Hai🖐 selamat datang di part 1^^
Sebelumnya kalian vote ke berapa nih?
Jangan lupa play lagu di atas ya^^ sesuain aja sama adegan yang menurut kalian emang pas buat diisi sama lagu itu^^
Notes : maaf ya ada sedikit perubahan sama alur cerita, maaf banget berkali-kali ngerubah alur cerita tapi gak pernah up lagi selama berbulan-bulan😭Silahkan baca kembali yang sudah baca, terima kasih^^
Selamat membaca!
"Bukankah langitnya sangat indah? Sudah lama kita tidak mengunjungi tempat ini."
Cheon Hee menengadahkan kepalanya ke atas sambil tersenyum bahagia dengan kedua mata yang terpejam. Dia membiarkan angin laut yang berhembus dengan tenang menerpa wajahnya, rambut hitam panjangnya sengaja di geraikan agar tersapu angin.
Langit sore di musim gugur memang sangat indah, ketika awan putih menyelimuti langit luas saat disinari matahari jingga membuat awan putih ikut berubah warna menjadi jingga. Siapapun yang melihatnya akan terkagum-kagum dan kedua matanya tak akan pernah lepas memandangi langit di sore hari sebelum berubah menjadi langit di malam hari yang tak kalah indah.
Seorang pria tinggi berdiri tepat di samping Cheon Hee. Berkulit putih, wajah tampan dan rambut berponinya terus terhempas kebelakang karena angin laut yang mengenainya. Dia memasukkan kedua tangannya di saku celana jeansnya dan ikut menatap kedepan sambil tersenyum tenang. Menatap kagum pemandangan yang tersaji di hadapannya lalu berkata,
"Kau benar, tempat ini mengingatkanku saat pertama kalinya kau mengatakan hatimu berdebar sangat kencang karena perbuatan kecil yang kulakukan." Pria tinggi itu baru menjawab pertanyaan dari Cheon Hee membuat wanita di sisinya tertawa geli, menyetujui ucapan pria tinggi dan ikut mengingat kenangan yang baru saja di putar kembali.
Cheon Hee kembali tersenyum sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya dan kembali menatap ke depan masih mengagumi pemandangan laut di sore hari.
Saat ini mereka berdua sedang berdiri disisi tebing dengan pagar kayu yang kokoh membatasi tempat mereka berdiri dengan jurang tebing. Tinggi tebing itu sekitar tiga ratus meter di atas laut dan lebar sekitar seratus sepuluh meter. Di tengah-tengah tebing itu ada hamparan rumput yang cukup luas dan disisinya dikelilingi jalan setapak kecil yang di pagari dengan kokoh, untuk keamanan pengunjung.
Si pria tinggi berbalik badan menatap Cheon Hee yang masih setia menatap ke depan. Pria tinggi itu menatap lekat pada wajah Cheon Hee lalu beralih pada tangan Cheon Hee yang ada di dalam saku jaket. Lima detik dia menatapnya, kemudian tangan kanannya terulur menuju tangan kiri Cheon Hee dan menariknya keluar dari saku jaket. Cheon Hee sedikit kaget ketika merasakan tangan kirinya ditarik keluar oleh pria yang berdiri di sampingnya.
Cheon Hee kebingungan ketika melihat senyum lebar yang terukir di wajah pria tinggi disisinya sambil menatap lembut tangan kiri Cheon Hee. Tapi Cheon Hee belum menyadarinya.
Kini Cheon Hee berdiri berhadapan dengan si pria tinggi, menatap dengan memicingkan kedua matanya. "Apa yang sedang kau lihat sampai tersenyum lebar seperti itu? Apa tangan kiriku terlihat jelek karena berkeriput dan itu membuatmu lucu?"
Pria tinggi itu terkekeh saat mendengar nada kesal Cheon Hee. "Ternyata kau masih memakainya?"
"Apa?" Cheon Hee masih belum sadar.
"Aku pikir kau sudah membuangnya atau mungkin menyimpannya didalam lemari. Kau tidak merasa malu memakai cincin rocker ini? Setidaknya pakailah cincin untuk seorang wanita, apa aku perlu membelikannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Too Perfect
RandomCheon Hee hanya butuh pekerjaan, bukan yang lain. Itu tujuan utama dia pergi ke Seoul. Namun tak disangka, bahwa pertemuan dirinya di masa lalu dengan seorang idol pria dari sebuah grup populer, membawanya menuju sebuah ikatan yang semakin menyulit...