanan Seokjin.

Seharusnya Seokjin menyadari petanda itu lebih cepat, ketika liontin oval pada kalung Namjoon yang semula berwarna hijau zamrud tidak berkilau selayaknya permata yang tersirami cahaya fajar, melainkan hitam legam.

Seharusnya Seokjin meneriaki Namjoon perihal garis takdirnya yang akan menemui final apabila pemuda itu tetap mementingkan balap liar konyol dengan iming-iming taruhan uang yang tak seberapa jika dibandingkan dengan harga nyawanya.

Mengapa Seokjin begitu tega membiarkan Namjoon pergi begitu saja? Mungkin julukan rogue benar-benar sudah melekat dalam diri Seokjin hingga ia kehilangan simpatinya.

Seokjin hafal plat nomor pada mobil Namjoon. Ia pernah menyumpahi Namjoon karena hampir menyerempet mobilnya kala itu. Terkadang ingatan itu kembali membuatnya emosi ketika ia berpapasan dengan Namjoon di balik kemudinya. Seokjin sering melihat Namjoon bermesraan di basement kampus dengan teman kencannya yang silih berganti.

Seokjin tidak pernah menyangka akan merasakan betapa kuatnya keinginan untuk bertemu dengan Namjoon dan menahannya pergi. Mobil Namjoon tidak terparkir di basement kampus. Ia merogoh ponsel di saku celananya dan menyadari jika mereka tidak pernah bertukar nomor selama ini. Hanya ada akun instagram Namjoon yang seakan selalu memantaunya.

Seokjin berlari keluar dari basement melalui tanjakan pendek dengan gegabah, lupa perihal dirinya yang tidak bisa bersitatap langsung dengan sinar matahari. Detik berikutnya dapat dipastikan matanya terbakar oleh rasa panas yang begitu menyengat.

Satpam setempat langsung berlari menghampirinya saat Seokjin berteriak kesakitan dan mengumpat dalam berbagai macam bahasa yang dikuasinya. Bagaimana bisa Seokjin menantang siang hari tanpa membawa kaca mata hitamnya yang tergeletak di atas meja pengajar ruang kelasnya tadi?

Apa kelemahan menjadi vampire? Namjoon pernah bertanya ketika pensi musim semi tahun lalu. Pemuda itu tidak bisa membiarkan Seokjin berdiam di bawah pepohonan rindang seorang diri dengan topi bundarnya yang mencoba halangi sengatan mentari.

Seokjin menjawab tak acuh bahwa satu-satunya kelemahan yang dimilikinya adalah tidak bisa bepergian bebas di siang hari tanpa tabir surya khusus untuk vampire dan kaca mata hitam yang selalu menjadi tamengnya.

Namjoon mendesah lembut dan Seokjin mengabaikan wajah Namjoon yang berada satu jengkal dari ubun-ubunnya. Karena apabila ia mendongak, sinar matahari tidak akan sungkan untuk menyakiti matanya. Atau yang lebih dihindari Seokjin adalah kemungkinan dirinya akan melihat sorot mata Namjoon yang begitu mendambanya.

Ada hal lain yang Seokjin sembunyikan dari Namjoon pada saat itu. Perihal kelemahan vampire yang tidak bisa mengeluarkan air matanya bahkan ketika orang yang amat dicintainya tengah meregang nyawa.

Hanya dunia yang mengetahui mengapa Seokjin menjerit histeris tepat ketika ia siuman pada tengah malam usai mendapatkan perawatan di rumah sakit kampus. Seokjin telah gagal menahan Namjoon tergelincir ke ladang neraka.

Seokjin telah gagal menyelamatkan seseorang yang dicintainya secara diam-diam selama ini. Ponsel Seokjin terjatuh di atas kasurnya dengan notifikasi yang terus bermunculan di layar. Memuat kabar naas tentang tragedi kecelakaan balap liar yang membuat Namjoon menjadi korbannya.


To Be Continued

Spring Bliss [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang