Chapter I Muslihat Orang Kaya

1.4K 84 4
                                    


Prolog

"Mommy can you believe that, he is freaking handsome." PP Krit putra satu-satunya keluarga Amnuaydechkorn itu mengadu pada ibunda-nya dengan wajah kelewat semangat, "tapi... kayaknya dia dingin banget kaya batu es" dalam sekejap anak lelaki itu mengubah ekspresi wajahnya menjadi masam.

Ibunda-nya terkekeh sambil menyugar rambut bangian depan putra kesayangannya itu, "emang 'ngak mau sama kaka-nya aja? Lebih murah senyum."

PP menggeleng, "Gak ah mom, dia mah kelebihan senyum—manis sih senyumnya, tapi PP lebih suka Billkin."

"Emang kelebihan Billkin apa?"

"Ganteng." Dia terkekeh sambil membayangkan pertemuan pertamanya bersama Billkin di after party penikahan kakak kedua lelaki itu. Pertemuan yang tidak begitu berkesan, tapi PP Krit jatuh hati pada pandangan pertama.

"Mom... I want him, can't I?"

....

Muslihat Orang Kaya

After Party Pernikahan Putra Kedua Assaratanakul.

Sembilan belas tahun dan selalu mendapatkan apapun yang diinginkan merupakan anugerah dari Tuhan yang paling indah. Seseorang bilang, jika anugerah bisa membawamu pada dua arah, kebaikan dan keburukan.

Kesombongan merupakan salah satu dampak buruk dari sebuah anugerah, jika seseorang tidak mampu mengatasi kesombongan yang mengalir didalam darahnya maka niscaya hal-hal buruk akan selalu menyertai.

Seluruh keluarga Amnuaydechkorn terdiri dari ayah ibu dan satu-satunya putra mereka tanpa diduga-duga berhadir pada after party pernikahan anak kedua Assaratanakul. Seluruh mata memandangi sambil meresik kehadiran keluarga yang dianggap paling berpengaruh diantara para pebisnis-pebisnis di Bangkok.

Tidak hanya para tamu, keluarga Assaratanakul sendiri pun tidak mempercayai mata mereka kala undangan yang mereka kirim diduga-duga hanya sebagai basa basi formalitas semata benar-benar dipenuhi oleh keluarga itu.

"Selamat..." kepala keluarga Amnuaydechkorn mengulurkan tangannya menyalami anak kedua dari Assaratanakul memberi ucapan selamat atas penikahannya, "mohon maaf baru sempat berhadir saat after party" ucapnya ramah.

"Sama sekali bukan masalah Mr. Amnuaydechkorn —saya yang harus berterima kasih Mr. Amnuaydechkorn dan keluarga mau menyempatkan waktu datang ke acara keluarga kami yang seadanya ini."

Mr. Amnuaydechkorn menepuk pundak sambil tersenyum, "jangan bilang begitu, sebuah kehormatan bisa berhadir disini."

Bukan tanpa alasan keluarga Amnuaydechkorn berhadir keacara yang biasanya hanya diwakilkan oleh karangan bunga—mereka harus mengajari putra satu-satunya milik mereka cara untuk bergaul, bersosialisasi, dan menghargai orang lain, karena semua itu penting untuk bekal bisnis dimasa depan.

Tersadar akan keterpukauannya, kepala keluarga Assaratanakul maju kedepan untuk menyapa tamunya, "Mr. Amnuaydechkorn" mulainya sambil mengulurkan tangannya, "anda pasti sangat sibuk, terima kasih atas kedatangannya."

Jabat tangan itu pun berbalas ditambah dengan sebuah senyuman, "Mr. Assaratanakul."

"Mrs. Amnuaydechkorn" lanjutnya menyapa sang istri, "dan kamu pasti PP Krit." Kepala keluarga Assaratanakul itu menunjuk PP sebagai sapaan disertai dengan sebuah senyuman. Kemudian dua orang dari klan Assaratanakul maju untuk menyapa, Mrs. Assaratanakul dan anak sulungnya Tawan Assaratanakul.

"Ah ya~ tunggu sebentar," ujar Mrs. Assaratanakul, "Billkin" dia melirik kesekitar mencari-cari seseorang. "Permisi sebentar saya panggilkan anak bungsu saya."

Let Out The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang