matahari siang itu bersinar dengan terang. panas, lelah, dan menderita menjadi satu dalam benak gadis bernama kinfield tersebut. pasalnya setelah memakan waktu kurang lebih dua jam untuk mencari tasnya yang hilang, barulah ia bisa merebahkan tubuhnya di atas kasur.
tak perduli lagi dengan kondisi di sampingnya, ia benar - benar kelelahan. namun dengan lancangnya gadis di samping kinfield menegurnya, "makanya gue bilang juga apa, simpen barang 'tuh hati - hati. kalau udah gini aja, baru ngeluh."
sontak mata kinfield membulat. darahnya seakan mendidih dibuat si olifia--nama dari si perempuan yang berbicara tadi--rasanya ia ingin mengusir olifia sekarang juga dari rumahnya. percuma kinfield mengajak olif untuk membantunya, toh ujung -ujungnya olifia juga mengomel.
namun keberuntungan berpihak kepada kinfield. olifia memutuskan untuk pulang karena mengatakan bahwa ada urusan yang lebih penting, ketimbang berbicara sendirian sedangkan yang diajak bebicara hanya terdiam.
olifia telah pergi beberapa menit lalu, kini kinfield benar - benar merasakan kelegaan luar biasa. panas di luar sana membuatnya kini membuka mata saja terasa malas. tetapi, saat kinfield mulai masuk ke alam mimpinya, suara benda jatuh membuyarkan segalanya.
kontan kinfield terbangung dan melihat ke sekeliling. pandangannya terjatuh pada pecahan gelas di lantai, gadis itu mendengus pasrah. selalu saja ada yang menganggunya. saat kinfield memungut beling gelas itu, sesuatu mengejutkannya.
di sana, terdapat boneka kecil berukuran 10 cm yang tengah bertekuk lutut di hadapan kinfield, wajahnya terlihat menyedihkan. awalnya kinfield mengira itu boneka olifia yang tertinggal. "apaan, nih? boneka?" tanya kinfield seraya membawa boneka tersebut ke telapak tangannya.
kinfield merasa ada yang aneh, pun ia memutar - mutar tubuh boneka itu, berharap ada sebuah tombol untuk meyakinkan bahwa ini hanyalah boneka biasa. namun sayangnya tak ada. "terus... jangan - jangan ini boneka santet lagi? hih!" pekiknya.
"enak aja lo ngatain gue boneka santet," ujar si boneka tersebut. mata kinfeld membulat tak percaya.
"lah? ko-kok? kok lo bisa ngomong?"
si boneka itu mengubah posisinya dengan merebahkan tubuh munggilnya di atas telapak tangan kinfield. "gue abis minum minuman temen gue, terus pas beberapa menit gue ke toilet terus balik, terus gue ketiduran. eh waktu gue bangun, gue kaget ngeliat semuanya pada gede. gede banget, asli gue pikir gue lagi mimpi. tapi pas gue bener - bener udah sadar, gue yang mengecil," ia menghela nafasnya panjang.
"dan sekarang gue gak tau gimana ngembaliin badan gue lagi. nah, kebetulan waktu gue lagi jalan mau pulang ke rumah, mobil lo lewat, yaudah gue masuk. gue pikir kita searah, taunya gak."
kinfield masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. mana mungkin, sih, ada boneka seperti itu? kalaupun ada sudah pasti itu hanya ada difilm, namun kenyataannya itu tejadi pada diri kinfield sendiri. "lo mau 'kan bantuin gue supaya gue bisa balik normal lagi? kalo gue minta bantuan sama temen - temen, takutnya mereka ngebuang gue. jadi, gue harap lo mau."
"tunggu, jadi, ini nyata?"
"lah, lo pikir apaandah?"
kinfield menutup mata masih tak percaya. dengan sekali hembusan napas, matanya kembali terbuka. "oke, gue bakal bantuin lo tapi gue gak janji. sebisa gue."
boneka itu tersenyum dan berdiri, pun kinfield menaruhnya di atas meja nakas. kini ia bisa melihat tubuh kecil itu dengan sempurna. kaus pendek yang dikenakan boneka itu terdapat robekan di lengannya, kemungkinan karena otot - otot nya yang besar.
"lo berotot, haha. oh, ya, nama gue kinfield. lo?" tanya kinfield seraya kembali merebahkan tubuhnya, bagaimanapun juga ia harus tertidur. siapa tahu saja saat ia terbangun, ini semua hanyalah sebatas mimpi belaka.
"gue harry styles. orang - orang pada manggil harry."
"oke, harry. i mean, mini harry."
++++
copyright © 2015 by madein-98