(Setelah apa yang terjadi)

5 3 0
                                    

Happy Reading




×
×


Tak terlintas sekejap pun di dalam benak ku bahwa semua yang bernyawa pasti akan meninggalkan kita satu per satu dengan seiring berjalannya waktu untuk mengahadap sang pencipta.

Di bawah derasnya air hujan yang mengguyur tubuhku, disinilah aku terduduk menangis sambil memeluk jasad seseorang yang amat sangat ku sayangi yang selalu menyinari hari-hariku bagaikan cerahnya sang fajar ketika terbit.

Andai ku bisa mengulang waktu dan mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya seandainya aku tidak membujuknya untuk pergi pada malam itu mungkin semua itu tidak akan terjadi pada dirinya.

Kembali lagi semua ini terjadi atas kehendak tuhan. Kita ini hidup mengikui skenario dari sang ilahi jika ia sudah memerintahkan maka apa yang akan kita lakukan? Tidak ada. Dan aku hamba-nya yang tidak memiliki kuasa apapun hanya bisa berdoa untuk kenyamanan di alam sana.

Namun aku masih tidak bisa menerima semuanya, katakanlah aku egois aku ingin dirinya hidup kembali, aku ingin hari-hariku berwarna dan cerah seperti sediakala.

Aku ingin ia di sampingku lagi melihat betapa rindunya aku. Bagaikan bulan tanpa bintangnya dan bagaikan ragaku tanpa jiwa penyemangatnya.

Mulai saat itu aku hidup dalam kesepian tanpa ada yang mengomeli, menasehati, menyenangati di setiap aktifitas ku.







|
|
|
|
|
|



PctrByPinterest~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PctrByPinterest~



































































































Hai ini cerita pertama saya:D, jadi maaf ya kalau ada yang kurang nyambung atau typo mohon di maafkan.... Udah sih segitu aja hahaha.















































And enjoy ya....

<BERBEDA>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang