01

54 26 41
                                    

Hari ini, hari pertama Kaira masuk sekolah sebagai murid kelas XI. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Baru saja kemarin ia mendaftarkan diri di sekolah yang saat ini ia pijak sebagai murid baru, tau-tau dirinya sudah kelas XI dan mulai beranjak dewasa.

Kaira masih mengamati setiap gedung sekolahnya. Tak terasa dua tahun lagi ia akan meninggalkan gedung ini yang menyimpan banyak kenangan baik dan buruk.

Saking asyiknya melihat gedung sekolah, sampai-sampai ia tidak sadar salah satu temannya sudah berdiri di sampingnya.

"Lo ngeliatin apa sampe sebegitu nya?" tanya gadis itu. Mengikuti arah pandang Kaira dan tidak menemukan apa-apa selain siswa-siswi baru berlalu lalang.

Tak ada jawaban. Gadis itu menabok punggung Kaira cukup keras sampai sang empu berjengit kaget.

"Sakit, anjir." Kaira merasakan punggungnya panas tepat setelah temannya mendaratkan tabokan yang menurutnya sangat keras.

"Lagian lo sampe segitunya ngeliatin gedung sekolah yang gak pernah berubah."

"Ya, gue cuma mikir aja padahal baru kemarin gue jadi murid baru, sekarang udah kelas sebelas aja," jelasnya seraya melangkahkan kakinya memasuki area sekolah.

"Lebay lo mikirin yang gak penting."

Kaira menghela. "Bener sih."

"Biasanya lo cuek. Gak usah buang-buang tenaga buat mikirin yang gak penting."

Kaira bergumam. Tangannya menarik sebelah tangan temannya, lalu membawanya pada sebuah mading yang sudah dikerubungi oleh murid-murid untuk mencari tau mereka ditempatkan di kelas mana.

"Misi dong." Kaira menerobos kerumunan tersebut dan langsung mencari namanya di kelas XI.

"SHEI, KITA SEKELAS LAGI," pekik Kaira setelah menemukan namanya di kelas XI IPA 2.

Sheila mengangguk dan masih mencari satu nama temannya. "Kita juga sekelas lagi sama Cheryl."

Keduanya menjauhi kerumunan, dan mulai berjalan menuju kelas barunya. Namun, di tengah perjalanan, mereka mendengar teriakan yang cukup mengganggu pendengaran siapa saja.

"KAIRAA... SHEILAA...."

Kaira maupun Sheila hanya bisa menutup wajahnya malu. Malu karna namanya disebut cukup kencang dan mengundang beberapa perhatian murid-murid yang langsung menatap mereka, dan malu dengan tingkah satu temannya itu.

"Kita sekelas lagi anjay." Cheryl, gadis yang tak tahu malu dan memiliki suara cempreng hanya bisa cengengesan saat kedua temannya menatapnya tajam.

"Bacot, Cher." Kaira melangkahkan kakinya cepat.

"Bisa enggak sih kalo manggil kita enggak usah pake teriak?!" omel Sheila.

Cheryl mengangguk. "Bisa, kalo gak khilaf."

Sheila memutar bola mata malas, dan menyusul Kaira yang sudah jauh didepannya.

"Ih tungguin."

^_^

Koridor utama yang semulanya ramai mendadak hening saat segerombolan laki-laki berpakaian urakan berjalan beriringan.

Semua murid SMA Angkasa 1 menepi. Memberi jalan untuk jagoan sekolah mereka. Bahkan murid baru yang masih berada di tengah jalan, langsung ditarik oleh senior agar mereka menepi dan tidak menimbulkan masalah.

Namun, ada satu orang gadis yang dengan beraninya berjalan ditengah jalan padahal kedua temannya sudah menariknya untuk menepi.

"Lo bisa minggir enggak?" Suara berat seseorang membuat gadis itu menoleh sekilas lalu melanjutkan jalannya yang terhenti.

"Budek lo?" tanya cowok itu.

Lagi-lagi ia mengabaikan pertanyaan dari cowok itu.

"Ra, mending lo jawab pertanyaan Regan daripada kena masalah." Cheryl memberi solusi.

Kaira menaikkan alis sebelah. Tak berminat. "Gak minat."

"Kaira Anastasia." Regan memanggil dengan suara rendahnya.

Kaira menoleh. "Manggil gue?" tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

Regan mengangguk.

"Oh, kenapa?"

"Bisa minggir?" Regan mengulang pertanyaan yang sama.

Kaira mengerutkan keningnya. Jalanan koridor cukup lebar, kenapa laki-laki itu memintanya untuk minggir?

"Jalanan lebar ganteng. Lo sama antek-antek lo itu bisa lewat tanpa harus nyuruh orang buat minggir."

Hanya Kaira lah yang berani dengan Regan. Bahkan saat semua orang takut dengan tatapan itu, Kaira malah menatapnya dengan tatapan menantang.

Tanpa mendengar ucapan Regan, Kaira segera melangkahkan kakinya yang sempat tertunda beberapa saat. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat sebuah tangan besar menarik tas sekolahnya lalu menggendongnya layaknya karung beras. Dan hal itu tak luput dari penglihatan murid-murid yang menontonnya.

"REGAANN... TURUNIN GUE!!"

🐒🐒🐒

RegairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang