Beberapa menit setelah mereka kembali ke kamar , handphone Erik berbunyi dan ia pun memutuskan untuk pulang duluan . Katanya ada urusan .
Selang tigapuluh menit setelah kepulangan Erik , mereka telah menyelesaikan tugas . Vienna pun bergegas pulang . Lain dengan Kelvin , ia tak mau pulang , alasannya ia masih ingin bermain di rumah Ressa .
Vienna berjalan menyusuri jalanan kompleknya . Ia melewati sebuah taman . Taman yang menjadi saksi bisu awal persahabatannya dengan Ressa , empat tahun lalu . Saat melewati taman itu , ia melihat sepasang manusia , yang dia pikir adalah sepasang kekasih . Namun , rasanya ia mengenal salah satu dari mereka .
Loh bukannya itu Erik ya ? Katanya dia mau pulang ? Katanya ada urusan ? Itu pacarnya Erik ? Kok mereka deket banget sih sampe rangkul - rangkulan gitu ? Eh , bukannya tadi siang Erik nembak gue ? Kok jadi gue yang kepedean yah ?
Berbagai pertanyaan mulai menghantui pikiran Vienna . Rasa sedih , kecewa , marah , gelisah , takut pun mulai menguasai batin gadis ini .
Vienna lalu berlari , sekencang - kencangnya menuju rumah . Ia tak menghiraukan tetes demi tetes air mata yang mulai membasahi pipinya . Vienna bersedih , sesenggukannya pun makin keras . Hingga sampai di rumah , ia tak menghiraukan Bi Ijah . Ia berlari menuju kamarnya . Menelungkupkan seluruh tubuhnya di kasur . Membiarkan bantalnya basah oleh tetesan air matanya sendiri .
Gue gak kuat lagi nahan perasaan ini ... Dia nembak gue , bikin hati gue serasa udah di awan . Tapi kenyataannya ? Dia jatohin semua yang udah dia omongin cuman tipuan . Dasar cowok PHP ! Rese ! Atau jangan - jangan , ini cuman peringatan buat gue yang terlalu ngarepin dia ? Mungkin juga ini peringatan buat gue yang terlalu kepedean ??Vienna makin terisak , hatinya terasa teriris . Pedih , sesak , itulah yang dia rasakan saat ini. Sangking lelahnya Vienna menangis , ia sampai tertidur di ranjangnya .
******************************
Vienna terbangun pukul dua pagi , ia merasa pening . Vienna berjalan ke kamar mandi , ia membasuh badannya . Vienna terkaget karena matanya yang bengkak akibat tangisannya tadi sore . Vienna lalu mengambil kantung kompres di lemari dapur , dan mengisinya dengan air hangat . Vienna mengompres matanya selama setengah jam .
" Gara - gara tadi tidur , sekarang gue gak ngantuk nih "
Vienna lalu menatap meja belajarnya , sebuah buku sketsa terpampang disana . Vienna mengambil buku itu , membolak balik halaman demi halamannya . Vienna lalu duduk di meja belajarnya . Mulai menggoreskan pensilnya , melukis apa yang menggambarkan hatinya saat ini ia melukis seorang perempuan yang tengah duduk sendirian di padang bunga sambil menangis . Gambar itu memang mewakili perasaan hatinya . Sedih , kecewa . Vienna merasa sebagian hidupnya telah hilang .
An
Lagi niat bikin kok jadinya malah ancur ginii... kenapa pas lagi niat malah idenya gak ngucur .... ini pendek banget kan ?Vote ya !!
Muaaaahhh
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu
Teen FictionKalau saja, aku tidak bertemu dengannya hari itu, semuanya tidak akan pecah seperti ini. -Clairine Elzira Kalau saja, aku sedang tidak punya dia hari itu, semuanya pasti akan berakhir lebih bahagia saat ini. -Dzakira Ezra