Note: Cerita ini hanya fiksi dan sama sekali tidak berkaitan dengan sejarah asli meskipun menggunakan latar tempat yang ada pada sejarah.
.
.
.
Sebagai salah satu Arkeolog berprestasi yang jam terbangnya telah banyak, Jeno harus merelakan masa-masa rebahannya dengan menjalah ke berbagai sudut yang ada di dunia.
Seperti saat ini, setelah mendapat izin akses ke Korea Utara, tanpa membuang waktu lagi Jeno dan rekan-rekannya langsung terbang ke sana, tepatnya di Kaesong, sebuah kota di Provinsi Hwanghae Utara, bagian selatan Korea Utara.
Merupakan bekas ibu kota Korea sejak masa kerajaan Goguryeo, tentu saja banyak hal yang belum terpecahkan di sana. Seperti baru-baru ini, penemuan makam kuno yang diyakini milik Kaisar Suk Jong, Raja ke-15 Dinasti Goryeo yang lahir pada 1054 dan meninggal pada 1105.
Hampir satu minggu mereka berada di Kaesong. Setelah selesai dengan urusan mereka, saat ini Jeno bersama para team Arkeolog-nya akan berkunjung ke Ryanggang. Ada banyak tempat yang menakjubkan di sana, salah satunya Gunung Baekdu, gunung yang menjadi pemisah antara dataran Tiongkok dan Korea.
"Jangan pergi jauh-jauh. Katanya tempat ini ada penunggunya."
"Benarkah? Tempat seindah ini?"
"Um, banyak cerita mistis dari berbagai referensi yang aku tau tentang Gunung Baekdu, mau dengar?"
"Tidak, terimakasih."
"Kau harus mendengarnya!"
"Tidak mau!"
Jeno hanya bisa menggeleng pelan melihat teman-temannya yang sedang adu jurus di depan sana. Daripada mengikuti mereka, ia lebih memilih menyusuri jalanan lain. Semakin jauh ia berjalan, tempat itu menjadi jauh lebih gelap dari sebelumnya. Itu dikarenakan pohon-pohon menjulang tinggi hingga menutupi cahaya matahari.
Tempat Jeno berdiri saat ini adalah di perbatasan antara Tiongkok dan Korea. Terdapat kawat berduri yang menjadi batas, tapi karena rasa penasaran yang terlalu tinggi, Jeno bisa dengan mudahnya melewati benda itu.
"Bukankah aku hebat? Berjalan kaki dari Korea ke Jilin."
Benar, sekarang dia bisa berada di Jilin hanya dalam satu langkah. Sebenarnya apa yang akan dia cari di tempat itu? Jeno juga tidak tau. Dia hanya berjalan mengikuti naluri saja.
Saat berbalik ke belakang, keningnya berkerut. Ia tidak mungkin melupakan jalan secepat itu, kan?
Ternyata menjadi orang yang sangat penasaran juga tidak baik.
"Siapa yang perduli, bahkan jika aku tersesat mungkin akan tembus di China jika terus berjalan maju."
Dia terus berjalan maju sambil sesekali memperhatikan pohon-pohon di sekitarnya yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun.
Mata Jeno berbinar saat melihat sebuah goa yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Hal ini mungkin biasa, tapi bagi seorang Arkeolog itu bisa menjadi penemuan selanjutnya.
Dengan langkah cepat Jeno memasuki tempat itu dan hal pertama yang menyambutnya adalah kegelapan.
Ia merogoh saku untuk mengambil handphone, namun pemuda itu harus mengumpat saat sadar jika handphone miliknya sedang disita teman-temannya. Ya benar, para manusia kurang modal itu membutuhkan handphone Jeno agar tetap bisa mengakses internet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Catastrophe || NoMin
FanfictionIf it's a destiny, I'll take it. Even if love can be a sin. If we love each other sincerely, and if we were destinied, maybe we can see each other again.