Pagi kembali menyapa, langit biru cerah adalah kanvas besar di atas tanah. Dengan beberapa biasa seperti awan putih menggantung dan juga hembusan angin yang sejuk. Pagi itu adalah sebuah hari yang begitu menyenangkan.
"Rintarou, kamu tak sarapan dahulu?"
"Tak usah Shin, aku akan langsung ke pasar saja."
Ekor yang tadi melambai kini melayu kala mendengar jawaban sang dominan, Kita mengangguk mencoba menghapus raut sedihnya karena lagi lagi Suna pergi tanpa sarapan bersamanya.
Bukannya apa, dia hanya sedikit kesepian jika pemuda itu pergi ke pasar. Dia ingin ikut, tapi tak mungkin juga ia akan memperlihatkan wujudnya yang seperti itu. Bisa-bisa warga desa mengeroyok dirinya karena di anggap siluman.
Suna yang menyadari raut sedih Kita hanya terkekeh, tangannya mengelus pucuk kepala si surai putih dengan ujung hitam lembut dan memberikan satu buah kecupan singkat pada kedua pipi berisi Kita.
"R-Rintarou?!"
"Hehe jangan bersedih. Saat makan siang akan kuusahakan pulang"
Mata besarnya menatap berbinar, Kita mengangguk dengan cepat dengan ekor yang kembali melambai kesenangan.
"Hum! Akan aku tunggu!" Ucapnya dengan semangat.
"Hahaha iya, masakan aku makanan yang enak ya" Jari panjangnya mengetuk ujung hidung Kita, lantas tertawa kecil melihat raut Kita.
"Kamu sungguh menggemaskan. Bagaimana bisa Kami-sama menciptakan dirimu yang sedemikian manis ini untukku?"
Secara sontak, wajah Kita memerah setelah mendengar ucapan Suna. Telinganya turun dengan ekor yang bergerak kesana kemari dengan cepat. Gerakan alami saat dirinya merasa malu.
"Lantas bagaimana dengan Rintarou sendiri? Bagaimana Kami-sama menciptakan Rintarou yang juga sangat tampan?" Wajahnya maju, kemudian membalas mengambil satu ciuman dari bibir tipis Suna yang ada di hadapannya.
Warna merah kini berpindah ke wajah Suna, dia memalingkan wajahnya seraya mengelus tengkuk belakangnya. Refleks alami seorang Suna Rintarou jika malu.
"To-Toriaezu.. Aku berangkat dulu"
"A-uh. Kiotsukete ne Rintarou"
"Ha'i"
🌾🦊🌾🦊
Selagi menunggu kepulangan Suna, Kita memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di sekitaran hutan yang ada di dekat rumah Suna.
Suara Getta dan juga gumaman nyanyian menjadi penemannya dalam setiap langkah dirinya memasuki hutan. Iris cokelat keemasannya melirik ke sekitar, tepatnya beberapa hewan yang melewati dirinya seraya menundukkan kepala mereka.
Seakan mereka tahu siapa yang berjalan di sana, dan sehormat apa mereka pada sang Dewa Penjaga hutan mereka.
"Bosan.. Kira-kira Rintarou sedang apa ya?" Dirinya bergumam, sambil terus berjalan menyusuri jalan setapak hutan yang biasanya digunakan warga desa.
Pandangannya beralih ke atas menatap langit biru yang cerah tanpa awan di atas, manik matanya terbias oleh sinar matahari yang memancar dari atas membuat siapapun yang melihatnya pasti akan takjub dengan keindahan akan parasnya yang begitu manis.
Seolah semua hal yang di raganya telah di perhitungkan sedemikian rupa karena perwatakannya.
Dirinya mulai memasukinya daerah kuil, tangga demi tangga mulai dia tapaki guna sampai di kuil miliknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
〃𖧵ฺฺ݊ 🦊🌾𖦸໋᳝݊ : 歴史史 (Rekishi-Shi) || Mythology Kitsune || [SunaKita]
Historical Fiction╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗ 1️⃣ Project Book's Name : 歴史史 (Rekishi-Shi) Project. 2️⃣ Prompt : 歴史史 (Rekishi-Shi) = Historical History (Historikal Sejarah). 3️⃣ Account Wattpad : @Anaknya_Daiharu 4️⃣ Pen Name : Cinnamon 5️⃣ Sejarah Yang Diambil : Mythology Kits...