p r o l o g

335 64 9
                                    

Jeffery mengeratkan pelukannya pada sosok perempuan cantik yang sedang terpejam kelelahan dibalik selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka berdua. Nafasnya berhembus secara teratur, tanpa disadari bibirnya membentuk senyum tipis yang menawan. Ia menghirup harum rambut perempuan tersebut, stroberi.

Merasa terganggu, perempuan itu mencoba membuka matanya secara perlahan dan melihat wajah berseri lelaki yang mengisi hatinya akhir-akhir ini.

"Apa sih Jeff, ganggu aja," ucapnya sambil melepaskan pelukan lelaki bernama Jeffery itu.

"Enggak. Gue baru sadar ternyata lo itu cantik ya Jen."

Jennie—nama perempuan itu—mendengus sambil merotasikan bola matanya, kemudian ia membalikkan tubuh lalu memejam kembali, berniat untuk melanjutkan tidurnya.

Cantik juga gak bikin lo jatuh hati, buat apa Jeff?

Tersadar dengan kata hatinya, Jennie menggelengkan kepala dan mencoba mengabaikan perasaan nyeri pada hatinya itu.

Jeffery mengambil handphone miliknya di nakas lalu mendial nomor seseorang yang membuat hari-harinya berwarna. Seseorang disana mengangkatnya dan segera menyapa dengan suara yang memekakkan telinga, menurut Jennie.

"Pagi, babe."

Jeffery tersenyum dan menggenggam tangan Jennie lalu ia letakkan pada dadanya. Entah apa maksudnya. Jennie terlalu malas jadi dia membiarkan hal itu.

"Pagi sayang, lagi apa nih?"

"Aku baru selesai mandi, mau pergi jalan sama temen. Boleh ya?"

"Cowok atau cewek?" Jennie yang mendengar nada suara Jeffery yang tiba-tiba berubah dingin itu mendengus sebal, lelaki ini sungguh menyebalkan sekali, membuatnya dongkol saja.

"Temen cewek kok Jeff, kamu gak usah cemburu gitu dong sayang," ucap perempuan itu sambil terkekeh menggoda. Jennie bisa mendengarnya karena entah untuk tujuan apa, lelaki disampingnya ini sengaja me-loudspeakerkan panggilan tersebut.

"Dijemput sama temen kamu kan?"

"Iya tenang aja. Eh, udah dulu ya Jeff, aku mau siap-siap dulu. Bye. Love you."

"Hm. Love you too," balas Jeffery kemudian mematikan panggilan tersebut dan mengembalikan handphone-nya ke nakas.

Ia mengalihkan pandangannya pada Jennie yang begitu tenang. Mencium tangan perempuan itu lalu terkekeh saat tersadar ukuran tangan mereka jauh berbeda, tangan perempuan cantik ini mungil sekali.

"Tangan lo mungil banget, lucu," ucapnya menertawakan tangan kecil Jennie, tapi sungguh Jennie tidak tersinggung. Kata-kata itu malah membuatnya berdebar, sangat menyebalkan.

"Gue harap hubungan kita tetep kayak gini ya Jen, pokoknya lo partner paling best deh, kesayangan gue."

Gue gak mau. Namun, Jennie hanya bisa mengucapkannya dalam hati. Dia tak mampu.

-
lavenderinsaturday

Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang