Chapter One

22 5 1
                                    

"Rescala Kanigara, lagi lagi kamu terlambat."
"Maaf pak, tadi tuh nganter mama ke salon dulu lagian cala cuma terlambat 2 menit pak."
"Terlambat tetap terlambat cala, sapu halaman belakang dulu baru boleh masuk kedalam kelas."
"Baik pak."

Rescala jalan dari lorong ke lorong menuju halaman belakang sekolah sambil ngedumel.
"Apasih lama lama gue jadi ob sini aja lah tiap hari disuruh nyapu broken heart banget deh."
Wanita itu mengoceh sambil memegang sapu halaman yang ternyata ada ulat bulunya di gagang sapu itu. Tanpa sadar cala melempar sapu itu ke orang di belakangnya, "Aduhhh bangsat idung gue".

Cala menoleh dan yang ia dapatkan adalah laki laki yang bertemunya kemarin sore di taman.
"Elo, ngapain lo disini?!."
"Cewek yang kemaren toh, sekolah lah gue ga liat lo seragamnya?."
"Gue gapernah nemu lo disini."
"Anak baru."
Laki laki itu baru saja ingin pergi darinya tapi cala menahan agar tidak pergi.
"Lo masih ada salah sama gue."
"Salah? gue udah minta maaf."
"Tapi belum gue maafin."
"Lo mau apa?."
"Traktir gue di kantin siang nanti."
"Oke."

"Ohhhh, bukannya jalanin hukuman malah enak enak pacaran ya kalian." teriak Qaseema, wakil ketua osis di SMA Erlangga.
"Pacaran? mana mau gue sama cewe ribet kaya dia." ketus Dewa.
"Dih emangnya gue mau sama modelan preman kaya lo." ketus balik Cala.
"Aisshhhh berisik, udah deh kalian balik ke kelas aja. Cepet sebelum ketauan guru." perintah Qaseema.

POV DEWA

"Ngapain sih gue bisa satu sekolah sama itu nenek sihir, bisa tekanan batin kalo gini caranya." batin Dewa.
"Lo pindahan mana?." tanya Raja
"Bandung."
"Oalah, gua Raja."
"Gue Dewa, salam kenal ja."
"Oh iya ja, tadi gue ketemu cewe dia annoying banget padahal kemaren gue cuma gak sengaja lempar ketapel ke mukanya eh marah sampe sekarang nyuruh gue traktir dia di kantin." sambung Dewa
"Siapa namanya?."
"Rescala, gue liat nametagnya tadi."
"Oh anak bahasa."
"Lo tau?." tanya Dewa
"Siapa yang gak kenal dia. Primadona disini, banyak yang suka." jawab Raja
"Lo suka dia?."
"Enggak."
"Kenapa?."
"Lo suka dia?." Raja bertanya balik
"Enggak tertarik."
"Yaudah sama, tipe gua gaada di sekolahan ini."

Jangan - jangan tipenya Nicki Minaj batin Dewa.

SKIP

"Lana, jangan pergi kamu!" teriak orangtua Lana
Lana sama sekali tidak menggubris perkataan orangtuanya, setelah mendengar teriakan ayahnya yang ditujukan kepadanya ia langsung lari dari rumah begitu saja. "Se, gue otw rumah lo."

Risee membuka pintu lalu mendapatkan ekspresi sedih Lana yang tidak biasa dia lihat, "Lo kenapa?" tanyanya.
"Gapapa, cuma mau main aja kesini."
"Idih, pembohong lo. Sini masuk." Risee menarik tangan Lana lalu mereka masuk ke kamar.
"Orangtua lo kumat lagi ya?" Risee membuka pembicaraan.
"Kaya biasa lah."
"Mereka mau ke jepang kan?" tanya Risee dan hanya dijawab anggukan halus Lana.
"Lo mau ikut gue?" tanya Risee lagi
"Kemana?"
"Kita pindah Jakarta."
"Baru juga MPLS kemaren lo udah ngajak pindah aja."
"Yah gimana, bokap gue udah finish dinas disini jadi kita harus balik Jakarta. Gue gamau aja ninggalin lo sendiri disini."
"Gue kabur gitu se?"
"Gak lah bego, gue yang ngomong ke nyokap lo. Kalo ke bokap lo bisa kena bantai ditempat."

——

"Lama banget sih ni orang gue tunggu ga dateng juga." oceh Rescala
Tidak lama setelah ocehan yang dilontarkan Rescala, Dewa datang menghampirinya dan langsung memberikan kartu atm miliknya. "Nih jajan sesuka hati lo." Dewa tidak ingin berlama lama disitu, makanya dia langsung pergi setelah memberikan kartu atmnya.

"Oh my... Bener bener dewa ini mah." Rescala kaget serta senang seperti mimpi
"Tapi beneran gak sih ini, masa iya ada manusia kaya gitu." sambung Rescala

Tiba tiba dari arah koridor kelas ada 2 wanita yang menghampiri Rescala, Mediosa dan Jian.
"Wah apaan tuh." tanya Mediosa
"Gercep amat lu liat kartu atm." sindir Jian
"Ini loh yang gue ceritain kemaren di grup, masa ngasih kartu atmnya trus pergi gitu aja."
"Ohhh yaudah abisin aja saldonya." kata Jian memberikan ide bagus
"Okedeh pulang sekolah shopping bertiga bestie."

——

"Runaaa, liat jawaban math kamu dong."
"Runa aku juga ya."
"Aku juga runn."
"Yaudah liat aja gapapa."
"Lo beneran gapapa dicontekin gitu?" tanya Gema
"Yah, gapapa daripada aku gapunya temen."
"Gak harus mengorbankan otak lo gitu run demi punya temen, gue gamau lo dimanfaatin."
"Kalo gema mau jawabannya juga, liat aja gapapa kok."
"Gak, gue bisa sendiri. Mulai besok kalo gue liat lo nyontekin temen lo gini lagi gue gak diem aja ya, Aruna." ancam Gema

Aruna hanya terdiam mendengar perkataan Gema barusan, selama ia sekolah tidak pernah sekali pun bertemu teman seperti Gema.

"Kenapa gema khawatir segitunya sampe ngancem runa?" tanya Aruna
"Gapapa, pengen aja."

Jawaban macam apa itu, aku tidak mengharapkan jawaban seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang