Chapter V - Kebingungan yang Menawan

461 61 4
                                    

PP terbangun dari tidurnya dengan kepala pening dan haus, dia menutup matanya lagi dalam sekejap menggulingkan tubuhnya kesamping, dia menggeliat dengan setengah berteriak karena tubuhnya terasa remuk.

Dia memaksakan diri untuk bangun mengingat dia punya kelas hari ini, kala memandang kesekeliling tiba-tiba dia diserang oleh kebingungan karena dia tidak sedang berada dikamarnya.

Ingatan-ingatan tentang Billkin mulai menyapanya kemudian, membuatnya ingin menambrakkan diri ketembok saat ini juga. Ya ampun.... Dia malu sekali, sambil berdoa dalam hati semoga dia tidak melakukan hal yang aneh-aneh ketika bersama Billkin tadi malam.

Matanya kemudian tertuju pada meja nakas yang ada disamping ranjang, disana ada dua buah pil berwarna orange muda yang PP duga pereda hangover, segelas air putih dan sebuah catatan.

PP memgambil catatan itu dan membacanya, 'setelah bangun harus langsung mandi'. PP mengerutkan keningnya, awalnya dia kira itu adalah perintah untuk meminum pil namun Billkin meninggalkan catatan untuk menyuruhnya mandi.

PP kemudian mengendus tubuhnya sendiri dan mulai bertanya-tanya apakah dia bau atau terkena muntahan tadi malam, karena jika iya maka malunya akan jauh berkali-kali lipat. Tapi dia wangi... wangi tubuh Billkin.

Tidak ingin memikirkannya terlalu jauh, dia mengambil dua buah pil itu dan menegaknya bersama air putih yang dia yakin pasti Billkin yang menyiapkannya. Setelahnya dia mengambil telpon genggamnya memeriksa jam yang menunjukkan pukul sembilan lewat lalu menelpon Nana.

Saat telpon tersambung dia bisa mendengar lenguhan Nana dari seberang sana, "Na... are you alive?"

"Baby... can we go back to sleep." Bukannya suara Nana yang didengarnya melainkan suara serak seorang lelaki yang PP yakini adalah Paris, udah tidur berdua lagi aja mereka.

"Na, lo ingat kan kita ada kelas hari ini?"

"What the fuck PP... let me alone" yang dibalas decakan oleh PP.

"Gue 'ngak peduli ya lo mau masuk atau enggak, tapi mobil gue dirumah lo—jemput gue setengah jam lagi, gue ada dirumah Billkin nanti gue share loc."

PP memutuskan sambungan telepon itu sebelum mendapat protes dari Nana, dia kemudian mengirim lokasi melalui pesan teks, dan bergegas kekamar mandi.

....

Setelah bertahun-tahun lamanya Billkin tidak menginjakkan kaki ketempat dimana dulunya dia berada, akhirnya dengan memantapkan hati dia kembali menginjakkan kaki kesana—sebuah panti asuhan sebelum dirinya diadopsi.

Tidak ada yang asing dari tempat itu semua suasana terkesan sama seperti bertahun-tahun silam, para anak-anak yang dia tidak kenali nampak bergotong-royong membersihkan perkarangan bersama seorang suster cantik.

Ada beberapa anak yang lebih muda bermain ditaman panti serta seorang anak perempuan yang nampak duduk lesu di ayunan. Billkin melewati anak perempuan yang duduk lesu itu mencoba untuk tidak peduli.

Dia mengambil langkah menuju gazebo kayu yang ada dipinggir taman panti, dulu dia sering duduk disitu sambil berkhayal, atau menatapi bintang-bintang, sering pula belajar berhitung. Jari-jarinya terulur menyentuh pinggiran gazebo itu sambil mengagumi kayu yang tidak juga lapuk meski dimakan waktu.

"Billkin" seseorang memanggil namanya membuatnya menoleh.

Suster cantik yang tadi bergotong-royong bersama anak-anak menghampirinya. Billkin mengerutkan kening nampak kebingungan, suster ini muda dan dia tidak pernah bertemu sebelumnya.

Let Out The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang