"Kamu hidup sebatang kara, saat musim dingin hampir tiba kamu dipertemukan dengan seseorang, namun orang itu hanya bisa menemanimu sampai salju pertama turun."
Hyunmi meletakkan cupcake setelah mengucap harapan dalam hati. "Ini hari bahagiaku, tapi aku tidak bahagia. Siapa yang memasak makanan enak kalau bukan Ibu? Siapa yang menyanyikan lagu ulang tahun kalau bukan Ayah dan Kak Jungwon?"
"Siapa yang merayakan ulang tahun sendiri dan di tempat sepi seperti ini? Bagaimana kalau kutemani?"
Netra Hyunmi teralih, mendapati laki-laki berjaket hitam berjalan menghampiri. Keningnya mengerut ketika lelaki itu mengisi ruang kosong di sebelahnya.
"Aku hanya penasaran karena nyaris tidak bertemu siapa pun walau setiap hari datang ke taman ini." Lelaki itu menyandarkan punggung dan merekahkan senyum. "Namaku Eunsang. Kau?"
"Hyunmi." Usai menanggapi, perempuan itu meraih cupcake-nya kembali. "Ini? Aku tidak suka berada di rumah seorang diri, tapi tidak juga di keramaian. Memang sama saja tidak ada yang menemani, tapi rasanya lebih baik. Aneh, ya? Lebih aneh lagi, aku bahkan menceritakannya pada orang asing."
Mendengar pernyataan Hyunmi, Eunsang refleks tertawa. "Kita sudah saling mengetahui nama. Itu saja cukup. Datanglah ke sini bila kau merasa kesepian, setidaknya hanya itu yang bisa kulakukan untukmu. Bagaimana?"
Seolah perkataan Eunsang adalah perintah, Hyunmi selalu singgah walau kerap diikuti ragu. Namun, Eunsang selalu ada di sana. Mereka mendekatkan diri melalui kisah, canda, juga keinginan yang sulit terwujud.
"Musim dingin akhirnya datang. Kuharap bisa menyaksikan salju pertama di sini bersamamu. Beberapa waktu belakangan, aku tidak pernah bisa meski ingin. Kalau kau?"
"Bertemu denganmu saja sudah menyenangkan, aku tidak meminta hal lain." Hyunmi turut mengukir gurat bahagia begitu melihat ekspresi lawan bicaranya.
Bukan hanya keberadaan Eunsang yang berhasil menghalau sunyinya. Senyuman lelaki itu, Hyunmi menyukainya, seperti ada keteduhan.
***
"Oh?" Hyunmi merasakan sesuatu di punggung tangannya. "Salju turun."
Sudah setengah jam Hyunmi berada di taman, tapi Eunsang tidak juga terlihat. Untuk pertama kalinya, lelaki itu tidak bersikap seperti apa yang diucapkan.
"Masih belum terlambat, 'kan?"
Suara Eunsang mengalihkan atensi Hyunmi. Dilihatnya lelaki itu tengah mengatur napas.
"Kau ...." Ada yang tidak biasa dari Eunsang, terlebih pakaian pasien yang dikenakannya. "Kau kenapa?"
Alis Eunsang mengangkat, sama bingungnya dengan Hyunmi, tapi akhirnya ia tersadar. "Kau jadi melihatku seperti ini. Aku sedang melakukan perawatan rutin karena sakit. Setiap tahunnya pun sama. Biasanya aku tidak diperbolehkan keluar saat musim dingin, tapi kali ini aku diizinkan. Luar biasa, 'kan?"
Lelaki itu tersenyum. Namun, dengan pakaian bertuliskan nama rumah sakit yang membalut tubuhnya, bahagia yang biasa Hyunmi rasakan beralih menjadi lara.
"Biarkan aku istirahat sebentar, rasanya lelah," pinta Eunsang seraya duduk dan menyandarkan kepala di atas bahu Hyunmi walau perempuan itu belum menanggapi ucapannya.
"Kau pucat. Kenapa keluar dan menemuiku?" protes Hyunmi.
"Tidak apa-apa."
"Kalau sesuatu terjadi padamu bagaimana?"
Ketika ia mengira sudah mengetahui segala hal tentang Eunsang, bagaimana bisa kisah itu terlewatkan?
"Jangan seperti ini la—" Ujaran Hyunmi berhenti sewaktu melihat Eunsang telah memejamkan mata. "Kau mendengarkanku tidak?"
Hyunmi menepuk bahu Eunsang, juga wajah lelaki itu pelan. Tidak ada tanggapan apa pun.
"Keinginanmu sudah terwujud kali ini." Hyunmi menghela napas, kemudian menghadap wajah angkasa yang tengah dipenuhi butiran salju. "Semoga kau bahagia selalu. Sampai bertemu lagi, terima kasih sudah ada untukku."
Air matanya pun jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Smile, I Smile
Fanfiction[Diikutsertakan dalam kontes Musim Dingin 2021: November's Winter Tales] "Thank you for being here." Jika bahagia dan duka berjalan beriringan, jejak mana yang lebih besar terukir di dalam hati? ㅡYou Smile, I Smile 2021 © Vania Andona