1. Cowok Ganteng

298 61 11
                                    

Jennie berlarian di sepanjang lorong Fakultas Hukum, dirinya sudah telat untuk masuk kelas dikarenakan cowok bernama Jeffery yang terus menghalanginya untuk pergi bersiap-siap.

Menyebalkan. Dosennya pasti akan marah besar. Tentu saja. Dia harus menyiapkan hatinya untuk menerima kemarahan itu. Dia tidak siap.

Sesampainya di depan pintu kelas yang hening, jantung Jennie berdetak dengan cepat karena berlarian dan takut untuk berhadapan dengan dosennya. Perempuan cantik itu menghirup oksigen dengan perlahan dan mengeluarkannya. Tangannya menjulur untuk membuka kenop pintu, tapi seseorang dari dalam membukanya terlebih dahulu membuatnya terkesiap.

Mata kucingnya membulat terkejut dengan mulut yang menganga, lalu ia membuang nafasnya dengan kasar dan mendelikkan matanya pada orang yang cengengesan di depannya ini.

"Wajah kamu cemas banget Jennie, kenapa?" tanya orang di depannya ini, bibirnya mengkerut menahan tawa dengan mata yang berbinar meledek.

"Gue pikir Pak Hadi, ternyata lo. Kaget banget tau," balas Jennie sambil melongokkan kepalanya ke dalam kelas yang sedang ramai.

Perasaan tadi hening deh, sekarang kok jadi rame.

"Pak Hadi gak masuk. Kamu selamat. Udah sana duduk!" titah Kun yang melewatinya dan pergi ke arah lorong yang tadi Jennie lewati.

Jennie lalu melenggang masuk dan duduk di kursinya tanpa seorangpun memerhatikan. Tentu saja. Memangnya siapa yang mengenal perempuan itu? Sepertinya hanya beberapa saja, bahkan mungkin tidak ada. Tentunya selain Kun.

Tak seberapa lama saat bokongnya mendarat di kursi,  terdengar notifikasi pesan dari dalam tas perempuan itu.

Jef

jen
dimana?
udah nyampe kelas ya?
dimarahin dosen gak?
AHAHAHAHA

jgn gnggu

Jennie mematikan ponselnya sambil mendengus kesal, ia baru tersadar bahwa jeffery itu menyebalkan sekali. Bisa-bisanya dia jatuh hati pada orang seperti itu. Lebih menyebalkannya lagi ketika mengingat bahwa hubungan mereka itu tidak jelas sekali. Tak terhitung sudah berapa kali mereka melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan, padahal Jeffery mempunyai pacar. Pacarnya cantik walaupun menyebalkan.

Terkadang Jennie berpikir bahwa bisa saja Jeffery meninggalkan pacarnya itu demi Jennie, tapi lucu sekali perempuan bodoh ini berpikir seperti itu, ya karena itu tidak mungkin, Jeffery sangat mencintai pacarnya juga sebaliknya. Jika kalian bertanya kalau Jeffery mencintai pacarnya kenapa dia mau melakukan hal itu bersama Jennie? Hanya Jeffery yang tau atas jawaban dari pertanyaan yang selama ini bersarang dipikiran Jennie.

Jennie itu bodoh sekali. Padahal lebih banyak cowok ganteng di luaran sana yang mungkin saja suka padanya bahkan jatuh cinta. Ia malah mengharapkan sosok yang sudah menjadi milik orang lain, yang bahkan jika dia milik dirinya sendiripun belum tentu hak kepemilikannya beralih pada Jennie. Jeffery itu bukan lelaki sembarangan. Keluarganya kaya raya. Dan hal itu yang sering membuat Jennie merasa tak pantas untuk mencintai lelaki itu.

Teman perempuan seangkatannya sih sering menyebut Jeffery Cowok Ganteng. Seperti ketika mereka sedang bergosip soal Jeffery, mereka menyamarkan namanya menjadi sebutan Cowok Ganteng. Agak cringe memang, tapi itu kenyataannya.

Jeffery tersenyum lebar menampilkan gigi rapihnya, matanya menyorot layar ponsel yang menunjukkan ruang chat dengan seseorang yang sepertinya sedang kesal padanya.

"Lo senyum-senyum sendiri anjir bikin ngeri," ucapan disusul tepukan halus pada bahunya itu menyadarkan Jeffery pada kenyataan. Kakak tingkat sekaligus sohibnya ini datang sambil membawa mie ayam yang masih mengepul, sangat menggiurkan.

Jeffery membalasnya dengan kekehan kecil lalu kembali fokus pada ponsel mahalnya itu.

"Baca chat dari siapa sih? Pacar lo ya? Si Naeun," tanya pria di sebelahnya itu, mengganggu lagi.

"Hah? Bukan," balas Jeffery santai.

"Oh, selingkuhan lo?"

Jeffery terkesiap mendengar pertanyaan tak terduga dari temannya itu, "enggalah anjir, setia nih gue."

"Setiap tikungan ada maksud lo?"

"Kagak elah John. Gak ada kelas lo?"

"Gak sopan lo," tabokan keras diterima Jeffery pada punggung lebarnya itu, membuatnya meringis. Tenaga kawannya ini tidak main-main.

"Iya, maaf ya, Bang Johnny."

-
lavenderinsaturday

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang