Remembered

229 32 15
                                    

|•|•|•
Beribu tahun telah berlalu semenjak perang archon. Meskipun bencana yang diderita dunia telah berhenti, namun perdamaian belum sepenuhnya pulih.

Seorang pria kini berdiri di puncak tertinggi bukit batu. Dari tempatnya, ia melirik ke arah dataran Guili yang telah hancur karena perang di masa lalu. Sejenak setelah memandangi dataran itu, ia pun kemudian memejamkan mata.

'Waktu berlalu begitu cepat. Aku masih di sini, tapi dimana mereka yang membagikan kenangan itu?'

Bayang-bayang gelap akan perang kembali menghantuinya, namun anehnya pria itu tak membuka mata, justru ia terlihat menikmati suasana dalam imajinasinya.

Orang-orang datang dan berlalu, semua berkumpul dan kemudian pergi. Mereka menaruh janji, namun tak sempat ditepati.

Seorang bayang perempuan kini melintas, namun kali ini wajahnya telah buram. Hanya terlihat senyumnya yang memberi kehangatan. Warna merah darah kemudian menodainya, gadis itu telah pergi dan hanya menyisakan debu sebagai salam perpisahan.

"Lupakanlah tentang halter batu itu, Morax. Maafkan aku karna perpisahan yang terlalu cepat, aku hanya bisa berharap, bahwa dia...bisa menggantikanku untuk menemanimu."

Kata-kata terakhir dari perempuan itu masih melekat di memorinya. Alisnya sedikit ditautkan, ia pun kemudian bergumam dalam hati.

'Dia...siapa?'

Sembari menghela nafas, pria itu kembali membuka mata, berjalan sedikit ke tepi tebing lalu melompat. Membiarkan gravitasi membawanya turun secara alami.

*Wush*

Ia mendarat di tanah, asap pun mengepul keluar karena hantaman keras. Rambut coklatnya terurai panjang sepinggang, pria dengan nama asli Morax itu kini berjalan meninggalkan tempatnya.

Lamanya hidup membuatnya memiliki beberapa bentuk untuk berbaur dengan manusia lain. Kali ini, pria itu mengambil bentuk seorang laki-laki dengan rambut terurai panjang, dan juga memakai hanfu hitam gradasi coklat yang terkesan elegan.

Ia berjalan sambil menyimpan kedua tangan di belakang badan, menikmati hembusan angin yang menerpa lembut lekuk wajahnya, dan masuk ke sela-sela bajunya.

Matanya menatap lurus ke depan, ia tak lagi tau harus melakukan apa di selang waktunya. Hidup terlalu lama membuatnya kadang bosan, belum lagi dengan ingatannya yang kuat hampir mengingat semua yang terjadi selama hidupnya, namun terkadang berkah inilah yang justru menjadi beban baginya.

Semenjak 20 tahun terakhir ini, ia baru saja mengingat sebuah nama yang telah lama ia lupakan, nama yang dimintai Guizhong untuk diingat oleh dirinya.

Sudah lama, sudah lewat 2700 tahun semenjak perempuan itu pergi dan menitipkan sebuah pesan singkat, dimana ia harus terus mengingat sebuah nama yang bahkan ia tak tau siapa orangnya. Wajar saja baginya melupakan nama dengan satu kata yang tak penting itu.

Lama berjalan, akhirnya sebuah pelabuhan kota terbesar di Teyvat terlihat. Dengan mata kuning terangnya, ia melirik ke arah pelabuhan dimana kapal-kapal besar tengah singgah untuk beristirahat sebentar.

'Nama siapa..kenapa aku harus mengingatnya? Dan dimana aku bisa bertemu dengannya?'

Saking asiknya melamun hingga mengabaikan sekitar, pria tampan itu tak sengaja menabrak sebuah kios dari pedagang makanan.

"Wah, bang! gabisa gitu bang, gabisa gitu!"
Sorak si pedagang yang tak terima karena mendapati beberapa makanannya telah mencium tanah. Pria bernama Morax itu mundur selangkah dan terdiam menatapi perbuatannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories | Zhongli (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang