AIR MATA PENYESALAN

18 3 2
                                    

(cerita ini mengandung bawang bombay 😉)

cerpen.

🍂🍂🍂

"dek.. dek.. bangun. mas mau berangkat kerja.! ucap mas darto membangunkanku dari tidur yang di barengi dengan mimpi random.

"ck...apa sih, mas. masih ngantuk nih." jawabku kesal.
ku lihat jam kusam yang tergantung di dinding menunjukkan pukul 7 pagi. masih dengan posisi tiduran, tak ku gubris ucapan mas darto. ku lanjutkan tidur dengan bertukar posisi membelakanginya.

"ya udah kalo gitu. mas pergi dulu ya." pamitnya yang masih kusambut dengan ketidak pedulianku.

aku dan mas darto sudah 2 tahun menikah. mas darto adalah seorang lelaki yang baik dan penyabar. dulu aku sangat mencintainya, meski usiaku 8 tahun lebih muda darinya aku tak mempermasalahkan itu. tapi sejak ia dipecat dari tempat kerja sebagai karyawan disebuah pabrik pengolahan minyak mentah secara sepihak karena pandemi, kesulitan demi kesulitan mulai kurasa.

setiap sesuatu yang kuminta tak pernah lagi bisa sepenuhnya terpenuhi. aku mulai jenuh dengannya. memang sih, kini mas darto kerjanya serabutan. kadang ia kerja sebagai buruh bangunan, kadang juga harus mencari barang rongsokan untuk dijual jika tak ada tawaran kerja bangunan. tapi bukankah memenuhi segala kebutuhan dan membahagiakanku adalah kewajibannya sebagai seorang suami? apa lagi kini aku sedang hamil muda, harusnya ia bekerja lebih giat lagi untuk menyenangkan hatiku.

"kamu harusnya nyari kerja yang bagus dikit deh, mas. yang gajinya besar! aku gak sanggup hidup kek gini." keluhku padanya waktu itu.

"sabar dulu, dek. mas diluar sana sudah tanya kesana kemari. kamu tau kenapa mas pulang selalu larut? mas sambil keliling cari kerjaan. hanya saja belum ada rejekinya. apa lagi dimasa pandemi gini, semua serba sulit.!" jelasnya tegas namun dengan intonasi suara yang lembut.

"mas tau nya sabar terus. aku sedang hamil, tapi keadaan harus susah kek gini. apa yang aku minta gak pernah terpenuhi. apa yang ku butuhkan gak pernah tercukupi.! aku bosan dengan semua ini. aku muak liat mas. pergi sana!" emosiku meledak tak terbendung.

mas darto menggeleng-gelengkan kepalanya. lalu keluar dari kamar meninggalkanku yang masih merasa sesak dengan nafas memburu akibat terbakar emosi.

lagi, malam ini mas darto harus tidur di atas lantai beralaskan tikar pandan yang sudah tipis dan helai demi helai jalinannya mulai rapuh. setiap bertengkar aku selalu tak mengizinkannya tidur seranjang  denganku. ranjang yang beralaskan tilam tipis ini juga sudah tak terlalu empuk karena dimakan usia. jadi kurasa tak ada bedanya juga dimanapun mas darto tidur. kasur dan tikar sama saja rasanya.
maklumlah, sejak mas darto di PHK kami tak kuat mengontrak. jadi terpaksa tinggal di rumah tua milik almarhum mertuaku. rumah yang tak terlalu besar dan barang2nya pun sudah usang.

🥀🥀🥀

"pokoknya aku gak mau tau. mas harus ganti sekarang juga hp ku yang dulu mas jual buat bayar utang!" tukasku.

"nanti ya kalo mas udah ada duit." ucapnya sembari membelai lembut rambutku.

"gak mau. kesabaranku udah habis mas. hari gini hidup tanpa hp, aku kayak orang kolot banget tau!"

"tapi dek--"

"udah pergi sana. cari duit yang banyak.!" kudorong tubuh lelahnya keluar sebelum sempat mas darto menyelesaikan ucapannya. segera ku tutup pintu lalu menguncinya agar tak terdengar lagi suara mas darto.

gerimis halus mulai bersenandung sejak sore tadi hingga kini. bagai tak merasa letih dengan nyanyian panjangnya. jam kusam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. tapi mas darto belum juga terlihat batang hidungnya. hingga aku terbuai ke alam mimpi.

pagi kembali menyapa, perlahan ku buka mata. tapi sosok yang dari tadi malam ku tunggu tak juga tiba. aku bangun lalu mencuci muka, berjalan keluar mencari mas darto. setelah berjalan cukup jauh dari rumah, ku lihat ramai kerumunan.

"ada apa ya buk rame2?" tanyaku pada seorang ibu ibu yang berdiri didekatku.

"katanya ada maling ketangkep pas nyuri duit dirumah warga." jawab ibu itu.

"gak diserahin ke polisi, buk?" tanyaku lagi.

"kalo itu ga tau juga sih. malahan tu maling dihajar habis habisan sama warga."

ibu itu mendekat ke arah kerumunan dan ku ikuti dari belakang. aku menyelinap di tengah orang2 yang berkerumun. kulihat beberapa pemuda menyiramkan cairan bensin ke arah maling, lalu seseorang menyulutkan api. aku berjalan semakin kedepan. dalam sekejap api menyambar tubuh si maling.
"sungguh tragis" batinku.

semakin aku berjalan kedepan, semakin aku dekat dengan si maling dan semakin aku mengenali siapa sosok yang mulai dilahap api. aku berteriak sekencang kencangnya.

"maaaasss.!!!"

"tolong.. tolong... padamkan apinyaaa.!" teriakku.

"tolong...! dia suami saya. saya mohooon..."

aku berlutut di hadapan orang orang ramai. tapi tak ada yang peduli. aku membalikkan badan ingin menggapai mas darto. tapi dalam sekejap beberapa orang telah menahanku. aku menangis meronta sejadi jadinya. tapi api tak berkurang. ya allah.. tak ada kah orang orang ini iba melihatku.

"maaasss..!!" teriakku lagi. dibalik kobaran api. sempat ku lihat matanya menatapku dengan bulir air mata.

"mas.. maafkan aku mas..! ucapku ditengah isak yang menyesakkan.

sesaat kemudian ku lihat beberapa orang membawa ember berisi air dan menyiramkannya ke tubuh mas darto.
tapi terlambat, tubuh lelah itu sudah tak bergerak lagi. tubuh lelah itu kini tlah kaku menghitam. bahkan matanya telah tertutup rapat.

kupeluk erat jasadnya. tak kupedulikkan lagi sekelilingku. ku tumpahkan semua air mata penyesalan. semua bagai mimpi. tak pernah terbayang olehku.

keegoisan dan emosi telah membuatku kehilangan seseorang yang sangat ku cintai. seseorang yang perjuangannya tak pernah ku hargai.

sayangi orang orang terkasihmu selama masih diberi kesempatan untuk bersama. karna, tak ada yang lebih sakit dari pada perpisahan yang tiba tiba dan belum siap menerimanya.

cerita hanya fiktif.

ami awi

10-11-2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AIR MATA PENYESALANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang