Menjadi Orang Baik

6 0 0
                                    


Hari yang indah selalu terasa cepat terlewati, namun hari terpuruk seringkali terasa begitu lama dan memakan habis banyak tenaga serta pikiran. Tapi bagi Rudi dia selalu merasa senang dalam melewati hari-hari nya yang tidak selalu indah. Ia sangat menikmati setiap momen dalam hidupnya, entah itu bahagia atau keterpurukan.

Waktu itu pada dini hari, Rudi terbangun karena bunyi alarm handphone di sebelahnya. Ia melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua malam. Rudi menguap dan menutup mulutnya, lalu ia segera beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air wudhu. Kemudian ia berdiri di atas sajadah untuk menunaikan shalat malam. Ia tersenyum sebelum membaca niat, karena inilah waktu yang sangat dia senangi. Bertemu dan berduaan dengan Allah dalam hening.

Setelah shalat, ia duduk dan berdzikir sampai adzan subuh berkumandang. Lalu ia lanjut menunaikan shalat subuh dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Sebelum berangkat, ia selalu menyempatkan diri untuk membantu banyak pekerjaan ibunya di rumah. Ia mencuci pakaian, menyapu dan mengepel lantai, dan mencuci peralatan dapur. Tapi sayangnya ibunya selalu tidak menghargai apapun yang dilakukan oleh Rudi.

"Kamu kerjaan nya ngapain sih? Dari tadi hanya main hp mulu!" Ibunya memarahi Rudi karena ia tengah bermain handphone, ia tidak tahu padahal Rudi baru saja selesai menyikat kamar mandi dan mencuci peralatan dapur. Rudi menjawab hanya dengan menghela napas, lalu ia segera beranjak untuk membantu ibunya kembali.

Setelah membantu ibunya, ia segera berangkat sekolah. Rudi selalu membawa sepeda jika ia hendak pergi kemanapun. Saat ia baru sampai di depan sekolah, ada tiga siswa yang menghadangnya. "Berhenti kamu!" kata salah satu siswa yang ada di depannya. "Minggir! Aku harus segera ke sekolah" kata Rudi. Tiga siswa itu malah tertawa dan merebut sepeda Rudi dengan paksa sampai ia terjatuh.

"Kasih dulu duit sepuluh ribu ke kita!". Rudi pasrah memberikan uang bekal nya pada ketiga siswa itu. "Oke sekarang sepeda kamu, aku pinjam dulu ya. Dadah.." salah satu siswa membawa sepeda Rudi dan diikuti oleh kedua temannya yang berlarian menyusulnya. "Eh tunggu jangan dibawa!" Rudi berteriak, namun tidak didengarkan sama sekali oleh ketiga siswa tadi. Rudi menunduk, ia sangat kesal sekali namun ia selalu saja tidak dapat menunjukkan rasa kesalnya pada siapapun. Kemudian, ia segera menuju ke kelasnya dengan berjalan kaki. Di perjalanan ia menghibur hatinya dengan berpikir bahwa uang yang diberikannya tadi tidak lain, untuk dia infakan saja pada orang-orang tersebut, dan sepedanya mungkin ia berikan agar orang-orang itu senang dan tidak akan melakukan perundungan lagi pada orang lain.

Dalam kelas, guru Rudi mulai memberikan pelajaran dan tugas kelompok. Ia selalu bersemangat untuk kerja kelompok, karena baginya kerja sama adalah suatu hal yang menyenangkan, karena ia dapat menolong banyak orang dalam kelompok. "Kamu kerjain yang ini, ini, dan ini ya" perintah ketua kelompok pada Rudi. Rudi hanya mengangguk paham lalu segera mengerjakan tugasnya. Tidak hanya bagiannya saja, Rudi juga membantu bagian teman-teman nya. Pekerjaan memang terasa lebih ringan jika dikerjakan bersama-sama. Semua teman-teman Rudi menyukai Rudi, karena ia sangat rendah hati dan senang menolong orang lain.

Sepulang sekolah ia bertemu dengan tiga siswa yang merundungnya tadi pagi. Tiba-tiba dari belakang mereka bertiga datang lima orang siswa yang memakai seragam berantakan. Tanpa bertanya pada Rudi, delapan siswa tersebut segera meninju dan menendang nya secara tiba-tiba. Rudi kaget, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Maka beberapa menit kemudian wajah nya sudah babak belur dan tubuh nya lebam-lebam. Setelah merasa puas, delapan siswa yang merundungnya segera meninggalkan Rudi yang meringis kesakitan memeluk lututnya sambil berbaring meringkuk.

Akhirnya Rudi pulang ke rumahnya sambil menuntun sepedanya. Di perjalanan menuju rumah nya, ia melihat sahabatnya Doni sedang duduk sendirian di atas kursi taman. Rudi memaksakan kakinya untuk berjalan cepat menuju Doni. Sampai akhirnya langkahnya terhenti, karena salah satu siswa yang merundung nya tadi menghampiri Doni. "Thanks ya bro, udah ngasih tau gue, kalau ngga, gue dan yang lain bisa-bisa di skor sama BK, karena udah tawuran" ucapnya. "Sama-sama bro" Doni bersalaman dengan siswa tersebut. Rudi terbalalak melihat hal itu. Dia tidak menyangka sahabatnya memfitnahnya. Ia segera buru-buru untuk pulang dan tidak memperdulikan kakinya yang tersuruk-suruk. Rudi sangat kecewa sekali.

Sesampainya di rumah ia segera mandi dan mengambil air wudhu untuk shalat. Kemudian mengobati lebam-lebam yang ada di wajah dan tubuhnya. Hari ini, tidak hanya fisiknya yang lebam, tapi hatinya juga terasa sakit. Diam-diam sendirian di dalam kamar, Rudi menangis. Sampai pada akhirnya ia menghibur dirinya sendiri dengan mengingat sebuah pesan yang pernah ia baca, 'Siapa yang bersabar, dia akan berutung'. Maka Rudi tersenyum dan berusaha menenangkan emosinya. Bagaimanapun ia akan selalu berusaha untuk memaafkan orang yang menyakitinya. Ia yakin bahwa setiap kesabarannya akan terbayar lunas oleh Allah SWT. baik di dunia ataupun di akhirat. Rudi tidak akan menyerah menjadi orang baik walaupun itu sulit, karena ia harus membantu ayahnya yang telah tiada agar masuk ke dalam surga. "Semangat Rudi!" Rudi mengepalkan kedua tangannya untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Be a Good PersonWhere stories live. Discover now