🦋 PROLOG

30 9 0
                                    

Kenangan kembali teringat ketika tempias hujan di luar sana singgah di kaca jendela. Dulu, dulu sekali, seorang gadis kecil bermanja-manja di pangkuan ayahnya, ia bercerita, "Yah, aku udah dapat laki-laki yang mau kunikahi kalau besar nanti. Laki-laki baik seperti ayah!" Ia berceloteh gembira. Aku tersenyum mengingatnya, sedikit malu juga. Bagaimana mungkin anak yang bahkan umurnya belum menyentuh angka sepuluh itu sudah berpikir jauh.

Aku mengeratkan cardigan yang kukenakan, selalu terbawa suasana ketika hujan seperti ini. Jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepertinya Abangku terjebak hujan di luar sana, kuharap ia segera sampai di kafe secepatnya. Kalau saja tadi abangku mengizinkan untuk naik taksi online setelah klien pergi tepat lima belas menit yang lalu, tentu dari tadi aku sudah di rumah.

Pendengaran terinterupsi oleh suara lonceng pertanda ada yang masuk ke kafe. Aku menoleh, mengira orang itu mungkin saja abangku. Namun, keterkejutan menghampiri. Aku tertegun, membeku di tempat. Pertemuan yang benar-benar tidak kusangka, figur dari masa lalu yang begitu kurindukan.

[Keep Smile 😊]

Love BugTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang