Remember Me

37 2 1
                                    

Pertemuan pertama kita bahkan kau tak menyadarinya...
Anak perempuan berambut panjang itu mengetuk-ngetukkan ujung sepatu ketsnya diatas aspal, sesekali ia menghembuskan nafas dan melirik ke kanan juga kiri seperti mencari seseorang.
"Mencari siapa?" Anak perempuan itu menoleh, terkejut ketika melihat seorang anak lelaki yang hampir seumuran dengannya berdiri tepat di hadapannya saat itu.
"Ibu.." Jawab anak perempuan itu seraya menunjuk kearah toko sepatu yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Anak lelaki tadi mengikuti arah telunjuk sang anak perempuan.
"Mau?" anak lelaki tadi mengeluarkan beberapa permen karet dari saku celananya dan menawarkan permen tersebut pada anak perempuan yang baru saja ia temui. Anak perempuan itu mengambil satu permen dari lelaki itu.
"Ambil saja semua.." Anak lelaki itu meletakkan permen karet miliknya diatas telapak tangan si anak perempuan. Kemudian terdengar suara seseorang yang memanggil anak perempuan tersebut.
"Ayo kita pulang San!" Seorang wanita berumur 30an menghampiri kedua anak tersebut.
"Ma.." Wanita itu melihat kearah anak lelaki yang berdiri di sampingnya.
"Oh, ini siapa San? Teman kamu?" Wanita itu tersenyum manis kearah anak lelaki tadi.
"Kamu sama siapa kesini?"
"Sendiri.." Wanita itu mengangguk-angguk.
"Rumahmu dimana?"
"Keluargaku baru pindah tante.." Sahut anak lelaki itu.
"Oh begitu.. tante duluan ya, kamu jangan main terlalu jauh.. nanti ibu kamu khawatir.. Ayo San.." Anak lelaki itu mengangguk.
"Makasih ya permennya.." Sahut anak perempuan itu ketika ibunya menarik lengannya halus, mengajaknya pulang.
"Iya, sampai ketemu nanti!" Anak lelaki itu tersenyum sangat manis dan melambaikan tangannya kearah wanita dan anak perempuan itu.
Butuh berapa lama aku menunggu? Butuh berapa banyak bukti agar kau mau mempercayai bahwa aku mencintaimu?

Perasaan ini sudah tumbuh sejak awal..
"Ma.. Sandra berangkat yaa.." Perempuan berambut coklat panjang itu mencium punggung tangan ibunya.
"Mana Alvi?" Tanya ibunya, Sandra, perempuan itu menunjuk kearah halaman rumah milik tetangga mereka yang berada tepat di sebrang rumah mereka.
"Kamu berangkat sama dia kan?" Sandra mengerutkan dahinya.
"Iya, kenapa Ma?"
"Ah enggak.. Mama kira kamu mau berangkat duluan.." Sandra tersenyum sangat manis.
"Berangkat ya Ma.." Sandra melambaikan tangannya, ia berjalan keluar dari halaman rumahnya dan berhenti tepat di depan rumah bercat hijau milik Alvi.
"Al.. udah siap?" Seorang lelaki yang sudah berseragam SMA di depan rumah bercat hijau itu menoleh lalu tersenyum.
"Iya San.. sebentar ya.." Lelaki bernama Alvi itu mengambil tasnya yang ia letakkan di teras rumahnya. Ia berjalan menuju pintu rumahnya.
"Eh Bu.." Wanita berusia 40an tahun keluar dari rumahnya.
"Mau berangkat Al?" Alvi mengangguk.
"Oh udah ada Sandra.." Ibu Alvi berjalan keluar dari rumahnya.
"Sandra udah nungguin ya.. Maaf Alvi nya lama ini.." Sandra tersenyum sangat manis.
"Gak masalah tante hehe.." Alvi dan juga Ibunya berjalan keluar dari halaman rumah mereka.
"Yaampun kamu makin cantik aja ya.." Ibu Alvi mengusap pipi halus milik Sandra.
"Tante bisa aja, Sandra dari kemarin gak berubah kok tante.." Ibu Alvi tertawa.
"Bener loh.. ya kan Al?? Sandra makin cantik kan Al?" Alvi hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Tuh Alvi yang cowok juga setuju sama tante.."
"Ah Alvi sih suka bohong tante.." Sahut Sandra.
"Hehe.. udah bu, Alvi sama Sandra mau berangkat."
Sandra dan Alvi mencium punggung tangan kanan Ibu Alvi bergantian.
"Berangkat ya tante.."
"Iyaa, tante nitip Alvi ya.." Sandra mengangguk lalu tersenyum.
Sandra dan Alvi adalah murid SMA Mekar Jaya, namun mereka berbeda angkatan. Sandra yang memang lebih tua dari Alvi berada di bangku kelas XI sedangkan Alvi baru saja memasuki tahun pertamanya di bangku SMA.
"Al.. duluan ya!" Alvi melambaikan tangannya dan tersenyum melihat Sandra yang berjalan menjauh menuju kelasnya yang berada di lantai 2, sedangkan kelasnya berada di lantai pertama.
"Hey Al!" Alvi menoleh, ia mendapati teman-temannya yang berjalan kearahnya.
"Oh.. ke kelas Don..Ki.."
"Ayoo.."
"Al, tadi itu kak Sandra ya?" Tanya Dony, Alvi mengangguk.
"Oh Sandra yang lu ceritain itu kak Sandra kakak kelas kita?" Tanya Riki penasaran.
"Iya.."
"Waah.. hebat Al! lu sahabatan sama cewek cantik di sekolah kita!" Dony menepuk lengan Alvi.
"Iya, Al.. kak Sandra udah punya pacar belum?" Alvi mengerutkan dahinya.
"Entah, gue gak tau.. kayaknya udah.." Dony maupun Riki menghembuskan nafas bersamaan.
"Kenapa?" Tanya Alvi, di dalam hatinya lelaki itu tertawa kecil melihat kedua sahabatnya yang terlihat tidak semangat ketika ia mengatakan bahwa Sandra sudah memiliki pacar.
"Sayang banget.. tadinya gue pengen minta lu buat ngenalin gue sama kak Sandra.."
"Gue yang mau duluaan.." Riki maupun Dony saling beradu mulut sedangkan Alvi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bel masuk berbunyi tepat pukul 07.00. semua murid SMA Mekar Jaya memasuki kelas mereka masing-masing, ada beberapa murid yang masih setia menunggu guru mereka di luar kelas. Sedangkan Sandra asik membaca novel yang baru saja ia beli kemarin bersama Alvi di toko buku.
"San!"
"Akh!"
'Bruk!' Sandra menyipitkan matanya kearah perempuan berambut pendek yang baru saja memanggilnya tadi.
"Raraaaaa!" Sandra juga Rara pun akhirnya bermain kejar-kejaran di dalam kelas.
"Aduh San! Ra! Jangan maen india-indiaan disini dong! Duuuh..." Andre, Seksi keamanan kelas Sandra, berbicara sedikit keras dengan nada yang mirip seperti nada perempuan yang tengah merajuk.
"Gila Dre! Kamu cucok banget ih!" Perempuan bersoft-lens mengomentari gaya bicara seksi keamanan kelas itu.
"Hehe bercanda kali Vin.." Andre membentuk huruf V dengan jarinya kearah Vina.
"Haha!" Sandra tertawa cukup keras, membuat semua teman sekelasnya menoleh kearahnya. Mereka semua menatap Sandra aneh karena perempuan manis itu tertawa cukup keras.
"San, kamu kenapa?" Tanya Rendy, ketua kelas mereka, Sandra hanya terkekeh.
"hehe.. maaf.. aku lucu denger gaya bicara Andre tadi.." Vina yang mendengar jawaban Sandra langsung tertawa.
"Yaampun San! Kamu baru ketawa sekarang?? Haha.." Semuanya tertawa, sedangkan Sandra hanya mengembungkan kedua pipinya.
"Iih Sandra kita lucu banget.." Andre mencubit pipi Sandra.
"Ih Andre!!"
Semua anak-anak di kelas itu tertawa melihatnya.
"Eh eh.. Ada tugas nih dari Pak Balon!"
"Hush.. kamu jangan manggil Pak Dery Balon dong Ra.." Sahut Rendy, ia menerima kertas dari Rara yang berisi tugas dari guru mereka di jam saat itu.
"San, kamu tulis tugasnya dong di papan tulis.." Sandra mengangguk-angguk, ia berjalan kearah Rendy dan mengambil kertas tugas dari ketua kelas itu.
"Tugasnya ini aja Ren?" Tanya Sandra.
"Kayaknya iya.." Sandra ber-oh ria, ia pun menuliskan tugas dari guru Bahasa Indonesia itu di papan tulis sesuai apa yang Rendy suruh tadi padanya.
"Wah sejak kapan Pak Dery ngasih tugas cuma segini??" Sahut Andre.
"Eh Ra, kamu yakin tugasnya gak ada yang keselip lagi??" Tanya Vina pada Rara.
"Enggak, cuma itu kok.. Ibu Desi yang ngasihnya.. soalnya Pak Dery absen hari ini." Jelas Rara.
"Yaa.. ini kan rejeki kita, lagian bosen juga kan kalau Pak Dery ngasih tugas segudang terus??" Sahut Sandra selesai menulis di papan tulis.
"Duh.. Ra, anter aku ke kamar mandi yuk!" Sahut Sandra.
"Ih ngapain??"
"Jualan! Ayo cepet!"
"Yaampun Sandra! Kamu mau jualan di kamar mandi?? Jualan apa sih?? Aku pengen ikut..." Ujar Andre, Vina, Rendy dan teman-teman yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah mereka.
"Ih Andre geli tau!" Sandra langsung menarik Rara keluar dari kelas sedangkan suara gelak tawa teman-teman sekelasnya masih terdengar sampai luar kelas.
"Suara anak-anak kedengeran sampe keluar.. mudah-mudahan kita gak akan di tegur guru yah.." Sahut Rara, Sandra hanya mengangguk setuju.
Selain itu dikelas Alvi, X-B.
"Al.. ajarin aku dong.."
"Ajarin apa?" Alvi melepas headset yang terpasang di telinga kanannya.
"Ajarin yang bab ini.. kamu kan satu-satunya yang lulus pas ulangan kemarin.." Alvi melihat buku paket yang dibawa Sani.
"Kamu juga pinter Fisika San, kok bisa gak ngerti?" Tanya Alvi, Sani tergagap.
"Eh gak tau.. cuma bab ini aku gak ngerti aja.." Sahut perempuan berambut ikal itu, ia mengalihkan pandangannya dari Alvi.
"Ya udah, coba kamu kerjain soal ini. Nanti kamu tanya ke aku, bagian mana yang gak kamu ngerti." Sahut Alvi, ia kembali memasang headsetnya dan melanjutkan membaca novel yang ia beli bersama Sandra kemarin. Sani menghembuskan nafasnya.
"Al.."
"Hm.." Sani menarik nafas panjang.
"Aku gak ngerti yang ini.." Alvi menutup novelnya, ia melepas headset kanannya dan menoleh kearah Sani.
"Yang mana?" Sani menunjukkan ke bagian yang ia ingin tanyakan, kentara sekali tangannya sedikit bergetar ketika menunjukkan bagian itu. sedangkan Alvi tidak sadar akan hal itu.
* * *
"Sandra!" Sandra menoleh, ia melihat Alvi yang tengah tersenyum kearahnya seraya melambaikan tangan kanannya.
"Al!" Alvi berlari kecil kearah Sandra.
"Kenapa gak bilang kalau mau kesini lagi?" Sandra hanya terkekeh.
"Tadi Rara sama Vina tiba-tiba ngajak aku.. yah sekalian deh liat-liat lagi, takut aja ada buku yang baru." Jelas Sandra, Alvi mengangguk-angguk.
"Al sama siapa kesini?" Tanya Sandra kemudian, Alvi menunjuk kearah 2 lelaki dan 1 perempuan yang berdiri tidak jauh dari mereka tengah sama-sama mencari buku di toko tersebut.
"Oh sama temen.. itu yang perempuan siapa?" Tanya Sandra sambil mengedip-ngedipkan matanya, Alvi tertawa ia mengusap pelan puncak kepala Sandra membuat Sandra mengembungkan kedua pipinya.
"Ckck Al! kamu enak banget ngacak-ngacakin rambut aku!" Alvi tertawa melihat Sandra yang sibuk merapihkan rambut bagian depannya.
"Udah rapih kok.." Sahut Alvi, Sandra memicingkan kedua matanya.
"Eheemmm.. batuk ehemm.." Sandra juga Alvi menoleh kearah asal suara, disana berdiri Rara juga Vina.
"Hehe.. maaf ya ganggu.. ih Ra kamu apa banget sih pake ehem-ehem segala.." Bisik Vina seraya tersenyum kearah Alvi juga Sandra.
"San.. kok gak ngenalin kita sih??" Sahut Rara menghiraukan bisikan Vina.
"Oh ehehe.. iya, Al.. ini Rara sama Vina.. Dan Ra, Vin.. ini Alvi.. tetangga aku.."
"Rara.."
"Vina.."
"Alvi.."
"Oh iya.. kamu itu anak kelas X B itu kan??" Tanya Vina.
"Iya, kakak tahu?" Sahut Alvi.
"Ah! Iya aku tahu! Kamu itu yang banyak diributin cewek-cewek angkatan kita!" Sahut Rara ribut sendiri.
"Issh!" Vina menyenggol lengan Rara.
"Ih apaan sih Vin!" Alvi hanya tersenyum melihatnya.
"Loh emang kapan cewek-cewek angkatan kita ngomongin dia?" Tanya Sandra sambil menunjuk kearah Alvi, Alvi menurunkan telunjuk Sandra yang tertuju kearahnya.
"Ih Sandraaa.. kamu ketinggalan banget sih.. Issh makanya jangan baca novel terus di kelas!" Sahut Rara. Sandra terkekeh.
"Gosipnya udah dari dulu San.. kamunya aja yang jarang ikutan ngobrol.." Tambah Vina.
"Ih apaan ikut ngegosip sama kalian? Ngegosipin cowok-cowok cakep gitu? Ah enggak deh.. banyak banget novel aku yang ngantri minta di baca.." Sahut Sandra membuat Rara maupun Vina menyoraknya, sedangkan Alvi diam-diam tersenyum mendengar perkataan Sandra tadi.
"Eh San, kayaknya temen aku udah selesai.. duluan yah.." Sahut Alvi ketika melihat Dony, Riki dan juga Sani yang tengah melihat kearahnya namun tak berani menemui Alvi yang tengah mengobrol dengan kakak-kakak kelas itu.
"Kok udah sih Al? aduh aku ikutan manggil Al gak masalah yah?" Sahut Rara, Alvi mengangguk lalu tersenyum.
"Oh ya udah, hati-hati Al!" Sahut Sandra, Alvi tersenyum lebar lalu mengangguk. Ia berjalan menjauhi Sandra, Rara dan Vina menuju tempat Dony, Riki dan Sani berdiri.
"Yaampun! Dia cakep pake banget!" Sahut Rara kemudian.
"San, kamu beruntung banget bisa tetanggaan sama Alvi.." Lanjut Rara sambil menoleh kearah Sandra, Sandra hanya terkekeh.
"Ya udah yuk pulang.. kalian udah selesaikan?" Tanya Sandra, Vina dan Rara mengangguk. Mereka pun pergi meninggalkan toko buku itu.
* * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Love ComesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang