02

202 58 11
                                    

"Masih lama? Dengkul gue pegel ini." Yoongi menggerutu dari sepuluh menit yang lalu. Kakinya ngga terbiasa menempuh jarak sejauh ke kosan Taehyung sama Jimin dengan jalan kaki. Doi biasanya bawa motor, tapi karna si Scoby lagi sakit, jadi mau ngga mau, mesti jalan kaki. Btw, Scoby nama motor Yoongi yang kemarin masuk bengkel.

Taehyung pelanin langkah, melihat Arsa begitu, Adlan juga ikutan. Ngintip di balik tembok usang yang jadi pembatas antara "makhluk kecil" kemarin dengan posisi mereka.

"Mana?" Yoongi berbisik, mukanya deket banget sama pipi kanan Taehyung.

"Belom."

"Kok ngga ada?"

"Belom, anjing. Diem kek."

Malah gelut, Adlan nampar pelan pipi Taehyung sebab kesel juga dibentak-bentak gitu, tau gini mending ngga usah bantuin.

Arsa yang peka kucing persia lagi ngambek, auto genggam tangan Yoongi. Dia tau, pangsit rebus ini lagi bad mood sebab Arsa ngga sengaja tinggiin nada suara.

"Tuh."

Yoongi majuin kepalanya sampai agak nyembul, mata sipit membulat waktu liat bocah berbaju biru langit duduk sambil menoleh kanan kiri memantau gerombolan burung yang terbang kesana kemari.

"Samperin aja lah, keburu kita dikira maling kalo ngumpet gini."

Taehyung dorong duluan badan Yoongi, mereka berdua natap pasti ke arah anak kecil yang tangannya kehilangan jemari.

"Oi."

Yoongi ngga ada basa-basi sama sekali, dateng-dateng langsung oi, macam ngajak berantem.

"Bisa liat aku?"

"Bisa. Kan gue punya mata."

Arsa sedikit geser Adlan ke samping, dia ngomong sedikit lembut daripada curut pedes ini.

"Nama kamu siapa?

"Jungoo. Panggilan kecilna Koo."

"Kamu tiap hari di sini?"

"Iya, aku nungguin mama papa."

Taehyung ngernyitin dahi natap Yoongi yang balas angkat bahu, seolah dia juga bingung.

"Walaupun sebenelna da bakal jemput lagi sih."

"Karena orang tuamu sudah pergi ke alam lain juga ya?"

"Bukan, olang tua aku hidup kok. Sama sepelti kalian."

"Hah?!" dua mahasiswa beralmamater kuning itu saling pandang, tatapan mereka berdua total kaget campur bingung.

"Peltama kalinya aku dikunjungi begini, lasana telhalu sekali. Telima kasih ya kakak."

Arsa nyapu sedikit ujung matanya yang berair.

"Malam itu, aku diajak kelual buat mam enak, pulang dali lestolan, aku sempat ketidulan sebental di mobil, telus bangun, tapi da buka mata. Aku dengal, mama sama papa mau buang aku, kalena aku anak hasil sekikuh mama yang dulu, nah—"

"Bentar. Apa maksudnya?"

Yoongi geplak lengan Taehyung.

"Ck, mungkin gini, dia tuh awalnya punya mama kandung, tapi cerai sama papanya karena selingkuh. Nah, si dia ini dititip ke papanya yang nikah lagi, jadi kalo secara kasar, dia diasuh oleh orang lain. Si papa sama mama bukan orang tua kandungnya. Bener gitu dek?"

Koo berbinar dengar cara penjelasan Yoongi yang tepat sasaran.

"Iya, papa mengasuh aku kalna mama meninggal, bukan celai. Mama ketauan sekikuh setelah umulku empat tahun, pas ada laki-laki yang datang ke pemakaman mama, telus diselidiki kalna wajahna milip sekali sama aku. Sejak aku diajak tes apa ya namanya? Lupa. Pokoknya sejak aku diajak tes ke lumah sakit, papa da pelnah hangat lagi."

"Tes DNA?"

"IYAAA! IH, KOK PINTEL SEKALI?"

Taehyung ketawa pelan liat Koo heboh begitu. Mereka berdua nyuruh lanjutin cerita si kecil gimana.

"Aku disuluh nunggu di tempat ini. Kata meleka, mau cali donat dulu. Padahal aku tau, aku da bakal bisa pulang lagi. Aku ngejal mobilnya, tapi malah kena tablak mobil besal."

Yoongi meringis ngilu dengar penjelasan Koo, bukti seberapa parahnya kecelakaan itu tergambar dari banyaknya luka di badan mungil anak ini.

"Kamu meninggal di tempat?"

"Iya, di hembusan nafas telakhil, aku liat mama datang."

"Papa kandung kamu gimana? Orang yang datang ke pemakaman itu loh." Arsa yang dari tadi diam, kembali buka suara.

"Dia dibunuh, kak. Aku da tau kapan, tapi yang pasti, papa pelnah bicala sama bunda, kata papa, tinggal singkilin anaknya, cecunguk itu sudah musnah."

Arsa sama Adlan nutup mulut ngga percaya. Mereka berasa dengar cerita khayalan belaka, padahal ini nyata. Kenyataan pahit yang diterima Jungoo.

"Mama kamu sering datang?"

"Beda. Alam orang yang meninggal karena penasaran sama meninggal dengan tenang tuh, ngga sama." Yoongi menyahut.

"Terus, kamu mau apa biar bisa kembali dengan tenang?"

Jungoo keliatan berusaha keras buat keluarin suaranya. Tapi dia seolah ngga bertenaga.

"Ucapin dalam hati, biar kakak yang baca."

Arsa pengen tepuk tangan buat Yoongi si pawang hantu.

"Oke, waktu itu pas aku ditabrak mobil di tengah jalanan sunyi, sopirnya cukup bertanggung jawab buat kuburin aku, meski kuburannya ngga layak. Aku dikuburin di tanah pemulung yang penuh sampah. Aku kehilangan lima jari karena pergelangan tangan kiri ku remuk. Tolong carikan jariku, dan kuburkan menyatu dengan ragaku dengan baik."

Taehyung sama Yoongi saling tatap. Mereka bingung karena buta banget mesti mulai dari mana.

"Kamu kecelakaannya di tengah hutan gitu?"

Jungoo ngangguk.

"Di jalanan yang ngga ada rumah-rumahnya deket sini, di mana?"

"Lumayan jauh, tapi ada. Yang jadi tempat lewat mobil gede-gede. Kayaknya di situ sih. Besok mau selidikin?" Taehyung menawarkan. Mumpung tugas kuliahnya ngga banyak.

Koo perhatikan dua kakak mahasiswa ini dalam-dalam. Mereka memang orang baik.

"Deal. Besok. Tapi temenin gue jemput Scoby dulu."

Setelah sama-sama sepakat, dua-duanya jalan ke kosan Taehyung. Yoongi mutusin buat nginep dulu malam ini, karena, ya gila aja kali dia jalan kaki lagi buat balik ke kosan.

"Telima kasih kak!"

"Terima kasih kembali, mbul. Dadaaahhh."

Setelah beberapa langkah, Taehyung berhenti.

"Mampus, bakso pesenan Nata lupa gue beliin!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Mbul Ghost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang