Hari ini lebih berat dari biasa. Capek. Banyak kegiatan di kampus, belum lagi tugas bejibun dari dosen. Rasanya mau mati, tapi kadang di sisi lain, semuanya menyenangkan kalo dijalani pelan-pelan. Ini Taehyung Adykarsa, mahasiswa semester tiga yang sedang bertahan hidup di tengah kerasnya dunia pendidikan.
Bareng sohibnya, Jimin Cakrawinata, mereka menuju kosan dengan jalan kaki. Hal ini sudah biasa karena tadi pagi sepakat berangkat bareng tanpa transportasi. Lebih menikmati jalanan indah di sudut kota Banjarmasin, sekaligus menghemat pengeluaran buat beli bensin.
"Gue laper, mau jajan dulu ngga?" Nata menatap Arsa sambil merogoh kantong celananya. Sekitar beberapa meter dari mereka berdiri, pasar malam sudah di buka. Jam segini memang lagi rame-rame nya pengunjung. Taehyung ngangguk, dia ngikut aja. Kalo malam ini jajan, berarti di rumah ngga usah makan lagi. Sekalian aja dikenyangin. Males masak.
"Yuk ah."
Nata mempercepat langkah buat nyamperin pedagang telur gulung, sementara Arsa ke arah akang jualan ketupat. Nata bilang, dia ngga terlalu lapar, cuma pengen camilan pengganjal perut doang, jadi ogah ngikutin Arsa yang melahap makanan berlemak tinggi, selain atlet, Nata juga mesti jaga porsi tubuhnya buat mempertahankan para fans di kampus. Dia duduk di sebelah Arsa sambil sesekali melumat telur gulung, sekalian nyeruput teh es.
Dalam keadaan makan begini pun, mereka masih sempet-sempetnya ngebacot.
"Untung dosennya pada baik ya? Jadi kalo nanya masih direspon gitu lah."
"Kan masyarakat sini emang terkenal ramah Jim. Walaupun ada beberapa dosen yang kayak acuh." Taehyung melahap suapan terakhir. Perutnya sudah kenyang sekarang. Pulang ke kosan tinggal santai bentar, terus nugas lagi. Bayanginnya aja Arsa capek, tapi ya mau gimana? Dia harus lulus dengan nilai memuaskan.
"Pulang sekarang? Lo masih mau jajan ngga?"
"Masih, tapi mau gue bawa ke kosan aja. Ayo." Nata ngekorin Arsa setelah bayar ke penjual ketupat. Mereka mutusin buat balik sebelum hujan turun karena langit lagi memancarkan kilatan-kilatan, disusul angin berembus kencang.
"Buruan Nat! Makan mulu lo!" Taehyung setengah teriak kesel waktu liat Jimin yang masih sempet-sempetnya ngambil satu gigitan di kue cucur. Nata cuma nyengir, lalu mempercepat langkah nyusul Arsa yang masih berdiri di jarak yang lebih depan darinya. Wajah Taehyung makin ganteng pas rambutnya diterpa angin kayak sekarang. Nata jadi ngga heran kalo Taehyung ini punya banyak fans juga kayak dirinya. Tapi Taehyung lebih hebat, sebab dengan sikap biasa aja, malah menjerat hati banyak mahasiswi.
"Siapa ini?" Arsa membatin dalam hati waktu netranya ngga sengaja melirik salah satu objek di persimpangan jalan. Ketika dia melintasi objek itu, yang ditatap malah bergerak. Taehyung sedikit kaget, tapi tetap bersikap santai sambil sesekali menanggapi ocehan Jimin.
"Oh, makhluk kecil." kembali isi hatinya bersuara, kali ini sedikit menarik sudut bibir membentuk senyuman tipis. Yang dia lihat barusan hantu anak kecil dengan goresan luka terbuka di dahi.
"Besok gue lewat sini lagi ah tanpa Jimin. Imut juga dia, pengen ikut tapi malu. Gemes amat sih. Haha."
Taehyung terus berjalan sambil memasukkan tangannya ke kantong jaket. Udara dingin makin menusuk ditambah tatapan anak itu, Taehyung yakin, dia masih menatap punggungnya yang semakin menjauh. Semakin menjauh Taehyung melangkah, suhu udara semakin terasa normal, hanya sedikit sejuk sebab langit mulai menurunkan air. Untung mereka berdua sudah sampai kos.
"Lo aneh banget."
"Aneh kenapa?" Arsa melepas sepatu, kemudian menaruh di rak. Masih menanti jawaban Nata.
"Ya engga, kayak aneh aja hawa nya."
Taehyung cuma ketawa tanpa berniat lanjutin percakapan sama Jimin. Sahabatnya juga ngga terlalu peduli, mutusin buat ngelanjut makan sebelum makanan yang dia beli mulai mendingin.
"Kalo rawat anak kecil, lo keberatan ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Mbul Ghost]
Horror"Kakak bakal telus sama-sama baleng aku kan? aku mau main selama na sama kakak." suara itu, Arsa ngga bisa menolak sekalipun dirinya menutup telinga rapat-rapat.