Prolog

31 4 0
                                    

sometimes it's really hard to accept reality, right?


"Saya gak setuju!" Ucap tegas seorang remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah SMA itu.

"Kasih ayah alasan, kenapa kamu ga setuju?" tanya pria setengah baya didepannya dengan angkuh.

"Wah hebat. Ayah masih tanya? Apa alasan saya gak setuju sama rencana ayah yang mau menikah lagi? Belum ada genap satu tahun yah ibu ninggalin kita, tapi ayah udah mau menikah lagi? Shera bahkan masih kecil buat nerima semuanya!" Balas Farras dengan marah yang memuncak dan tangan terkepal menahan emosi.

Hari ini ketika pulang sekolah Farras yang notabene nya kakak tertua dipanggil sang ayah untuk membicarakan rencana kalau dia mau menikah lagi, jefri menjelaskan dan memberitahu kepada Farras alasan dia ingin menikah lagi, tetapi Farras sama sekali tidak setuju dengan apa yang diminta Jefri, tentu saja penolakan Farras kepada Jefri dihiraukan olehnya, dan dia tetap ngotot ingin menikah lagi.

"Kalo begitu, saya gaperlu persetujuan kamu. Keputusan saya sudah bulat, setuju atau ngga nya kamu, saya tetap akan menikah lagi" ucapan telak sang ayah membuat Farras semakin marah.

"Gak, saya tetap ga setuju."

"Jangan egois Farras, kamu gak bisa terus mementingkan apa yang kamu mau, kamu pikir ayah tidak cape? Mengurus kalian sendiri?!"

Farras berdecih pelan dengan senyum miris.

"Egois? Egois ayah bilang? Ayah butuh kaca dan banyak sadar biar bisa tau siapa disini yang egois dan banyak mementingkan kemauannya sendiri."

"Cukup, saya gak butuh izin dari kamu."

"Ayah gak bisa ambil keputusan sendiri, saya anak ayah dan ayah tetap butuh persetujuan saya, pikirin Jodie, Pascal dan terutama Shera yah. Saya mohon" ucapan pasrah Farras benar-benar tidak digubris Jefri dan sama sekali tidak menyurutkan niatnya untuk menikah lagi.

"Saya ga butuh persetujuan kalian, terutama kamu Farras" ucap sang ayah meninggalkan Farras sendirian diruang tamu.

Farras memilih keluar untuk menenangkan diri, dan meredakan emosi nya yang masih tertahan. Farras berjalan pelan menghampiri pusara didepannya, dengan senyum lembut Farras mengucapkan salam dan jongkok didepan pusara tersebut.

"Assalamualaikum."

"Farras kangen Bu" hanya itu yang bisa farras keluarkan dari mulutnya, ia terdiam lama menatap nama sang ibu yang tertera di pusara, kemudian mengusapnya secara perlahan. Farras membersihkan rumput liar yang tumbuh disekitar pusara sang ibu dengan hati-hati.

Banyak hal yang ingin Farras ceritakan ke ibu nya, banyak hal juga yang ingin Farras keluh kesah kan, namun sepertinya ia tidak mau terlihat menjadi anak laki-laki yang cengeng, dan payah didepan sang ibu, walau sepertinya sang ibu tau apa yang di alami anaknya sangat berat.

Alfarras sandya putra pertama dari jefri dan juga Mea, yang sayangnya Mea harus pergi meninggalkan ke-empat anaknya yang terbilang masih usia remaja.  Farras sangat dewasa menghadapi kenyataan yang harus ia alami ketika sang ibu pergi meninggalkan nya untuk selamanya, untuk melindungi sang adik Jodie, Pascal dan juga Shera, Farras seringkali terlihat baik-baik saja didepan mereka.

Ke-empat anak remaja, yang berusaha kuat dan ceria, menerima kenyataan bahwa hidup itu tak selalu sempurna, dan sesuai apa yang kita inginkan. Bahwa hidup harus terus berlanjut walau memang sudah tidak sanggup.

"Maaf hari ini aku gak bawa adek, Farras pamit Assalamualaikum."

Farras pergi meninggalkan area pemakaman dengan hati yang sedikit tenang.







Sad 2 See U GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang