Arumi memeriksa komentar-komentar yang masuk untuk gambar yang tadi pagi dia upload di sosial medianya. Tentu saja, gambar itu not safe for work, menampilkan karakter wanita buatan Arumi dalam adegan yang menjurus dan baju yang sudah sedikit terbuka.
Mayoritas komentar untuk gambar tersebut ("Crooooootttt", "SEEEEEGGGGGSSSS", "Duh bikin engas kk", dan sejenisnya) membuat Arumi tersenyum simpul. Akun sosial medianya yang ini memang dia gunakan untuk menaruh gambar-gambar seperti itu. Reaksi mesum seperti yang terlihat sejauh ini sesuai dengan harapan Arumi.
Sebelum menyimpan kembali ponselnya dan bersiap-siap pulang, Arumi membuka aplikasi chat messenger. Ada beberapa pesan masuk yang belum dia balas. Sebagian penawaran KTA dari nomor tak dikenal, sisanya chat saling promosi dari grup ilustrator dan komikus (tentu saja Arumi tidak membagikan link gambarnya ke sana), dan, terakhir, chat dari seseorang yang Arumi beri nama kontak "Dina Luv".
Isi awal chat "Dina Luv" adalah serangkaian racauan dalam huruf kapital semua, yang intinya dia suka gambar terakhir Arumi dan dia minta Arumi bertanggung jawab karena gambarnya membuatnya terangsang.
Halah, batin Arumi, mengulum senyum, bukan pertama kalinya juga ni anak horny gara-gara gambar. Paling aku ke sana sekarang dia lagi coli sambil liatin gambarnya.
Sebetulnya Arumi tidak berencana mampir ke rumah Dina hari ini. Dia biasanya pergi kencan dengan pacarnya itu di akhir pekan, puas menikmati jalan-jalan dari pagi sampai siang, dan ditutup dengan sesi intim di sore hari. Tapi mengingat besok adalah tanggal merah dan studio tempat Arumi bekerja libur ....
Arumi membuka chat lainnya, kali ini dengan nama kontak "Paulina Ginanjar". Ia mengirimkan:
Tante, aku k rmh tante ya skrg
Mau dibeliin martabak ato pempek?
Mamanya Dina sudah tahu orientasi seksual anaknya sejak lama. Dia bahkan juga tahu kalau Dina sudah berpacaran dengan beberapa wanita dan sudah melewati level sekadar cium bibir.
"Kamu salah satu yang Tante inget paling awet," kata Tante Paulina pada Arumi suatu kali. "Yang lain itu Tante nggak ngerti deh Dina ketemu dari mana. Kayaknya cuma pada iseng aja sama Dina."
Tante Paulina tidak menunjukkan penerimaan terang-terangan pada Arumi, tapi yang pasti dia juga tidak membenci Arumi.
"Kamu kalo mau mampir ke rumah, mampir aja nggak usah repot bawa-bawain segala," kata Tante Paulina dulu. "Cuman kalo lagi di kamar Dina, ingetin si Dina suaranya jangan keras-keras."
Arumi mengabaikan yang pertama dan menuruti yang kedua. Tante Paulina jelas tahu apa yang dilakukan Dina dan Arumi kalau di kamar.
Kurang lebih setengah jam kemudian Arumi tiba di tujuan.
Rumah Dina berada di kompleks perumahan yang bisa dibilang elit. Model rumah-rumahnya seragam, iuran keamanan dan perawatannya mahal, tapi ada banyak fasilitas seperti rumah sakit dan minimarket di dalam kompleks. Rumah ini secara resmi milik Dina dan dia yang meminta mamanya untuk pindah tinggal bersama dengannya supaya kalau ada apa-apa dengan jantungnya (jantung Tante Paulina agak bermasalah), Dina bisa langsung membawanya ke rumah sakit.
Apa sih yang bikin rumah segini harganya sampe miliar-miliar? batin Arumi sambil membelokkan mobilnya. Ini rumahnya dua tingkat, dua kamar tidur, dua kamar mandi, terus dapur. Udah. Garasi aja nggak ada, adanya cuma carport. Harganya miliaran.
"Kamu ih, dibilangin nggak usah bawa-bawa," ujar Tante Paulina yang membukakan pintu dan melihat kantong berisi pempek di tangan Arumi.
"Yaa, nggak enak dong, Tante, kalo nggak bawa apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
One, Two, Three, XXX! [R18] [GxG]
Short StoryKumpulan cerita pendek NSFW (not safe for work) genre GxG. Dikompilasi barangkali bisa dijadikan inspirasi. *Update tidak teratur. === WARNING: CERITA R-18. Pembaca di bawah 18 tahun atau yang tidak suka tema yuri/lesbian mohon jangan membaca cerita...