Cintaku Kasih

88 6 0
                                    

   Kukira hanya aku yang mencintaimu. Kukira hanya aku yang mempunyai rasa ingin memilikimu seorang. Ternyata banyak gadis berebut mencari perhatian mu agar dapat memikat hatimu. Kuberusaha melupakan dirimu, terasa cukup sulit bagiku. Teman-temanku bilang,

“ Aku rasa itu hanya obsesimu semata, mustahil jika kau tak bisa menyukai lelaki lain.”

“ Tapi kurasa itu perasaan paling tulus yang pernah aku berikan pada orang yang benar-benar kucintai. Aku tak bisa, dia sungguh berbeda dimataku.” Ucapku tegas.

“ Terserahlah apa yang kau katakan, ingat didunia ini lelaki tak hanya dia saja. Berusahalah mencari penggantinya kawan.” Kata temanku sembari menepuk bahuku pelan.

   Kuingat kali pertama pandangan kita bertemu di depan kelasku. Entah mengapa, hanya wajahmu yang terlintas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kurasa itu adalah cinta pada pandangan pertama. Mulai hari itu, aku mulai mencari tau semua tentangmu, bahkan kusingkirkan rasa maluku untuk bertanya pada temanmu apa hal yang kau sukai maupun yang tidak kau sukai. Hampir setiap pagi aku menatap tampang rupawanmu di lapangan sekolah ketika kegiatan literasi. Pipiku selalu terasa panas dan memerah, menahan degub jantung yang semakin menggila.

  Selalu ku sempatkan diriku untuk melewati depan kelasmu. Berdalih dengan alasan ingin bertemu sahabatku yang sekelas denganmu. Menjadi lebih semangat menjalani hari setelah melihatmu tersenyum lebar menanggapi ocehan teman sebangkumu.

   Hingga pada saat hari terakhir ulangan akhir semester tiba, aku bergegas meraih tas punggungku setelah ulangan yang terasa lama itu selesai, ingin segera menemukan dan mengikutimu dari belakang seperti biasanya. Berlari meyusuri koridor dan akhirnya aku menemukanmu bermain basket bersama sahabatmu sembari bercanda. Kedua mata kita bertemu seperti ketika awal rasa ini mulai muncul, kulihat wajahmu yang terkejut  melihatku yang mulai memakai kacamata untuk pertama kalinya. Wajahnya terlihat konyol, aku terkekeh ringan  dan bergegas menyusul temanku kegerbang sekolah untuk menunggu jemputan. Sepuluh menit berlalu, aku melihat dirimu keluar dari sekolah dan pergi menuju penjual sate telur di depan sekolah. Kulihat kau mencuri-curi pandang padaku, berbisik-bisik ria dengan temanmu dengan wajah ceria seperti biasanya. Tak bisa kulepaskan pandanganku darinya. Tampangnya terlihat bersinar dengan cahaya matahari membiasi kulit wajahnya yang putih dengan peluh menghiasi, terasa seperti ciptaan tuhan yang sangat sempurna.

   Tidak pernah terpikir olehku bahwa hari itu adalah hari terakhir ku melihat dirimu. Paginya, selepas aku terbangun , aku dikejutkan oleh berita duka yang dikirimkan oleh teman sekelasku di grup chat kelas dan jelas terpampang nyata namamu ada di ucapan bela sungkawa itu.

“Tak mungkin, kurasa aku masih bermimpi, jelas-jelas kemarin dia masih bercanda tawa dengan temannya.”

  Segeralah aku menampar pipiku dengan kencang, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Namun kurasakan pipi dan telapak tanganku yang kugunakan untuk menampar terasa panas. Dengan tangan bergetar hebat hingga Handphone yang sebelumnya kugenggam erat guna menyalurkan kesedihan dalam diri terlepas dari genggaman, ku meringkuk mencoba mempercayai kenyataan yang ada.

   Kuberusaha menahan sesak didada , air mata jatuh dari pelupuk mataku secara perlahan. Sekelebat ingatan tentangnya mulai berputar secara acak di otakku, semakin menambah rasa sesak didada. Menangis dan berteriak histeris , ternyata memang sesakit ini ditinggal pergi orang yang kita cintai untuk selama-lamanya. Menyesal tidak mengungkapkan perasaanku padanya, kini dia telah tiada. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi. Memang diriku sangat pengecut, hanyalah penyesalan dalam dada yang tersisa.

   Sudah beberapa bulan berlalu, namun kehilangamu sungguh sulit untuk dilupakan. Berharap aku amnesia sejenak . Hampir tiap malam tetes air mata menggenangi bantalku, hingga berakhir tertidur karena kelelahan menangis. Padahal sudah aku yakini diriku untuk merelakanmu dan sepertinya aku memang tak pandai untuk melepaskan. Kubiarkan perasaan ini terpendam saja, tak apa jika ini meyakitiku secara perlahan. Semoga kelak kita dipertemukan di kehidupan yang lain dan menjalin kisah yang menarik dengan saling mencintai. Terimakasih telah membuat hari-hariku lebih berwarna. Tidurlah dengan tenang, kasihku.

Cintaku Kasih (cerpen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang